Mahakarya Sang Pemenang

Inilah Eastwood! Bagian 2



Inilah Eastwood! Bagian 2

0Sebenarnya, alasan utama keributan media atas pemain tak dikenal yang baru dikontrak itu adalah "larangan" yang diumumkan oleh Tang En setelah insiden dengan Millwall. Dia melarang semua pemain dan staf menerima wawancara dari media. Pada saat yang sama, latihan tim telah diubah dari terbuka menjadi tertutup. Tidak ada fans, apalagi wartawan, yang bisa mendapatkan tanda tangan pemain favorit mereka di lapangan.     
0

Para fans lebih memahami hal ini; mereka tahu itu demi performa tim. Tapi media berbeda. Melarang mereka mewawancarai tim akan menghilangkan kemampuan mereka untuk membuat berita, yang kemudian akan menghambat mereka dalam menghasilkan uang. Industri media Inggris sangat kompetitif, dan setiap reporter yang tak bisa membuat artikel kemungkinan besar akan kehilangan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, media berharap klub sepak bola lainnya akan lebih kooperatif.     

Tapi Tang En kurang memahami detail tentang semua ini. Dia hanya merasa bahwa timnya membutuhkan suasana yang tenang untuk menyesuaikan diri dalam persiapan menghadapi serangkaian pertandingan penting mendatang. Oleh karenanya, ia langsung mengumumkan bahwa latihan tim ditutup untuk semua orang, tanpa menyadari bahwa dengan melakukan itu, dia telah menyinggung media yang pernah sangat menyukainya. Bahkan pemain barunya, Freddy Eastwood, juga tidak luput dari incaran media. Kehidupan pribadinya telah menjadi alasan untuk mempertanyakan kemampuannya.     

Tang En telah membaca semua artikel berita itu. Keraguan semacam itu sudah cukup untuk menghancurkan pemain muda seperti Eastwood; dia bahkan belum melakukan apa-apa, dan dia sudah benar-benar direndahkan. Kalau stamina emosinya lebih rendah, ia mungkin bisa benar-benar tenggelam ke dalam badai media.     

Tapi Tang En tak merasa cemas. Selama latihan, Eastwood tak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia terpengaruh oleh apa yang dikatakan media. Entah itu karena dia memang tak pernah membaca koran yang berhubungan dengan olahraga, atau dia cukup percaya diri dengan kemampuannya. Tang En lebih cenderung yakin dengan alasan yang terakhir itu, berdasarkan atas pemahamannya tentang gipsi itu yang diperolehnya selama beberapa hari terakhir.     

Karena itu, ia memasukkan pria gipsi itu ke daftar nama pemain untuk pertandingan berikutnya. Kalau ada kesempatan, ia akan membiarkan Eastwood turun ke lapangan. Tak ada cara lain yang lebih baik untuk membantah ketidaktahuan media selain membuktikan bahwa mereka salah melalui tindakan Eastwood sendiri.     

※※※     

Saat itu tanggal enam Januari, pagi hari sebelum pertandingan. Sinar matahari yang biasanya jarang terlihat justru muncul di langit Nottingham, membuat Tang En, yang tiba di lapangan lebih awal, berada dalam suasana hati yang bagus saat ia menunggu para pemain.     

Karena pertandingan hari berikutnya adalah pertandingan tandang, tim harus berkumpul pagi itu dan naik bis tim ke Sunderland bersama-sama. Sore harinya, mereka akan membiasakan diri dengan Stadium of Light sebagai persiapan untuk pertandingan yang akan diadakan keesokan harinya.     

Tang En melihat mobil derek biru yang dikenalnya diparkir di dalam gerbang. Mata Tang En menyusuri sepanjang jalan kecil di luar lapangan latihan, dan di kejauhan dia bisa melihat seorang pria di atas kuda yang berderap ke arahnya. Suara gemerincing kaki kuda terdengar jelas dan memecah kesunyian pagi hari di lapangan latihan.     

