Mahakarya Sang Pemenang

Tackling yang Indah Bagian 2



Tackling yang Indah Bagian 2

0Di tim pemuda Nottingham Forest, ada dua orang yang paling diperhatikan Tang En. Orang pertama adalah Gareth Bale, yang telah diburu secara pribadi oleh Tang En dari Southampton. Dia sesekali akan meluangkan waktu untuk mengamati kemajuan pelatihan Bale dan mengecek apakah dia sudah mengalami kemajuan.     
0

Bale sangat patuh. Meski Tang En lupa memberitahunya alasan atas perubahan posisinya menjadi bek kiri, dia masih terus melatih tekniknya sebagai bek kiri. Walau saat ini masih belum ada hasil yang nyata, ia masih terus berlatih. Hal lain yang sangat diperhatikan Tang En adalah latihan tendangan bebas Bale.     

Apa yang membuat Tang En sangat bersemangat adalah bahwa, setelah melalui bimbingan dan latihan yang tepat, bakat anak ini dalam hal tendangan bebas akhirnya muncul. Menurut ayah Bale, Bale muda menyukai tendangan bebas. Sekarang, dia hanya melakukan satu hal saja selama kelas pendidikan jasmani di sekolah dan di halaman belakang saat dia kembali ke rumah - berlatih tendangan bebas dengan kaki kirinya.     

Berdiri di pinggir lapangan dan melihat anak itu berulangkali menendang bola melewati dinding manusia yang bergerak, Tang En merasa seolah-olah dia menyaksikan kelahiran Beckham yang lain. Merasa bangga setelah menyaksikan kemampuan seorang pemain yang tadinya rata-rata kemudian secara bertahap menjadi luar biasa, adalah salah satu hal yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Itu seperti, seperti.... seperti melahirkan seorang anak dan membesarkannya dengan tangannya sendiri.     

Para pemain muda ini adalah anak-anaknya, dan Tang En adalah ayah mereka.     

Sementara tentang anak lain yang juga diperhatikan olehnya, jelas itu adalah George Wood. Perhatiannya terhadap Wood sudah diketahui semua orang, dan seluruh tim pemuda tahu bahwa anak konyol itu sangat dihargai oleh manajer. Tapi, hanya ada beberapa orang yang tahu alasannya. Wes Morgan adalah salah satu dari mereka yang mengetahui alasannya.     

Setelah memimpin tim selama empat pertandingan, Tang En tak pernah sekalipun menurunkan Wood ke lapangan. Setiap kali, Wood akan berada di daftar nama pemain cadangan, tapi ia hanya akan menonton dari pinggir lapangan. Tang En tak memberinya kesempatan untuk masuk ke lapangan bahkan selama satu menit. Kerslake mengira Tang En mungkin khawatir anak itu akan masuk ke lapangan dan melukai seseorang dari tim lawan. Tapi, hanya Tang En sendiri, yang tahu dengan sangat jelas, alasan tentang kenapa dia melakukan itu.     

Apakah George Wood tahu? Tang En tidak tahu. Anak itu biasanya tak banyak bicara, dan kalau seseorang tak berinisiatif untuk bertanya, Wood takkan mengatakan apa-apa. Kalau Wood memiliki sesuatu dalam benaknya, maka hal itu hanya akan tetap diam disana dan terfermentasi, terkubur di dalam hatinya. Karena itulah, Tang En memutuskan untuk berbicara dengan Wood usai latihan harian.     

Setelah berlatih seharian, para pemain tim pemuda mulai meninggalkan tempat latihan, membahas ke mana mereka akan pergi dan apa yang akan mereka lakukan malam itu. Ini adalah kesempatan yang baik bagi mereka untuk beristirahat dan bersantai. Tang En dan Kerslake tak pernah mengganggu kehidupan pribadi para pemain, selama mereka tak berlebihan dalam melakukannya.     

