Mahakarya Sang Pemenang

Tackling yang Indah Bagian 1



Tackling yang Indah Bagian 1

0Sebagai tim yang telah berhasil mencapai babak playoff di musim sebelumnya, media Nottingham menganggap Reading sebagai pesaing utama Forest untuk promosi ke Liga Utama. Di putaran pertama pertandingan liga, Reading dipaksa bermain imbang oleh Ipswich. Oleh sebab itu, selama Forest menang melawan mereka di putaran kedua, Forest akan bisa memperlebar selisih poin mereka dengan Reading.     
0

Tapi, siapa yang mengira Nottingham Forest akan mengalami kekalahan yang menyedihkan seperti itu?     

"0: 3! Ini benar-benar kekalahan total!" Itu adalah evaluasi yang diberikan oleh John Motson, si komentator, usai pertandingan. Tampak jelas bahwa dia juga sudah sangat memahami apa yang akan menyambut manajer baru itu seminggu setelah pertandingan — badai peringatan!     

Forest yang benar-benar tak termotivasi!     

Kekalahan telak Forest!     

Collymore tak berdaya!     

0: 3!     

Sejak dimulainya konferensi pers paska pertandingan, ujung dari tombak-tombak media semuanya terarah pada manajer tim, Stan Collymore. Sekarang giliran Collymore untuk merasakan tudingan yang pernah dirasakan Tang En di masa lalu.     

Collymore telah menjadi target atas semua kesalahan yang terjadi selama pertandingan: Susunan lineup awal, lineup pemain pengganti, upaya tembakan golnya, penggantian pemainnya, penyesuaian usai turun minum, dll. Sementara untuk para pemain yang dibeli Collymore selama periode transfer musim panas ini, penampilan mereka juga tidak terlalu bagus. Tapi, mereka semua dianggap tidak terlalu berdosa, karena perhatian semua orang masih terfokus pada Rebrov yang dibeli paling mahal.     

Berhadapan dengan bek Inggris yang tinggi dan kekar, Rebrov sama sekali tak bisa beradaptasi, membuat penonton mulai merindukan Harewood, yang secara kontinyu selalu tampil baik di paruh kedua musim kemarin. Striker itu, yang tekniknya semakin matang, sudah mencetak gol selama dua putaran pertandingan liga di tim barunya.     

The Nottingham Evening Post bahkan menyinggungnya: Siapa yang mengusir penyerang terbaik kita ?!     

Siapa? Tentu saja Manajer Collymore.     

Menghadapi lautan keluhan itu, Collymore berhasil sepenuhnya, dan dengan cepat, mengelakkan diri dari tanggungjawab. Dia merasa bahwa alasan kenapa tim tak bisa mencetak gol selama pertandingan melawan Reading, dan tak bisa berbuat apa-apa melawan pertahanan mereka yang terkonsentrasi, adalah karena tim tidak memiliki penyerang tengah yang kuat. Menatap lensa kamera yang diarahkan padanya, dia berkata dengan tegas, "Sebelum periode transfer musim panas ditutup, saya akan mengajukan permintaan kepada dewan direktur klub dan membeli penyerang tengah yang kuat! Saat waktunya tiba, saya akan membuat kalian semua melihat Nottingham Forest yang sebenarnya!"     

Edward Doughty menyetujui permintaan Collymore dengan antusias. Pada tanggal 20 Agustus, tiga hari sebelum putaran ketiga pertandingan liga, ia membawa penyerang tengah yang kuat untuk Collymore — Gareth Taylor. Penyerang tengah berusia 30 tahun ini sebelumnya berasal dari Burnley, tingginya 1,88 meter, dengan berat 85kg, dan bagus dalam bola-bola atas. Dia dipinjamkan dari Man City ke Burnley di paruh kedua musim 00-01. Setelah mencetak 4 gol dalam 15 pertandingan, ia kemudian bergabung dengan tim secara gratis. Setelah itu, ia diturunkan dalam total 18 pertandingan selama dua musim berikutnya, dan mencetak 32 gol. Jumlahnya sama, dia mencetak 16 gol dalam 40 pertandingan selama kedua musim. Sebagai penyerang tengah dari sebuah tim Liga Satu, seseorang tak bisa berharap terlalu banyak, dan hasil ini sudah cukup mengesankan.     

Kata-kata Collymore membuat Burnley FC seolah mendapatkan aba-aba untuk menaikkan harga. Nilai pemain kekar itu tiba-tiba melambung dari yang semula hanya £200.000 menjadi £550.000, sebelum Edward Doughty akhirnya bisa memboyongnya ke stadion City Ground untuk bertemu media dan para fans.     

Selama sesi meet and greet dalam konferensi pers, Collymore dengan gembira menepuk pundak Taylor dan mengumumkan kepada media, "Saya sangat senang bisa mendapatkan Taylor. Dia adalah pemain yang sangat bagus. Dengan dia berada di tim kita, kita akan bisa menghancurkan pertahanan semua tim di Liga Satu!"     

Menghancurkan pertahanan semua tim?     

