Mahakarya Sang Pemenang

Kedisiplinan Tim Bagian 1



Kedisiplinan Tim Bagian 1

0Pada hari Senin, 7 Desember, para pemain, yang baru saja menyelesaikan liburan satu hari setelah pertandingan, kembali ke kompleks latihan untuk berlatih. Sebagian besar dari mereka tampak lalai karena tim baru saja melakukan perubahan personel penting yang akan mempengaruhi masa depan mereka.     
0

Saat para pemain mengganti pakaian mereka di ruang ganti, mereka mendiskusikan manajer baru mereka — bagi sebagian dari mereka, manajer itu bukan manajer "baru".     

Beberapa orang tampak bersemangat, beberapa orang tampak frustrasi, dan beberapa orang lagi tampak takut.     

Serhiy Rebrov duduk bertelanjang dada di bangku dan bersandar ke dinding. Dia tidak tahu apa dia harus merasa cemas atau takut sekarang.     

Sungguh ironis bahwa para manajer yang mempercayainya selalu dipecat. Ini persis seperti situasi yang dialaminya di Hotspur.     

Pada saat itu, ia dibawa ke London Utara dari Dynamo Kyiv oleh manajer Hotspur, Graham. Klub dan manajer itu memiliki harapan tinggi untuknya, dan £11.000.000 mengilustrasikan dengan sangat baik seberapa tinggi harapan mereka. Tapi? Tak lama kemudian, Graham dipecat karena penampilan tim yang buruk. Performa Rebrov sendiri juga tak memuaskan. Saat manajer baru Hoddle membawa enam pemain baru dalam satu kali transfer di saat kedatangannya, Rebrov tahu waktunya di White Hart Lane akan segera berakhir.     

Tottenham Hotspur pernah ingin menjualnya. Dia dan Shevchenko pernah membentuk tim impian kombinasi striker tahun itu di Liga Champions UEFA, dan sekarang dia tak lagi menarik bagi siapa pun. Kemudian, dia dipinjamkan untuk sementara ke tim Fenerbahçe Turki. Penampilannya dalam pertandingan masih buruk. Dia hanya bisa mencetak satu gol dalam setengah musim.     

Selama periode ini, ia tak hanya kehilangan posisinya di klub, tapi dia juga kehilangan posisinya di tim nasional Ukraina.     

Musim panas itu, Shevchenko baru saja memenangkan Liga Champions UEFA di AC Milan. Dia menerima sambutan bak pahlawan saat kembali ke rumah untuk liburan. Saat dia tampil di depan orang-orang Ukraina dengan trofi Liga Champions UEFA, seluruh lapangan bersorak sorai, seolah-olah trofi di tangannya bukan Liga Champions UEFA melainkan trofi Piala Dunia.     

Dan bagaimana dengannya? Semakin memburuk hingga mencapai titik dimana tak ada seorangpun yang menginginkannya!     

Kenapa hasil yang mereka peroleh sangat berbeda padahal mereka berdua dulunya terkenal sebagai partner?     

Saat hujan musim dingin di London, dia tak bisa melihat menembus awan gelap yang tebal di atas. Apa di bawah langit Nottingham sekarang ini juga sama?     

Apa aku benar-benar tidak cocok untuk sepakbola Inggris? Apakah memutuskan pergi keluar negeri untuk mencari nafkah merupakan sebuah kesalahan? Kenapa Shevchenko bisa berhasil di Italia, dan aku, rekannya, tidak bisa?     

Faktanya, situasi Rebrov di tim sedang tidak baik. Sebagai pemain bintang yang paling mahal dan terkenal di tim ini, ia memiliki gaji mingguan tertinggi, tapi sama sekali tak bisa memberikan kontribusi apa pun kepada tim. Akan tetapi tak ada yang bisa mengatakan bahwa pria Ukraina itu tak berusaha melakukan yang terbaik dan hanya menerima uang tanpa melakukan pekerjaannya. Dia berhati-hati dan teliti selama berlatih, dan tak pernah menyombongkan diri sebagai "seorang striker dari Liga Utama." Tidak ada yang pernah melihatnya bermalas-malasan. Terkadang penampilan dan kondisinya selama berlatih juga cukup bagus, tapi dia hanya tak bisa mencetak gol selama pertandingan.     

Itu membingungkan.     