"Selamat pagi, Freddy." Tang En menunggu pria gipsi itu mendekat sebelum mengangkat tangan dan menyapanya.     

"Selamat pagi, Pak." Freddy melompat turun dari kuda, memegang kendali erat-erat di tangannya. Dia kelihatannya sedang berada dalam suasana hati yang cukup bagus.     

"Apa kau sudah terbiasa dengan kehidupan di sini?"     

"Kurang lebih. Sangat tenang di sini, tak ada banyak gangguan. Sabina dan aku sama-sama menyukainya."     

Tang En mengangguk. "Itu bagus. Kalau kau mengalami kesulitan, ungkapkan saja pada klub. Semuanya bisa diselesaikan ... kau tahu, selain membangun kandang kuda."     

Eastwood tertawa. Dia menepuk leher kuda hitam itu dan merapikan surainya. "Dia baik-baik saja di toko hewan peliharaan itu. Aku dan Sabina harus pergi ke banyak tempat sebelum menemukan toko hewan peliharaan yang mau menerimanya. Toko yang lain tak punya ruangan yang cukup besar."     

"Yah, kalau kau katakan pada mereka bahwa kau adalah pemain Nottingham Forest, kurasa mereka mungkin akan lebih bersedia."     

"Ya, Pak, aku memang menyebutkannya. Kalau aku tidak melakukannya, pemilik toko itu takkan menyetujuinya."     

Tang En tergelak. "Freddy, setelah kau mencetak gol dalam pertandingan, kurasa pemilik toko itu akan lebih antusias dalam menandatangani kontrak pemberian makan hewan denganmu."     

Topik pembicaraan secara alami bergeser ke arah pertandingan.     

"Apa kau membaca komentar media tentangmu?" tanya Tang En.     

Eastwood mengangguk. "Aku sudah membaca semua itu. Tak ada yang baru. Semuanya menyinggung hal-hal lama yang sudah berlalu." Dia mengangkat bahu dan berkata dengan sedikit menghina, "Mereka tak punya bukti bahwa aku pemain yang buruk. Apa aku akan bermain dalam pertandingan ini, Pak?"     

Tang En menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu," katanya jujur. "Tergantung situasinya. Kalau kita tetap tak bisa memecahkan kebuntuan setelah bermain terlalu lama, aku mungkin mempertimbangkan untuk memasukkanmu ke lapangan. Kau satu-satunya striker yang kubawa sebagai cadangan, jadi kalau aku harus melakukan penyesuaian di garis depan, kaulah satu-satunya orang yang bisa kumasukkan ke lapangan."     

Melihat Eastwood terdiam dan mengelus kuda kesayangannya, Tang En bertanya, "Bisakah kau memberitahuku kenapa kau suka melakukan pemanasan dengan berkuda sebelum setiap pertandingan?"     

"Aku sendiri juga tidak yakin kenapa... aku selalu suka kuda, jadi mungkin berkuda bisa lebih membantuku dalam menenangkan pikiran dan saraf-sarafku. Sebenarnya memang seperti itu; aku tak pernah merasa gugup tentang pertandingan yang akan berlangsung," jawab Eastwood. Tang En percaya bahwa ini adalah rahasia dibalik kemampuannya mencetak begitu banyak gol: pikiran yang tenang.     

Dia tak peduli bahwa para reporter terfokus padanya, dan tak peduli media meragukan kemampuannya. Dia tak peduli berapa penghasilannya setiap minggu, dan tak peduli apakah hidupnya di karavan dikatakan primitif atau tidak. Dia tak peduli dengan tatapan yang diberikan orang-orang kepadanya, baik itu antisipasi atau kekecewaan. Dia tak pernah memikirkan tentang sesuatu yang tak ada kaitannya dengan dirinya sendiri.     

