Mahakarya Sang Pemenang

Si Idiot Collymore Bagian 2



Si Idiot Collymore Bagian 2

0"Aku akan mengatakannya sekali lagi, jangan ikut campur," Collymore berbicara dengan gigi terkatup dan menatap Tony Twain dengan cara yang sangat tidak ramah. "B*jingan berdarah campuran itu memukulku. Aku akan membalasnya!"     
0

Tang En tertawa. "Apa kau bicara tentang dirimu sendiri, Tuan Collymore?"     

Collymore menyebut Wood b*jingan berdarah campuran, karena hanya dengan melihatnya sekilas ia bisa tahu bahwa Wood berdarah campuran dari dua ras. Tapi dia lupa kalau dia juga berdarah campuran.     

Sarkasme Tang En seolah menuang bahan bakar ke dalam api. Collymore dengan ceroboh mengayunkan tinjunya ke arah Twain, yang menangkapnya dengan mudah. Meski Collymore pernah menjadi atlet profesional yang kuat dan bertenaga, tapi setelah bertahun-tahun membenamkan diri dengan alkohol, seks, dan gaya hidup berlebihan, Collymore bukan lagi olahragawan yang tak kenal takut. Sekarang ini, dia hanya punya penampilan yang mencolok, dan sudah lama tak punya otak.     

"Jangan lupa melihat di mana kau sekarang berada, Tuan Collymore. Ini adalah tempat latihan tim pemuda. Ini wilayahku. Kau hanya manajer tim pertama, kau tidak mengendalikanku." Tang En mencengkeram tinju Collymore di tangannya, dan tak peduli sekeras apa pun Collymore berusaha, dia tak bisa melepaskan diri. "Wood adalah pemainku. Kalau kau ingin menyentuhnya, kau harus minta ijin dulu padaku. Apa kau minta ijin padaku, Tuan Collymore?" Tang En sedikit memperketat cengkeramannya, dan wajah Collymore berubah jadi jelek.     

Melihat konflik yang terjadi di luar lapangan, para fans semuanya berkumpul. John bertanya dengan antusias, "Tony, apa kau dalam kesulitan?"     

"Tidak, aku tidak dalam kesulitan." Tang En melepaskan tangan Collymore. Collymore mengerang dan memegangi tinjunya.     

Saat itu semua orang mengenali manajer tim pertama yang sebelumnya membelakangi mereka. "Ah! Lihat, siapa yang ada di sini! Tuan Stan Collymore!" teriak Bill, menimbulkan suara mendesis di sekeliling mereka.     

"Oh, oh, oh! Collymore! Oh, oh, oh! Saat kami mengerang dan merintih di tribun, dia merengek dan menangis di ranjang rumah pacarnya yang kesekian!" Para penggemar menyanyikan lagu yang mereka buat sendiri dengan keras. Tang En pernah mendengar lagu itu dinyanyikan para fans di tribun stadion City Ground. Pertama kali dia mendengarnya, dia terkejut. Tapi setelah beberapa baris, dia tak bisa menahan diri untuk ikut menyanyikannya; dia tak punya pilihan, lagunya terlalu menarik.     

"Oh ... sayangku, tim kalah lagi! Aku sangat sedih! Sangat sedih! Hibur aku!" Bill secara dramatis melemparkan dirinya ke arah Big John, membuat semua orang tertawa terbahak-bahak.     

Melihat bagaimana Collymore diolok dan dicemooh semua orang, Tang En teringat adegan ketika dia pertama kali tiba di dunia ini. Satu tahun telah berlalu dengan cepat, dan dia sudah diterima dan disambut oleh orang-orang itu. Sekarang, giliran Collymore yang tidak beruntung.     

"Kalian b*jingan!" serunya. Collymore yang marah mengepalkan tinjunya dengan erat di depan para fans yang bernyanyi dan menari. Dia tampaknya berniat menerkam para fans itu lalu bergulat dengan mereka.     

"Ini benar-benar berita bagus! Manajer Nottingham Forest, Stan Collymore, bertindak tidak pantas terhadap ibu pemain muda, menyerang direktur tim pemuda, dan melecehkan para fans. Penjualan surat kabar besok pasti akan memecahkan rekor. Saya adalah wartawan Nottingham Evening Post, Pierce Brosnan. Saya ingin bertanya pada Tuan Stan Collymore: apakah penampilan tim yang buruk saat ini terkait dengan diri Anda yang terlalu banyak menggunakan energi di tempat tidur?" Pada saat itu, Pierce Brosnan, yang tadinya sedang mewawancarai tim, telah memasuki lingkaran dan jelas mengambil foto dengan ponselnya.     

Collymore secara refleks mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya. Dia tahu dia dalam kesulitan besar hari ini. Awalnya, dia bosan dan memutuskan untuk datang menonton pertandingan tim pemuda. Dia tak menduga ini akan terjadi.     

