Mahakarya Sang Pemenang

Konsekuensi dari Provokasi Bagian 1



Konsekuensi dari Provokasi Bagian 1

0Tang En berhenti berbicara dan ruang ganti kembali sepi. Tapi rasanya seperti ada arus yang kuat dibawah permukaan air yang tenang. Setelah beberapa saat, suara napas berat di ruangan itu terdengar semakin keras, dan Tang En tahu waktunya tepat.     
0

"Yah, boys, kita takkan bisa memenangkan pertandingan hanya dengan kemarahan. Kita masih perlu menggunakan otak kita." Dia mengetuk papan taktis, "Kurasa kita semua sudah melihat sepak bola seperti apa yang dimainkan oleh Millwall. Siapa yang ingin memamerkan skill footwork di hadapan mereka? Tidak ada? Bagus sekali."     

"Di babak pertama mereka menggunakan semua upaya mereka untuk menekan keras ke seluruh lapangan. Hasilnya sangat bagus, dan kita tidak bisa bereaksi dengan baik. Tapi aku harus bilang kalau manajer tim lawan itu idiot. Sudah terlihat ada beberapa masalah terkait kebugaran fisik mereka. Babak kedua ditakdirkan untuk menjadi milik kita. Cobalah untuk memanfaatkan lebar lapangan. Kita bisa bergerak lebih banyak dan gunakan lebih banyak operan langsung. Mainkan permainan yang lebih terang-terangan. Mereka ingin menekan dan menahan kita di lini tengah, jangan berikan mereka kesempatan, lewati lini tengah dengan cepat. Mereka suka menendang bola panjang. Kita akan bermain bola panjang dengan mereka! Taylor!" Tang En memandang Gareth Taylor, yang baru saja kembali dari tim cadangan.     

"Kau akan masuk di babak kedua. Kau akan menggantikan Johnson. Perhatikan, semuanya!" Dia meninggikan suaranya. "Kapanpun kau punya kesempatan, tendang bola panjang! Bek tengah mereka tak bisa bersaing denganmu dalam menyundul bola! Pemain mereka yang paling mampu melakukan sundulan, Darren Ward, bahkan tak ada dalam daftar pemain utama untuk pertandingan ini. Pemain berusia 21 tahun Mark Phillips, masih kurang berpengalaman. Dia bukan ancaman bagimu." Tang En memandang Taylor sambil mengucapkan kata-kata ini, semua orang bisa melihat bahwa kunci kemenangan tim untuk babak kedua terletak di tangan pria itu.     

"Sementara pemain lainnya ... b*jingan itu, Muscat, hanya setinggi 1,78 meter, lebih pendek darimu 10 sentimeter. Dan skill menyundul orang itu ... jauh lebih buruk daripada kemampuannya untuk melakukan slide-tackle dan mematahkan kaki seseorang! Tapi tugas yang akan kuberikan padamu bukan untuk mengalahkannya dengan sundulan. Aku ingin kau ... menjatuhkannya! Apa kau tahu yang kumaksud?"     

Taylor berpikir sejenak dan kemudian mengangguk. "Dia punya kartu kuning."     

Tang En meringis dan tertawa geli, "Kau pintar, pria besar. Temukan cara untuk menjatuhkannya, tapi jangan melukai dirimu sendiri. Ingat, kau harus realistis! Kalau kau kena kartu kuning saat melakukan diving tipuan, aku takkan merasa kasihan padamu." Dia mengibaskan jarinya.     

Taylor mengangguk lagi. "Aku tahu apa yang harus dilakukan."     

Ini adalah metode Tang En untuk mendapatkan hati tim dengan mempercayakan tanggungjawab yang berat kepada Taylor di depan seluruh anggota tim yang lain. Ini yang disebut pendekatan wortel-dan-tongkat.     

Setelah tugas diberikan pada Taylor, semua orang tahu apa yang akan menjadi taktik tim di babak kedua: mereka akan menggunakan Taylor yang tingginya mencapai 1,88 meter, yang sangat bagus dalam menyundul bola, sebagai jembatan kepala untuk menyerang dan menerobos ke area lawan. Entah apakah seseorang akan menembak bola atau memberikan assist, semuanya harus melalui kepala Taylor dulu.     

"Rebrov, misimu dalam pertandingan kali ini bukan untuk mengatur serangan, melainkan untuk mencetak gol. Taylor akan segera dijaga oleh lawan, dia akan menarik semua perhatian lini pertahanan Millwall. Kau harus mengikutinya di sampingnya. Saat dia mendapatkan bola, kau harus mengambil umpan kedua sebelum para pemain Millwall dan kemudian, aku tak peduli metode apa yang kaugunakan, kau harus memasukkan bola ke gawang mereka!"     