Ada begitu banyak orang yang menghabiskan hidup mereka dengan memikirkan berapa banyak yang telah mereka peroleh. Pada akhirnya, mereka justru kehilangan lebih banyak karenanya. Eastwood, si gipsi murni, hanya ingin bermain sepakbola, dan dia mendapat kontrak profesional pertamanya karena itu.     

Memikirkan tentang hal ini, Tang En berkata padanya, "Freddy, kau pasti sudah mendengar desas-desus tentangku, kan?" Tang En merujuk pada rumor bahwa "Manajer Nottingham Forest memiliki kemampuan untuk melihat ke masa depan," yang sebagian besar tersebar dari bar milik Burns.     

"Apa Anda merujuk pada desas-desus bahwa Anda seorang penyihir, Pak?"     

"Benar, kelihatannya kau sudah tahu! Aku memiliki kemampuan untuk melihat masa depan!"     

"Lebih akurat dari kami, para orang Gipsi?" tanya Eastwood lagi, sambil tersenyum.     

"Tentu saja! Freddy, kau akan mencetak banyak, banyak gol di masa depan, dan mendapatkan begitu banyak piala dan medali sampai-sampai kau takkan bisa memegang semuanya dengan kedua tanganmu. Dan kau akan mendapatkan banyak uang," kata Tang En, mencoba terdengar misterius. "Saat waktu itu tiba, kau bisa membeli sebidang tanah, membangun sebuah puri kecil dan sebuah kandang kuda, dan menaiki kudamu setiap hari sepuas hati!"     

Eastwood tertawa keras dan berkata, "Terima kasih atas saran Anda, Pak. Kalau aku bisa menghasilkan uang sebanyak itu, aku akan mempertimbangkannya."     

"Tidak, tidak, ini bukan saran. Itu ramalan. Kau akan menjadi sukses. Aku tidak pernah salah tentang siapa pun!" Setelah selesai mengucapkan itu, Tang En melihat kembali arlojinya. "Pulanglah dan sarapan. Sudah hampir waktunya bagi tim untuk berkumpul."     

Eastwood mengucapkan selamat tinggal pada Tang En dan melompat naik ke atas kuda, kemudian berderap pergi dengan ditemani suara ringkikan kuda.     

Di belakang Tang En, bis tim Nottingham Forest yang berwarna merah sudah berhenti di depan pintu masuk kompleks latihan.     

※※※     

Sunderland, Stadium of Light. Ada layar besar yang berada diantara dua blok tribun yang terisi penuh. Layar itu menunjukkan dengan jelas tim mana yang berpartisipasi di dalam pertandingan, waktu yang telah berlalu dan skor saat ini:     

Sunderland versus No ttingham Forest, tujuh puluh tujuh menit, 0: 0.     

Stadion dipenuhi suara riuh, meskipun tim tuan rumah tak bisa memecahkan kebuntuan hingga pertandingan hampir berakhir. Meski begitu, fans Sunderland terus bersorak dan bernyanyi dengan keras untuk menyemangati tim. Tang En juga sering melihat adegan yang serupa di Stadion City Ground, dan dia tak lagi mengatakan hal-hal seperti "penggemar sepakbola Inggris memiliki banyak sportivitas".     

Pada saat itu, Freddy Eastwood, yang mengenakan kaus jersey nomor 23, berdiri di tepi lapangan, menunggu bola mati.     

Dia akan menggantikan gelandang bertahan Eugen Bopp, dan menjadi bagian dari ujung panah ganda bersama dengan Gareth Taylor. Kali ini, Tang En telah memutuskan untuk memberikan pukulan fatal kepada lawan.     