Dia melihat wajah-wajah tak bersahabat di sekelilingnya dan tahu bahwa dia takkan menemukan wajah yang ramah hari ini. Dia hanya meninggalkan beberapa kata-kata kasar sebelum dia pergi. "Pierce Brosnan? Jangan harap timku memberimu hak untuk wawancara!"     

"Tak jadi masalah. Aku hanya melaporkan tim pemuda."     

Orang-orang di sekitar mereka tertawa dan bernyanyi untuk mengantar kepergian Collymore.     

Setelah selesai berurusan dengan Collymore, Tang En menoleh ke arah Sophia yang ketakutan dengan niat untuk menenangkannya. "Nyonya, aku benar-benar minta maaf karena sesuatu seperti ini terjadi padamu."     

Tetesan air di wajah Sophia sudah mengering, dan dia tampak lebih pucat setelah sedikit kehujanan. Dia menggelengkan kepalanya dengan lembut. "Tak perlu meminta maaf, Tuan Twain. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas payungmu. Kau yang malah basah kuyup sekarang."     

Tang En tersenyum malu-malu. "Ini bukan apa-apa. Sedikit hujan akan baik untukku."     

John dan yang lainnya, yang mengawasi keduanya, mulai diam-diam melangkah mundur untuk memberi mereka sedikit privasi.     

Tapi...     

Klakson mobil merusak rencana mereka. Bus tim pemuda Arsenal keluar dari tempat parkir, meninggalkan Nottingham.     

"Oh, sial!"     

"Sialan!"     

"B*jingan itu!" Kerumunan fans itu mulai menggerutu dengan ribut.     

Tang En menatap aneh pada para fans yang bereaksi tak biasa, "Hei, apa yang kalian lakukan?"     

"Jangan pedulikan kami!" John menjawab dengan suara keras.     

Tang En mengangkat bahu dan kemudian berkata kepada Wood, "Sekarang masih hujan. Lebih baik jangan tinggal di sini terlalu lama. Bawa ibumu pulang, rawat dia, dan jangan biarkan dia terkena flu. Kau bermain bagus hari ini! Pulanglah dan kau bisa sedikit merayakannya."     

Wood mengangguk.     

Setelah Sophia berterima kasih pada Twain, dia perlahan melangkah pergi dengan Wood menopang lengannya. Setelah melihat keduanya pergi, Tang En menoleh ke arah John dan berkata, "Hei ... aku tak punya apa-apa untuk dikatakan, kecuali ... malam ini, Burns Bar! Aku yang membayar minumannya!"     

"Oh, oh, oh! Tony Twain yang murah hati! Oh, oh, oh! Dia mengundang kita untuk minum, dan kita mencintainya! Dia memberi kita kemenangan, dan kita mencintainya!" Sekelompok fans segera menari dengan gembira, mengubah lirik lagu yang baru saja mereka gunakan untuk mengejek Collymore, dan ganti memuji Tony Twain.     

Tang En memandangi sekelompok fans yang menyenangkan itu dan tersenyum. Dia kemudian mengangkat tangannya dan bernyanyi bersama mereka.     

Bus melambat saat melewati kerumunan itu, sehingga bus takkan memercikkan air kotor saat melewati mereka.     

Orang-orang di bus memperhatikan nyanyian dan tarian yang ada di luar dan salah satunya adalah Wenger. Dia menoleh untuk melihat pemandangan di luar jendela. Para fans yang ramai, si pemain nomer 55 yang mematikan langkah Fabregas, dan wanita yang sepertinya adalah ibunya. Dan tentu saja, bagaimana mungkin dia dilewatkan? Dia adalah inti dari semua itu — Tony Twain. Dia benar-benar basah kuyup dibawah hujan, tapi dia masih bernyanyi bersama para fans.     

Pria itu sangat menarik.     

Di Forest Bar malam itu, John dan Bill dengan penuh semangat menceritakan kepada mereka yang tak pergi menonton pertandingan yang sangat bagus sore tadi, bagaimana Tony Twain sendirian menghadapi Collymore dalam sebuah drama penyelamatan oleh pahlawan/gadis yang berada dalam kesulitan. Sekelompok pria berteriak nyaring usai mendengarkan cerita itu.     

"Collymore, idiot yang tak kompeten itu! Aku ingin meninjunya!"     

"Tim Forest sekarang berada di peringkat keenam dari bawah! Pasti sulit baginya setelah membeli semua pemain bagus itu dan memberikan hasil seperti ini!"     

"Dia seharusnya pergi saja dan kembali jadi playboy. Posisi manajer tak cocok untuknya; medan pertempurannya ada di tempat tidur!"     

"Ditambah payudara wanita dan sesuatu di antara kedua kakinya."     

"Aha ha ha ha!"     