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Kerslake dan seluruh pelatih di kantor, Tang En bergegas menuju ke ruang ganti. Masih ada beberapa pemain yang baru saja selesai mandi dan duduk dan mengobrol setengah telanjang sambil menunggu tubuh mereka mengering. Di antara mereka adalah kapten tim pemuda, Wes Morgan.     

Masuknya Tang En menghentikan obrolan para pemuda itu. Dia melihat ke sekeliling, tapi tak menemukan George Wood. Dia bertanya, "Ada yang melihat Wood?"     

Morgan berdiri dan berkata, "Tidak, Manajer. Kami belum melihatnya kembali."     

"Hmm?" Tang En berpikir itu aneh. "Belum melihatnya kembali?"     

Morgan mengangguk sebelum menunjuk ke utara. "Aku melihatnya berjalan langsung ke arah sana setelah latihan berakhir." Setelah berpikir sebentar, dia menambahkan, "Dan dia sedang memeluk bola sepak."     

Setelah melihat Morgan menunjuk ke utara, Tang En sudah bisa menebak — George Wood pasti lari ke lapangan kedua untuk melakukan beberapa latihan tambahan sendiri. Anak itu!     

"Terima kasih banyak. Semoga kalian bersenang-senang malam ini!" Tang En mengucapkan selamat tinggal kepada para pemain dan berjalan menuju lapangan kedua.     

Saat tiba di lapangan kedua, dia melihat apa yang sudah diduganya. Di bawah matahari sore, George Wood terus-menerus melakukan latihan dasar yang sama seperti yang telah dilakukannya selama setahun terakhir: menyundul bola, passing, menggiring bola...     

Melihat ini, Tang En tidak merasa tersentuh sama sekali. Bahkan, dia sedikit marah. Dia segera bergegas menghampiri dan menginjak bola yang ditendang Wood.     

Mata George Wood bergeser ke atas dari kaki Tang En dan melihat Tony Twain yang marah.     

Tang En mengangkat empat jari dan menunjukkannya di depan mata Wood. Dengan sedikit nada marah dalam suaranya, Tang En berkata, "Empat jam. Durasi latihan maksimum yang ditetapkan UEFA untuk para pemain muda." Setelah itu, empat jarinya berubah menjadi dua jari, dan tampak seolah jumlahnya berkurang.     

"Dua puluh jam. Durasi latihan maksimum untuk tim pemuda dalam seminggu. Apa kau tahu kenapa mereka harus secara khusus membuat peraturan seperti itu, George?"     

Wood menggelengkan kepalanya. Dia tak terlalu peduli tentang itu. Baginya, berlatih dan terus berlatih adalah hal yang paling penting baginya.     

"Itu ditetapkan untuk mencegah orang sepertimu melakukan hal bodoh seperti ini!" Tang En menegur dengan keras. "Apa kau tahu kenapa aku menghentikan latihan dasarmu disini setelah memindahkanmu ke tim? Kalau kau terus berlatih dua jam lagi setelah menerima latihan yang sangat intensif selama tiga hingga empat jam setiap hari, tubuhmu akan hancur bahkan sebelum kau bisa sukses dan terkenal!"     

Tang En mengatakannya dengan nada yang mengintimidasi dan awalnya berpikir bahwa George Wood akan ketakutan karenanya. Sebaliknya, George hanya menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan sikap acuh tak acuh, "Aku tak merasa latihan harian tim terlalu melelahkan."     

Sial! Tang En menyumpah dalam hati.     

"Apa kau itu King Kong atau Hulk? Baiklah, aku tak peduli berapa banyak yang bisa diterima oleh tubuhmu saat ini. Bagaimanapun juga, kau harus berhenti latihan sekarang dan pulang!" Tang En menggerakkan bola maju mundur di kakinya, sambil berpikir tentang bagaimana caranya dia bisa menyentakkan bola dari tanah ke tangan dengan kakinya dalam satu kali coba. Dia tak ingin kehilangan muka di depan pemainnya sendiri.     