Freddy Eastwood, meskipun baru berusia dua puluh tahun, telah mengalami banyak pasang surut tahun lalu. Eastwood, yang dibesarkan di tim pemuda West Ham United, tak lagi memiliki masa depan setelah kakinya patah. Menganggur di "rumah," satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah membantu ayahnya menjual mobil bekas. Kelihatannya dia akan terus seperti itu sepanjang sisa hidupnya, memiliki beberapa anak lagi bersama istrinya, dan terus tinggal di karavan, menjalani kehidupan tradisional gipsi. Tapi dia masih tetap kembali ke lapangan, meski hanya bisa bermain di pertandingan amatir, yang tak punya banyak penonton dan tak disiarkan di televisi. Dia berharap bisa membuktikan pada semua orang bahwa dia masih bisa bermain sepak bola, meski mimpinya untuk menjadi pemain sepakbola profesional kelihatannya tak bisa terwujud.     

Itulah yang terjadi, hingga suatu hari sekitar sebulan yang lalu, seorang pria tiba-tiba saja datang mengetuk pintu rumah untuk mencarinya, dan bertanya padanya, "Freddy, apa kau masih ingin bermain sepakbola profesional?" Api mimpi di hatinya seolah kembali menyala.     

Pria itu adalah satu-satunya orang yang percaya bahwa ia masih bisa bermain sepak bola secara profesional, jadi Eastwood bergabung dengan timnya. Kali ini, waktunya untuk bermain bagi tim akhirnya tiba, meski waktu yang tersisa hanya kurang dari lima belas menit.     

Semenit yang lalu, pria itu memanggil Eastwood. Dia meminta Eastwood melepas rompi tim yang dipakainya untuk pemanasan dan bersiap untuk masuk ke lapangan. Pria itu tak mengatakan apa-apa, dan hanya mengatakan ini pada Eastwood: "Pada dasarnya, pertandingan profesional itu tak jauh berbeda dari pertandingan amatir. Jadi begitu kau mendapat bola, tembak saja, tak peduli kau berada di luar area penalti atau di dalam area dekat gawang."     

Eastwood terus mengunyah permen karetnya, ekspresinya rileks. Suara para fans Sunderland yang bersorak tak membuatnya takut, dan tim peringkat keempat di liga juga tak membuatnya takut. Karena, pada dasarnya, pertandingan amatir tak berbeda dari pertandingan profesional. Pertandingan itu dilakukan dengan cara yang sama. Tiang gawang untuk pertandingan amatir tidak memiliki ukuran yang lebih besar, dan bola yang digunakan dalam pertandingan profesional juga tidak akan lebih berat.     

"Nottingham Forest membuat beberapa penyesuaian pada susunan pemain mereka. Mereka mengganti gelandang bertahan Eugen Bopp dengan striker baru Freddy Eastwood, yang baru saja bergabung dari liga amatir." John Motson melaporkan penggantian pemain ini dengan sangat sistematis, dan tidak merasa bahwa pergantian pemain ini akan membuat perbedaan. "Manajer Twain berharap bisa memperkuat serangan mereka, dan tak ingin kembali ke Nottingham dengan tangan kosong. Tapi kita tak bisa berharap terlalu tinggi pada pemain pengganti ini; seorang striker yang pernah mengalami patah kaki dan bermain di liga amatir ... Aku tak mengira bahwa Manajer Twain adalah seorang dermawan, tapi anak muda itu sepertinya juga tak bisa memberikan harapan," kata Motson, menggelengkan kepalanya.     

Pada akhirnya, Nottingham Forest mendapat bola yang keluar garis tepi di lini depan. Ofisial keempat mengangkat papan nama untuk menunjukkan pergantian pemain.     

Bopp berlari keluar lapangan, terengah-engah, dan menepuk tangan Eastwood sebelum kembali ke bangku pemain cadangan.     

Suara seorang pria terdengar melaporkan penggantian pemain dalam sebuah siaran langsung. Gelombang cemoohan terdengar dari tribun fans tuan rumah. Tak semua pemain dari tim tamu akan menerima perlakuan seperti ini. Tampak jelas bahwa skor 0:0 di lapangan tidak hanya membuat para pemain Sunderland menjadi tidak sabaran, tapi juga membuat para fans Black Cats berada dalam suasana hati yang sangat buruk.     