Pria-pria itu berbicara lebih banyak dan lebih kasar, terstimulasi oleh alkohol. Tang En tak tertarik membahas tentang Collymore. Dia berbalik untuk berterima kasih pada Brosnan. Kalau dia tidak muncul sore tadi, Tang En tak tahu bagaimana akhir dari situasi itu. Meski dia tidak takut berkelahi dengan Collymore, saat itu jelas bukan waktu yang tepat untuk menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.     

"Kurasa dia akan melampiaskan amarahnya pada surat kabar tempat kau bekerja."     

Brosnan mengangkat bahu. "Takkan jadi masalah. Kami menemukan dalih yang sempurna untuk bisa mengkritiknya tanpa perlu menahan diri, kesempatan yang bagus untuk mengatakan semua hal-hal negatif tentangnya dan tak mengatakan hal-hal yang positif. Kau sama sekali tidak tahu berapa lama orang-orang tua di kantor sudah gatal ingin melakukan itu." Brosnan sudah cukup lama bergaul dengan Twain dan yang lainnya sekarang. Nada suaranya jadi sedikit kasar, dan dia tak lagi terlalu berhati-hati dengan kata-katanya. Kalau sebelumnya, dia akan mengatakan:     

"Oh, itu bukan apa-apa. Kami mungkin jadi punya alasan untuk mengkritiknya. Beberapa pria tua di kantor sudah lama berharap untuk bisa melakukannya."     

Tang En tertawa terbahak-bahak. "Meski aku tak terlalu suka media, aku harus mengakui bahwa kadang-kadang kalian sangat lucu!"     

Brosnan mencoba sedikit membenarkannya. "Erm, kadang-kadang kami menyanjung tim dan mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan kami. Kami tak punya pilihan. Kami tak bisa mendapatkan kursi pers yang lebih baik kalau kami tak memiliki hubungan yang baik dengan klub."     

Tang En menyipitkan mata ke arahnya. "Jadi, apa itu artinya semua pujian yang kuterima darimu sejak awal tahun ini hanya pura-pura belaka?"     

"Ah! Tidak, tidak!" Brosnan buru-buru melambaikan tangannya. "Itu semua adalah kata-kata kami yang sebenarnya, Tuan Twain. Anda melakukan pekerjaan yang bagus untuk tim pertama Forest selama setengah musim lalu! Itu bukan pujian yang dibesar-besarkan, sungguh!"     

Tang En mengangkat gelasnya, mendentingkannya dengan gelas Brosnan dan bergumam, "Bagaimanapun, media masih sebuah mulut dengan dua wajah, apakah itu baik atau buruk, semua tergantung pada apa yang kau katakan dan tuliskan ..."     

Pada saat ini Walker masuk ke dalam bar. Dia baru-baru ini merasa tertekan terkait hasil buruk yang diperoleh tim. Dia jarang datang ke bar untuk minum dan mengobrol. Jadi, Tang En sangat senang melihatnya muncul lagi. Dia mengangkat gelasnya dan berteriak, "Hei! Des! Lama tak bertemu! Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?"     

Walker menggelengkan kepalanya sambil tersenyum masam. "Tim berada di enam terbawah. Aku duduk diatas kursi panas di setiap pertandingan kandang. Rasanya seperti telor diatas penggorengan. Bagaimana menurutmu kabarku?"     

Tang En tertawa, "Kau pasti merindukanku sekarang, kan?"     

"Itu benar. Aku merindukanmu, jadi aku datang untuk menemuimu." Walker mengambil bir dari tangan Burns dan duduk. "Tony, kudengar ada insiden di pertandingan tim pemuda sore ini?"     

Burns tersenyum. "Des, apa yang kaudengar itu benar."     

Tang En mengangguk. "Itu masalah kecil. Collymore datang ke wilayahku dan berperilaku tidak sopan. Dia mencoba merayu ibu Wood."     

"Oh. Kudengar Collymore dipukuli seseorang. Apa itu kau?"     

"Bukan." Tang En menggelengkan kepalanya. "Anak itu yang melakukannya, Wood. Aku tak berhasil menghentikannya. Aku menghadang Collymore saat dia mencoba membalas. Apa ada yang salah?" Dia bisa melihat dari ekspresi Walker bahwa ada sesuatu yang terjadi.     

"Yah, kudengar dia pergi menemui Tuan Ketua."     

Saat dia mendengar Walker mengatakan itu, Tang En malah tersenyum. "Apa dia anak kecil yang masih belum dewasa? Saat diganggu, dia hanya bisa menangis dan pulang mencari ibunya agar dihibur. Jangan khawatir tentang aku, Des."     

"Aku jelas tak mengkhawatirkanmu, Tony. Aku khawatir tentang Wood. Dialah yang memukul Collymore," kata Walker sambil mengerutkan dahi.     