Cardiff City tertawa saat mereka meninggalkan stadion City Ground dengan puas dan mengantongi tiga poin mereka, meninggalkan Collymore dengan skor 1:2, dan kekacauan untuk dibersihkan setelahnya.     

Tim tamu, Cardiff City, mencetak dua gol dalam 10 menit pertama pertandingan, benar-benar mengalahkan Nottingham Forest tanpa ampun. Baru di menit ke-70 Reid berhasil mencetak gol melalui tendangan bebas, tapi itu sudah terlambat. Collymore menggunakan kombinasi striker Rebrov-Taylor, tapi pasangan itu, yang sangat diharapkan olehnya, sama sekali tak bisa mencetak satu gol pun, membuatnya benar-benar kehilangan muka.     

Menghadapi media dan penggemar yang sudah mulai mengeluh, Collymore menemukan alasan lain. "Taylor baru bersama tim selama tiga hari yang singkat, bahkan belum sempat melakukan latihan gabungan dengan tim. Tak punya chemistry adalah hal yang sangat normal. Tapi saya percaya bahwa selama saya diberi sedikit waktu, saya bisa meyakinkan Anda bahwa Anda akan melihat Nottingham Forest yang kuat!"     

Semua itu diucapkan dengan sangat baik!     

Betapa indah kata-kata itu terdengar!     

Merasakan tekanan yang luar biasa dari luar klub, Nottingham Forest dan Collymore akhirnya memenangkan pertandingan. Mereka mengalahkan Coventry City dalam pertandingan tandang mereka dengan skor 3:1. Tapi, yang membuat segalanya canggung bagi Collymore adalah bahwa Rebrov dan Taylor yang dipercaya olehnya masih belum mencetak gol. Dua gol pertama dicetak oleh Andy Reid pada menit ke-19 dan 61, sedangkan gol ketiga dicetak oleh David Johnson di menit ke-85, dan yang baru diturunkan di menit ke-77. Mereka sama sekali tak ada hubungannya dengan Rebrov dan Taylor.     

Empat putaran memasuki musim ini, dan top-scorer tim yang sebenarnya adalah Andy Reid, yang diposisikan di lini tengah, dengan total tiga gol.     

Reid yang berusia 20 tahun memiliki gaji mingguan £1.000, sementara Rebrov yang berusia 29 tahun memiliki gaji mingguan setinggi £11.500, gaji tertinggi di dalam tim. Dalam hal gaji, Reid bahkan tidak mencapai sepersepuluh gaji Rebrov, tapi jumlah gol yang dicetaknya tiga kali lipat dari pria Ukraina itu. Sungguh ironis!     

Tepat ketika Collymore beranggapan bahwa dia bisa sedikit bernafas lega, di hari terakhir bulan Agustus, Nottingham Forest menyambut Norwich City di kandang mereka untuk putaran kelima liga. Forest dipaksa bermain imbang 0:0 di pertandingan kandang. Sebelum dia mengambil posisi manajerialnya, dia berjanji kepada media dan penggemar bahwa mereka akan bisa melihat sepakbola ofensif yang indah, menyindir bahwa gaya bermain tim sebelum ini sama sekali tidak indah. Bagaimana dengan sekarang?     

Dalam hal kualitas para pemain, mungkin tim Nottingham Forest arahan pendahulunya Tony Twain, tak sebagus sekarang. Tapi, mereka mampu menghancurkan Stoke City dengan skor 6:0 di kandang mereka. Tim arahan Collymore, di sisi lain, bahkan tak mampu menang melawan Norwich City, dan tak bisa mencetak satu gol pun.     

Rebrov sudah bisa mendengar jelas cemoohan yang diarahkan padanya dari tribun penonton di City Ground. Taylor juga tak memiliki waktu yang menyenangkan, karena tinggi badannya mencapai 1,88 meter, tapi ia bahkan tak bisa mencetak satu gol dari sundulan.     

Gol! Gol! Gol! Kita perlu mencetak gol! media berteriak, dan para penggemar juga mulai mempertanyakan kenapa kombinasi striker senilai £2.500.000 bahkan tak bisa mencetak satu gol.     

Setelah lima putaran dalam musim tahun 03-04 Liga Satu Inggris, Nottingham Forest, yang sebelumnya dianggap favorit oleh media untuk maju ke Liga Utama, mengantongi hasil dua menang, dua kalah, dan satu imbang, dan berada di peringkat ke-12 klasemen dengan total hanya tujuh poin. Hasil yang diperoleh di pembukaan musim ini bahkan lebih buruk daripada yang diperoleh Paul Hart di musim sebelumnya.     

The Nottingham Evening Post melakukan survei singkat di jalan-jalan Nottingham, dan para fans yang merasa bahwa Nottingham Forest akan kembali ke Liga Utama di akhir musim, sudah turun menjadi 36 persen dari yang semula mencapai 71 persen sebelum musim dimulai. Enam puluh dua persen fans merasa bahwa situasi yang mengerikan ini adalah hasil dari ketidakmampuan Manajer Stan Collymore. Selain itu, 4 persen orang yang disurvei bahkan merasa bahwa, seandainya Stan Collymore terus menjadi manajer tim, Nottingham Forest takkan tetap berada di Liga Satu pada akhir musim — musim depan, orang-orang mungkin akan menemukan nama Nottingham Forest di daftar klub Liga Dua.     