Orang lain yang kelihatannya juga memiliki banyak beban di dalam pikirannya adalah kapten muda tim, Michael Dawson. Tapi alasannya berbeda dari Rebrov. Dia berdiri di tengah-tengah ruang ganti dan memperhatikan rekan setimnya yang berisik sambil merenung.     

Kenapa Chief kembali kemari?     

Pemain veteran, Eoin Jess berdiri, menatap Dawson yang sedang termenung dan mengerutkan kening. Michael, kau tidak boleh seperti ini. Kau adalah kapten, kau tidak boleh menunjukkan keraguan sedikit pun.     

Dia berjalan menghampiri dan menyentuh Dawson, membisikkan namanya, "Michael, Michael."     

"Hah?" Dawson tersadar dari lamunannya dan menatap Jess, agak bingung.     

Jess menghela napas, dan kemudian berkata padanya, "Suruh semua orang keluar. Kita menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengganti pakaian. Kalau bos tahu, ia pasti marah."     

"Oh, benar. Ya, Chief paling benci terlambat saat latihan dan hal-hal seperti itu," Dawson mengangguk dan bergumam.     

Saat Tang En memimpin tim musim lalu, ia akan berada di lapangan latihan lebih awal dari tim setiap harinya. Meski dia tak terlalu peduli tentang konsep waktu dalam kehidupan pribadinya, dia disiplin di tempat kerja. Kalau dia mengatakan akan memulai latihan pukul sembilan, maka keluar dari ruang ganti pada pukul sembilan lewat sepuluh detik akan mendapatkan satu putaran keliling lapangan sebagai hukumannya.     

Sebenarnya, tentang hal itu, Tang En belajar dari guru SMA-nya yang bertanggung jawab atas kelasnya. Saat bel sekolah akan berdering, guru yang keras itu akan berdiri di luar pintu untuk menangkap siswa yang terlambat. Tang En menganggap ini adalah trik yang bagus, jadi dia menggunakannya.     

Dawson melihat ke sekeliling ruang ganti dan para pelatih ada di sana. Pada saat ini, dia harus mengambil tanggung jawab sebagai kapten. Jadi, dia menepukkan tangannya dan berkata dengan suara keras, "Baiklah, semuanya! Cepat ganti pakaian kalian, kita akan keluar untuk latihan!"     

Tak semua orang mendengarkannya. Saat semua orang sudah bangkit berdiri dan keluar, Gareth Taylor masih duduk di bangku, dan belum mengganti pakaiannya.     

Ketidakpedulian Collymore terhadap disiplin tim secara alami memupuk kebiasaan malas para pemain. Taylor, pendatang baru yang ditransfer ke Forest pada musim ini, telah mencetak 10 gol dan saat ini bahkan masih belum separuh musim. Dia adalah penyerang top scorer tim Forest, jadi dia sengaja menyombongkan diri.     

Dawson ingin menghampirinya dan menarik pria yang tak acuh ini lalu mendorongnya keluar dari ruang ganti. Tapi Jess menghentikannya dan menggelengkan kepalanya.     

Dengan tak berdaya, dia hanya melirik Taylor, lalu Dawson dan Jess berlari keluar.     

Saat itu hujan gerimis di bawah langit yang suram. Hujannya tidak deras, tapi cukup dingin.     

Tang En dan Walker berdiri di pintu masuk koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan lapangan latihan. Sekarang jam 8:59. Mereka tidak memakai payung, juga tidak memakai jas hujan dan pullover. Mereka hanya berdiri di sana dan membiarkan hujan musim dingin secara bertahap membasahi rambut dan pakaian mereka, dan kemudian menetes dari leher ke tubuh mereka.     

Mereka menunggu, dan masih tak melihat seorangpun berlari keluar.     

Melihat pemandangan yang memalukan ini, Walker dengan sedikit malu berkata pada Twain, "Collymore ... tak pernah peduli dengan kedisiplinan tim."     

Tang En mengangguk, "Aku mengerti. Aku tak berharap seorang pelatih yang tak pernah datang ke lapangan latihan bisa membentuk sekelompok pemain yang menghormati disiplin dan memiliki konsep waktu. Hanya saja aku sama sekali tak mengira tidak ada seorang pemainpun yang berlari keluar sekarang." Dia melihat arlojinya, dan jam menunjukkan pukul sembilan tepat.     

"Ayo kita mulai menghitung waktu, Des."     

Walker mengangguk dan mulai menyalakan stopwatch.     

Saat angkanya mencapai 47 detik, seseorang akhirnya berlari keluar dan itu adalah Andy Reid.     