Tang En, yang terfokus dalam memikirkan tentang cara menyentakkan bola, tak menyadari bahwa George Wood telah memusatkan pandangannya pada bola, dan mengikuti gerakan kaki Tang En dengan cermat.     

Setelah sekitar sepuluh kali menggerakkan bola maju mundur, Tang En memperkirakan bahwa ia hanya perlu satu kali coba untuk bisa berhasil melakukannya. Dia menarik mundur kaki kanannya dengan kuat, dan membawa bola sedikit ke belakang. Setelah itu, dia menendang bola ke depan dengan cepat, dan menyentakkan ujung kakinya. Kakinya mengambil bola yang berputar kembali ke arahnya, dan itu seolah dia menggunakan sekop untuk "menyekop" bola ke atas!     

Ha ha! Aku bisa melakukannya! Tang En, yang kemampuan sepak bolanya sangat buruk, ingin tertawa terbahak-bahak, tapi dia tiba-tiba dia merasakan hembusan angin di sampingnya! Merasakan bahaya, dia secara naluriah mencondongkan tubuhnya ke belakang. Setelah itu, dia melihat dengan jelas ...     

Dia tak yakin berapa lama, Wood hampir berbaring di tanah, tubuhnya hampir sejajar dengan tanah. Tangan kanannya menopang tubuhnya, dan pada saat yang sama kaki kirinya dengan cepat berayun di udara ke arah bola. Embusan angin yang dia rasakan tadi sebenarnya berasal dari kaki itu!     

Bola itu kurang dari lima sentimeter dari kaki Tang En, dan melihat pose Wood yang sangat agresif, kalau saja ia sedikit meleset, kaki kanan Tang En akan harus digips di hari berikutnya, dan Tang En akan harus datang mengawasi latihan dengan kruk.     

Bang! Dengan suara keras, beberapa potong klip rumput terbang di depan wajah Tang En, membuatnya menyipitkan matanya secara spontan.     

Setelah itu, Tang En mendarat di tanah dengan pantatnya dan menatap terpana ke arah barisan pohon di utara. Wood telah menendang bola langsung ke bagian belakang hutan. Ada lereng di sana dan di bawah lereng itu adalah Sungai Trent!     

Anak itu! Benar-benar bisa menendang bola sejauh itu... Bukan itu intinya! Intinya, dia benar-benar bisa melakukan tackling yang bersih! Kalau ini terjadi selama pertandingan ... itu adalah aksi bertahan yang akan membangkitkan sorak-sorai para komentator dan penggemar. Cepat! Tepat! Kuat! Itu terlalu sempurna! Wood, kau memang cocok untuk menjadi penopang tim!     

George Wood tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Tang En saat itu, dimana dia berdiri dan baru akan mengambil bola. Setelah berlari beberapa langkah, ia dihentikan oleh Tang En, yang telah pulih dari rasa terkejutnya. "Jangan pergi, George. Apa kau tahu kemana kau menendang bolanya?"     

"Kesana." Wood menunjuk hutan gelap di bawah langit malam.     

"Salah. Bahkan lebih jauh daripada itu. Tang En menunjuk ke atas dan berkata, "Kau menendang bola ke Sungai Trent. Tak usah repot mengambilnya."     

"Tapi itu bola milik klub." Wood takut klub akan memaksanya membayar bola itu.     

"Setiap tahun, klub kehilangan bola sepak yang tak terhitung jumlahnya. Kehilangan satu bola lagi takkan terlalu berpengaruh. Kalau kau beruntung, kurasa mungkin kau akan bisa melihat lebih banyak bola sepak di sungai saat musim semi."     

"Kenapa begitu?" Wood tampak bingung.     