Sebelum dia berjanji untuk menjadi Manajer Nottingham Forest, Stan Collymore menganggap bahwa menjadi manajer sebuah tim adalah hal yang mudah, semudah mencetak gol baginya. Tapi, saat ini dia sedang kesulitan.     

Collymore benar-benar tidak tahu bagaimana dia bisa meningkatkan hasil tim. Mungkin dia hanya bisa berharap Rebrov dan Taylor, yang telah menjadi tumpuan harapannya, akan memiliki penampilan yang luar biasa dan segera mencetak gol untuk menyelamatkan situasi.     

Collymore telah melemparkan rencana latihan kepada Des Walker selama fase persiapan sebelum awal musim, sama sekali tak menunjukkan minat dalam hal itu. Dia bahkan absen secara teratur dari latihan tim. Hanya Tuhan yang tahu ke mana dia pergi ... mungkin sedang berbaring di pelukan seorang wanita, atau muntah di toilet karena mabuk.     

Tentang kebiasaan Collymore, Des Walker merasa sangat tak berdaya. Dia sudah berulangkali mengingatkan Collymore agar memperhatikan tindakannya sebagai manajer tim, karena semua itu akan berdampak negatif kepada para pemain. Tapi, Collymore hanya membantahnya dengan mengatakan, "Akulah bos di sini."     

Melihat semangat tim yang rendah sebagai akibat dari penampilan buruk mereka, bahkan Walker, sebagai asisten manajer, merasa jemu. Walker tiba-tiba merindukan Twain, yang dikirim kembali ke tim pemuda, dan bertanya-tanya bagaimana keadaannya di sisi utara.     

Kalau dia ada di sini, dia pasti takkan membiarkan semua hal berkembang sampai jadi seperti ini. Aku benar-benar tidak tahu kenapa Tuan Ketua memberhentikan Twain dari posisinya... Hei, Tuan Ketua, Anda yang duduk tinggi di lantai dua sana, tolong buka mata Anda. Collymore lebih baik dari Twain? Bisakah seseorang memberi tahuku, bagaimana bisa Collymore lebih baik?     

Sementara Collymore disalahkan atas penampilan tim yang buruk, tim pemuda Tang En, di sisi lain, mendapat tiga kemenangan beruntun di grup keempat liga pemuda. Tiga kemenangan itu adalah, 4:1 melawan Leicester di kandang, 2:1 melawan Derby County di tandang, dan 1:0 melawan Walsall di pertandingan kandang. Selain itu, tim mereka bahkan menang 2:1 melawan West Bromwich di putaran pertama FA Youth Cup di tanggal 19 Agustus, membuat mereka berhak maju ke putaran kedua. Pada tanggal 27 September, mereka akan menyambut tim pemuda Bradford di kandang mereka.     

Ketika Tang En bertanggung jawab atas tim pemuda, ia menemukan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sama seperti ketika dia berada di tim utama, ia masih belum mahir melatih para pemain. Meskipun dia mungkin masih bisa mengatakan sesuatu yang umum, seperti menasihati pemain tertentu untuk lebih melatih aspek tertentu, dia belum bisa memberikan rincian spesifik mengenai rencana latihan. Jauh di dalam hatinya, Tang En paham bahwa hal itu mungkin akan menjadi kekurangan yang akan menemaninya selama sisa karir manajerialnya. Tapi, ia juga tak berencana untuk meningkatkan kemampuannya dalam aspek itu. Waktu dan energi seseorang itu terbatas, dan seseorang yang baik dalam satu aspek akan selalu membuatnya kurang di aspek lain. Menjadi seseorang yang berbakat dalam semua hal adalah hal yang mustahil bagi Tang En, yang baru saja bergabung ke dalam semua ini.     

Meski kemampuannya untuk melatih para pemain kurang bagus, kemampuannya untuk mengarahkan pertandingan dan menyesuaikan kondisi psikologis para pemain membuat asisten manajer David Kerslake merasa sangat malu dengan dirinya sendiri. Dia, yang juga magang di bawah pimpinan Paul Hart bersama dengan Twain, merasa bahwa Twain menyia-nyiakan bakatnya dengan memimpin tim pemuda.     

Suatu hari setelah latihan, Kerslake menunjuk ke arah lapangan latihan di kompleks latihan Wilford dan berkata pada Tang En, "Tony, lapanganmu bukan disini." Dia kemudian menunjuk ke utara, dimana lapangan City Ground berada, dan berkata, "Lapanganmu seharusnya ada disana."     

"David, kau benar. Lapanganku ada di sana. Tapi tidak sekarang. Aku masih menunggu," gumam Tang En sambil melihat langit sore di utara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.