"Bos!" Reid sedikit bersemangat melihat wajah Twain yang lama tak dilihatnya, "Sudah lama tak bertemu!"     

Tang En tersenyum dan mengangguk. "Memang, Andy, sudah lama. Kau terlihat lebih kuat dari sebelumnya."     

Reid menggaruk kepalanya, merasa agak sadar diri.      

"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Tang En.     

"Oh, mereka masih di dalam sana, Michael menyuruh mereka agar cepat keluar." Saat dia berbicara hingga titik ini, Reid tiba-tiba ingat bahwa Twain tidak suka pemain yang terlambat untuk latihan, dan dia tiba-tiba berhenti berbicara.     

Tang En menatapnya dan tertawa jahil, "Andy, kau terlambat empat puluh tujuh detik. Kau tahu apa yang harus dilakukan?"     

"Eh, aku akan lari keliling lapangan." Reid membalikkan badan untuk mulai berlari tapi dipanggil lagi oleh Twain.     

"Jangan khawatir, kau bukan satu-satunya hari ini. Pergilah ke lapangan dan tunggu disana."     

Jakun Reid bergerak sedikit saat dia menelan ludah, dia tahu semua orang akan mengalami kesulitan hari ini. Jadi, dengan patuh dia bergerak ke lapangan. Tapi kenapa dia merasa seolah dia sedang menantikan sesuatu... seperti mengharapkan pertunjukan yang bagus akan segera dimainkan.     

Lalu ada lebih banyak orang yang keluar dari dalam bangunan, dan sebagian besar dari mereka melihat Twain berdiri di pinggir lapangan untuk menunggu mereka dan mereka menghampirinya dengan senang hati untuk menyapanya. Tang En menanggapi semuanya dengan senyuman dan tak mengatakan apa-apa tentang lari keliling lapangan karena terlambat.     

Melihat tindakan Twain, Reid jadi semakin bersemangat. Dia lupa bahwa dia juga termasuk di dalam daftar hukuman. Dia melipat tangan di dada, dengan riang menonton pertunjukan dari dalam lapangan. Pada saat yang sama, ia menghitung jumlah orang yang keluar dan berapa banyak orang tak beruntung yang masih ada di dalam dan belum keluar.     

Michael Dawson muncul di depan Twain bersama Jess dan dia tampak agak tak nyaman saat melihat si manajer. Twain berinisiatif menyapanya, "Michael!"     

"Chief..."     

"Kau kelihatan agak sedih. Kenapa? Pacarmu menendangmu keluar dari ranjangnya?" setelah dia mengatakan itu, Walker dan Dawson sama-sama tertawa.     

"Tanpa Anda, dia takkan berani menendangku."     

"Yah, itu bagus. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa menjelaskan pada wartawan kalau aku kehilangan seorang gelandang hanya karena kau bertengkar dengan pacarmu di tempat tidur. Ha ha! Teruskan." Dia menepuk pundak Dawson. "Oh ya, berapa banyak orang yang tersisa di ruang ganti?"     

"Hanya satu, Chief."     

Tang En mengangguk.     

Dawson berlari ke arah Reid dan menyadari bahwa Reid sedang melihat ke arah pintu masuk koridor sambil menyeringai.     

"Hei, Andy, apa yang kau lakukan?" tanyanya, bingung saat melihat Andy.     

"Ah, ini dia Michael!" Sambil menyeringai, Reid menariknya ke depan, dan membuatnya berdiri di sampingnya agar tak menghalangi pandangannya. "Apa si lelet Taylor itu masih di ruang ganti?"     

Dawson mengangguk, "Dia bahkan belum mengganti pakaiannya."     

Reid tersenyum lebih bahagia. "Luar biasa! Sudah lama aku tak tahan menghadapi orang itu. Tunggu saja pertunjukan yang bagus, Michael!"     

"Hmm." Dawson mengerti apa yang dimaksud Reid dan dia juga tahu apa yang akan dilakukan Twain. Dia menunggu dan mengantisipasi keluarnya Gareth Taylor.     

Para pemain berdiri di lapangan latihan berdua-dua dan bertiga sementara para pelatih berada di pinggir lapangan. Manajer baru, Tony Twain, dan asistennya, Des Walker, masih berdiri di pintu masuk lorong dan menghadap ke arah ruang ganti.     

Rebrov merasa ini agak aneh. Kenapa mereka belum memulai latihan? Apa masih ada yang belum datang? Apa lagi yang mereka tunggu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.