"Karena bola yang baru saja kautendang tadi akan berenang kembali dari Samudra Atlantik dengan anak-anaknya! Haha!" Tang En tertawa terbahak-bahak sambil duduk di tanah. Tapi, tiba-tiba ia terbatuk di tengah tawanya, dan mengerutkan kening. "Ah, sial! Kau menendangku!"     

Dia sedikit menyentuh ujung kakinya. Rasanya sangat sakit di sana dan mungkin itu karena dia terkena sepatu bola Wood.     

"Kemarilah, bantu aku berdiri." Tang En, yang terduduk di tanah, mengulurkan tangan kirinya ke arah Wood. Tapi, dengan cepat dia berubah pikiran — dan mengulurkan kedua tangannya. "Gendong saja aku!"     

"Kenapa?" Wood tampak enggan melakukannya.     

"Kenapa? Kau sudah melukaiku dan membuatku tak bisa jalan. Kalau kau tak mau menggendongku, apa kau ingin aku melompat-lompat dengan satu kaki? Selain itu, bukankah kau punya banyak cadangan energi yang belum kau gunakan? Gendong aku, ini juga salah satu bentuk latihan fisik. Cepatlah, sudah hampir gelap."     

Tak memiliki pilihan lain, Wood berjalan ke arah Tang En dan membungkuk untuk membiarkan Tang En memanjat punggungnya. Setelah itu, dia menggunakan kekuatannya dan menggendongnya. Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun menggendong seorang lelaki berusia 34 tahun. Pemandangan itu cukup lucu.     

Tang En sedikit menyesuaikan posisinya, hingga membuat dirinya merasa lebih nyaman. Terlepas dari butiran keringat di tubuh Wood, digendong seperti ini terasa cukup enak.     

"Hei, George." Tang En, yang berada di punggung Wood, menepuk bahu lebar anak itu.     

"Apa?"     

"Katakan padaku, kenapa kau berkeras membuat dirimu melakukan latihan tambahan?"     

"Karena aku ..." Wood mendengus. "Aku merasa teknik dasarku terlalu lemah."     

Tang En tersenyum. "George, apa kau tahu alasan kenapa aku tak membiarkanmu turun ke lapangan selama beberapa pertandingan terakhir?"     

"Karena teknik dasarku lemah."     

"Itu hanya salah satu alasan. Sebenarnya, aku berharap kau akan mengamati dengan cermat dari bangku pemain cadangan tentang bagaimana rekan setimmu, yang telah menerima tujuh sampai delapan tahun latihan sepak bola, melakukannya di lapangan. Tak ada gunanya membiarkanmu menonton video sepakbola tingkat tinggi itu sekarang. Kau harus mulai belajar dari orang-orang di sekitarmu, mempelajari bagaimana mereka menangani bola, bagaimana bereaksi terhadap berbagai situasi selama pertandingan, dan mengingatnya dalam hati. Itu akan menjadi pengalamanmu. Ingatlah pengalaman itu dalam hati, dan saat kau menghadapi situasi di mana striker musuh berlari di depanmu, dan kau mengejarnya dari belakang secara diagonal, saat itu kau akan tahu apa hal terbaik yang bisa dilakukan."     

"Mmm." Wood mengangguk.     

"Dan kalau kau masih ingin berlatih setelah latihan harian... kau boleh melakukannya; aku memberimu ijin untuk itu. Tapi, kau harus melakukannya di bawah pengawasanku, dan kau tidak boleh berlatih ekstra selama lebih dari 40 menit dalam sehari. Selain itu, George ... "     

"Hmm?"     

"Meski kau barusan menendang kakiku, aku masih harus mengatakan padamu kalau , tacklingmu itu sangat, sangat .... indah!"     

Tang En tak bisa mendengar jawaban Wood untuk itu, dan Wood tak berterima kasih padanya atau mengatakan apapun. Tapi, Tang En bisa merasakan dia berjalan semakin cepat, dan langkahnya menjadi semakin energik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.