Rebrov mengangguk dengan penuh semangat.     

"Selanjutnya ... Eugen Bopp, kau harus merenungkan kartu kuning bodoh yang kauperoleh di babak pertama. Kalau aku punya pemain cadangan untuk gelandang bertahan, aku akan segera mengeluarkanmu dari lapangan," kata Tang En sambil menatap pemain muda Jerman itu. Bopp menunduk dan tak berani menatapnya. "Tapi kau beruntung, selain kau dan Gunnarsson, kita tak punya gelandang bertahan lagi. Jadi, kau masih harus tetap berada di lapangan. Renungkan tindakanmu, jangan mengambil inisiatif untuk mendapatkan kartu merah!"     

"Aku ... aku mengerti, bos." Bopp menjawab dengan suara pelan.     

"Gunnarsson, Bopp punya kartu kuning. Kau perlu membantunya lebih banyak di babak kedua. Kalian berdua akan bekerja sama untuk menjaga Cahill! Jangan beri dia kesempatan untuk menendang bola panjang seperti di babak pertama!" Tang En melambaikan kepalan tangannya. Cahill bisa dengan mudah menembak di babak pertama karena Bopp dan Gunnarsson tidak menghadangnya tepat waktu.     

"Ya, Pak." Pria Islandia itu menjawab dengan wajah datar tanpa ekspresi.     

"Sementara untuk kapten mereka ..." Tang En menutup matanya dan berhenti sejenak. Mulai saat ini, dia harus mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu. Dennis ... Biarkan aku mengantarmu pergi untuk yang terakhir kalinya!     

"Kalian tak perlu takut pada pria berusia 37 tahun!"     

※※※     

Disaat Tang En memberikan tugas kepada para pemain dan menyusun strategi mereka, Des Walker pergi sendirian untuk melihat situasi di stadion. Kerusuhan di tribun telah mereda dan semua telah kembali tenang. Tapi dilihat sekilas, masih ada banyak kursi yang kosong. Orang-orang itu pasti dibawa pergi oleh polisi, atau dikirim langsung ke rumah sakit ...     

Ada tiga baris polisi anti huru hara bersenjata lengkap yang ditempatkan di kedua sisi tribun untuk fans tim tamu. Kadang-kadang, fans dari kedua belah pihak masih terlibat dalam perang kata-kata dengan dibatasi oleh dinding manusia tiga lapis, tapi situasi telah dipulihkan dan cukup tenang. Sepertinya babak kedua akan bisa berjalan dengan normal.     

Kebetulan wasit keluar dari ruang wasit dan Walker menatap mereka sambil bertanya-tanya dalam hati. Ofisial keempat mengangguk padanya. "Babak kedua pertandingan bisa diteruskan, Tuan Manajer."     

"Itu kabar baik," Walker tersenyum. "Kalau wasit memutuskan untuk membatalkan babak kedua dan menunda pertandingan, Nottingham Forest dan Tony Twain akan mengalami pukulan terbesar."     

Melihat respons Walker, ofisial keempat berhenti dan berkata kepadanya, "Saya juga merasa itu adalah kabar baik, Tuan Manajer. Saya berharap di babak kedua nanti kita semua akan menonton pertandingan, dan bukan yang lain. Jadi, tolong beri tahu manajer Anda untuk tetap tenang di pinggir lapangan."     

Walker mengangkat bahu, "Apa Anda berencana untuk mengatakan hal yang sama pada manajer Millwall dan para fans mereka, Tuan Wasit?"     

Pertanyaan ini membuat ofisial keempat itu terdiam dan tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Dia masih terdiam sesaat, dan kemudian menggelengkan kepalanya, "Aku akan melaporkan semua fakta pertandingan ini ke Football Association. Selamat tinggal, Tuan Manajer." Lalu dia membalikkan badan dan melangkah pergi.     

Melihat punggung lelaki itu yang berjalan menjauh, Walker tertawa dan berkata dengan suara keras, "Anda seharusnya mengucapkan semoga sukses kepada Tuan McLeary!"     

Dia berbalik dan berjalan ke ruang ganti, membuka pintu, dan mendapati Twain hampir selesai berbicara.     

"Tony, babak kedua akan dimulai tepat waktu." Dia memberitahu kabar baik itu kepada Tang En.     

Tang En tersenyum. "Itu bagus sekali! Guys, kalian tak perlu khawatir tak bisa melampiaskan amarah kalian! Apa kalian masih ingat semua yang kukatakan?"     