Tiga lelaki lain yang duduk di sekeliling meja terdiam. Wood baru saja menunjukkan bahwa ia cocok untuk sepak bola profesional. Apa dia akan dipaksa mengakhiri karirnya hanya karena dia memukul seseorang?     

Tang En meneguk minumannya, dan kemudian berkata, "Tak perlu takut. Saat hal terburuk terjadi, aku akan membantunya menanggung kesalahan itu. Kalau Doughty ingin menyingkirkanku, aku akan pergi ke tempat lain dan menjadi pelatih disana."     

Burns menekan lengannya dan menggelengkan kepalanya. "Jangan bicara seperti ini sekarang. Mungkin semuanya takkan seburuk yang kau pikirkan."     

Walker mengangguk. "Aku hanya datang untuk memperingatkanmu dan berharap kau siap mental menghadapi semua ini. Dan semua orang tahu Collymore itu orang yang seperti apa. Kau hanya perlu mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang terjadi dan seharusnya semua akan baik-baik saja. Kurasa tak ada lebih dari lima orang di klub yang menyukai b*jingan itu. Saat Collymore ditransfer kembali dari Southend United ke tim Forest, hubungannya dengan rekan setimnya cukup tegang. Aku tak berada di tim Forest saat itu, tapi tiap kali aku mengobrol dengan mantan rekan satu timku, hampir semuanya menyebutkan nama Collymore dalam keluhan mereka." Walker melihat arlojinya, lalu bangkit untuk mengucapkan selamat tinggal. "Aku harus kembali. Satu hal lagi, Tony. Kalau lain kali kau ketemu Wood, katakan padanya aku berterima kasih."     

"Hah?" Tang En tak merespon selama sesaat.     

"Dia melakukannya dengan indah! Jujur saja, aku sudah lama ingin meninju si brengsek itu." Walker mengayunkan tinjunya dan kemudian berbalik untuk meninggalkan bar yang bising.     

"Jangan kaget dengan kata-kata Walker." Burns memandang Brosnan sambil tersenyum dan melanjutkan topik pembicaraan. Walker pernah meninggalkan Forest sebelumnya, tapi Burns selalu tinggal di Nottingham. Dia tahu dan melihat semua yang terjadi dengan tim Forest. "Des benar saat dia bilang tak ada seorangpun di seluruh tim Forest yang menyukainya. Hingga tingkatan tak ada seorangpun yang akan berlari ke arahnya dan merayakan bersamanya setelah dia mencetak gol."     

Tang En mendecakkan lidahnya. Memang sangat jarang ada hubungan antara pemain dan orang-orang lain yang terpecah hingga separah itu.     

"Untuk menghindari pelatihan, Collymore berbohong tentang keluarganya, mengatakan kalau neneknya yang malang menderita penyakit serius dari waktu ke waktu." Burns melanjutkan, "Saat itu, manajer Liverpool, Roy Evans, sangat menyukainya hingga ia membawanya ke Anfield dengan biaya transfer yang memecahkan rekor sebesar £8.500.000. Setiap kali Collymore tersandung masalah, ia akan membantunya memikulnya. Setiap kali Collymore melakukan sesuatu yang salah, pria tua itu akan meminta maaf kepada para fans di pinggir lapangan latihan — meskipun hampir semua kesalahan itu tak ada hubungannya dengan dirinya."     

Tang En menatap ke langit-langit dan mencoba membayangkan seorang pria tua berambut abu-abu berdiri di depan gerombolan fans yang marah, mencoba yang terbaik untuk menenangkan mereka dan meredakan kemarahan mereka. Dia menggelengkan kepalanya dengan bibir berkerut. Manajer itu memiliki pekerjaan yang sulit untuk dilakukan, yang bisa membawanya ke kuburan lebih awal!     

"Evans memilih untuk menanggung kesalahan itu dan bukannya Collymore. Tapi apa balasannya? Collymore tidur dengan putrinya." Burns mengangkat bahu sambil membuka tangannya dan tak melanjutkan ceritanya.     

Brosnan berkata, "Dengan kata lain, sepertinya pukulan Wood sore ini tak cukup keras. Saat aku melihat Collymore, dia seperti lalat yang berdengung di sekitar kue krim kelapa. Bukan hal yang buruk untuk memberinya pukulan berat dan membuatnya tersadar. Jangan khawatir, Tuan Twain. Kalau Collymore menentang Anda, Evening Post takkan melepaskannya semudah itu."     

Setelah mendengarkan pendapat semua orang tentang Collymore, Tang En telah mencapai keputusan di dalam hatinya. "Aku tahu apa yang harus kulakukan hari Senin nanti." Dia menghabiskan birnya dan memindahkannya dari gelas ke perutnya dalam satu tegukan panjang.     

Stan Collymore, kau seorang jenius di lapangan tapi seorang idiot di luar lapangan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.