"Pulang sana kembali ke karavan udik milikmu, gipsi!"     

"Kami akan mematahkan kakimu lagi!"     

"Bocah liga amatir, kau seharusnya tak datang kemari!"     

Eastwood kelihatannya tak mendengar semua itu saat dia berlari menuju ke garis tepi lapangan.     

Pemain Nottingham yang seharusnya melempar bola dengan sengaja mengulur waktu pertandingan, membuat kesal para fans Sunderland. Cemoohan di stadion tampak naik ke level berikutnya. Dalam kondisi seperti ini, di mana suara ejekan mereka cukup memekakkan telinga hingga bisa menyebabkan serangan jantung, Freddy Eastwood menerima umpan dari rekan satu timnya.     

Dia menerima bola dengan tenang, dan, setelah membalikkan badan untuk melihat ke arah sekeliling, dia menemukan tak ada pemain lawan yang menjaganya. Tentu saja; siapa yang akan peduli dengan pemain amatir seperti dia, yang pernah patah kaki dan sedang memainkan pertandingan profesional pertamanya? Dia menggiring bola ke tengah, dan masih tak ada yang datang untuk mencuri bola darinya.     

Kata-kata Tang En sekali lagi terdengar di telinganya. ".... Setelah kau mendapat bola, tembak saja, tak peduli kau berada diluar area penalti atau di dalam area dekat gawang."     

Jadi dengan ringan dia sedikit menendang bola ke depan, kaki kirinya sedikit ditekuk ke belakang, menopang seluruh tubuhnya. Setelahnya, dia menarik kaki kanannya ke belakang, kaki yang dulu pernah patah. Tubuhnya seperti busur yang ditarik kencang. Saat dilepaskan, kekuatan yang besar juga seolah terlepaskan.     

Tembakan panjang!     

Bola meluncur ke arah gawang seperti bola meriam. Kiper Sunderland melompat tinggi ke udara, berusaha menghentikan bola. Tapi dia hanya berhasil mencegat angin. Bola itu sudah melewatinya. Di belakangnya, jaring gawang bergoyang dengan keras.     

"EASTWOOOOOOOOOD!" Motson berteriak sekuat tenaga. "Sungguh tembakan jenius! Sungguh gol yang indah! Tembakan panjang sejauh tiga puluh meter!"     

Cemoohan di Stadium of Light menghilang dalam sekejap. Semua orang tercengang. Mulut mereka yang baru saja menyemburkan kata-kata kasar terbuka lebar seolah-olah mereka lupa bagaimana caranya menutup mulut mereka.     

Eastwood bergegas menuju sisi lapangan, meluncur dengan lututnya. Di belakangnya, rekan setim Nottingham Forest berlari ke arahnya.     

Walker, yang ternganga melihat Eastwood terkubur dibawah anggota tim lainnya, dengan penuh semangat berteriak disamping Tang En, "Tony! Kau benar! Kau mengejutkan semua orang! Dia mengejutkan semua orang di Sunderland!"     

Tang En, bagaimanapun juga, tidak seterkejut Walker. Dia hanya berdiri di depan kursi manajer dan bertepuk tangan. Lagi pula, dia sudah lama tahu bahwa Eastwood bisa melakukannya. Dia bisa mencetak gol, dan dia akan mencetak lebih banyak gol.     

Televisi sedang memutar ulang tembakan Eastwood sejauh tiga puluh meter, dan suara bersemangat Motson masih berbicara. "Ini adalah gol pertamanya, tujuh detik setelah memasuki lapangan! Tujuh detik untuk satu gol! Tujuh detik yang lalu, tak ada orang yang mengenalnya. Sekarang, ijinkan aku untuk memperkenalkannya sekali lagi - Hadirin sekalian, inilah Freddy Eastwood!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.