"Kami ingat, bos!" Para pemain menjawab dengan suara keras.     

"Tutup matamu dan ingatlah bagaimana mereka memperlakukan kita di babak pertama! Apa yang kalian ingat? Bagaimana perasaan kalian saat itu?" Tang En seperti seorang virtuoso yang membimbing para pemain untuk mencapai kondisi yang diinginkannya.     

Michael Dawson mengangkat tangan yang terkepal dan sedikit gemetar. "Aku ... aku ingin keluar dan bermain! Pak Kepala! Aku ingin menutup mulut semua b*ngsat itu!"     

"Kalau begitu ayo kita lakukan! Singkirkan mereka!" Tang En dan Walker minggir dari ambang pintu dan semua pemain bergegas keluar. "Biarkan mereka tahu ... konsekuensi dari memprovokasi kita!"     

※※※     

Setelah babak kedua pertandingan dimulai, suara mendesis dari para fans Millwall di tribun tampaknya tak berkurang sedikitpun dan beberapa suara nyanyian yang menghina Gavin juga masih terdengar. Tapi Tang En tak lagi bersaing dengan para fans di belakang area teknis. Dia berdiri di pinggir lapangan, dengan tangan dimasukkan ke dalam saku dan menonton pertandingan yang sedang berlangsung dengan wajah muram.     

Melihatnya seperti itu, dia kelihatan seperti sedang mencemaskan hasil pertandingan karena timnya tertinggal satu gol. McLeary duduk di area teknis dengan bersilang kaki, bersiap-siap untuk menikmati pertunjukan yang bagus.     

Tapi ... pertunjukan bagus milik siapa yang akan ditampilkan?     

Cahill berusaha menggiring bola untuk menerobos dari zona tengah. Tapi ia dihadang oleh Gunnarsson dan Bopp secara bersamaan di area gawang. Gunnarsson merebut bola, mengopernya ke Andy Reid di sayap kiri. Kekuatan Reid adalah memberikan umpan panjang, dan dia mengikuti instruksi Twain dan langsung memberikannya pada Gareth Taylor di lini depan.     

Pria yang menjaga Taylor saat ini bukan Muscat, melainkan Mark Phillips muda, yang tak bisa dibandingkan dengan Taylor baik dalam hal pengalaman maupun ukuran fisiknya. Kedua pemain itu bahkan belum melompat, dan dia sudah kalah duluan — Taylor menyeruak maju ke depan tubuhnya dan dia benar-benar kehilangan posisinya!     

Saat ini Taylor masih belum memasuki area penalti, jadi tak mungkin untuk langsung melakukan sundulan ke gawang. Selama berebutan posisi dengan Phillips, dia melihat Rebrov berlari dari belakang, dan Wise mengikutinya dalam jarak dekat. Haruskah dia mengoper bola pada Rebrov?     

Saat dia melihat Reid mengoper bola pada Taylor, Rebrov berlari ke depan, dan Wise, yang sudah sangat berpengalaman, bisa langsung menebak taktik tim Forest dan segera mengikutinya. Ini menciptakan masalah besar bagi pemain Ukraina itu dalam melakukan langkah selanjutnya.     

Menghentikan bola? Kemungkinan besar bola itu akan direbut oleh Wise. Kaki pria kecil itu terlalu cepat! Dan sekarang tidak ada banyak orang di garis pertahanan Millwall. Dia tadinya berharap untuk bisa langsung menyerbu, mencari kesempatan untuk menerobos para pemain bertahan yang terlalu dekat satu sama lain, dan kemudian menghadapi kiper. Sepertinya rencana itu tidak lagi bisa dijalankan sekarang.     

Untuk menghalangi Wise memotong umpan, dia hanya bisa menghentikan bola di sayap. Meski dia masih bisa mempertahankan penguasaan bola, dia juga akan kehilangan peluang terbaik dalam melakukan serangan.     

Apa yang bisa dia lakukan?     

Saat Collymore dipecat, Rebrov tadinya berpikir bahwa hari-harinya di tim Forest sudah bisa dihitung dengan jari. Tapi, dia tidak menduga bahwa di pertandingan sebelum ini, kata-kata si manajer baru dan perubahan posisinya membuatnya bisa mendapatkan awal yang baru. Ya, meski awal mulanya dia adalah seorang striker, dia tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan posisi seorang striker saat dia bermain di Tottenham Hotspur. Hal yang sama juga terjadi di tim Forest. Ketika dia mulai meragukan kemampuannya, Twain mengatakan padanya untuk mundur ke belakang sejauh 20 meter dan dia akan melihat sebuah dunia yang sangat berbeda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.