Mahakarya Sang Pemenang

Madman Bagian 2



Madman Bagian 2

0Tepat saat peluit akhir pertandingan ditiup, Mourinho, yang berdiri di tepi area teknis, berbalik dan berjalan menuju jalur masuk pemain. Dia benar-benar mengabaikan tradisi dan kesopanan dimana kedua manajer seharusnya berjabat tangan setelah pertandingan. Tentu saja, Twain memang tidak berharap lelaki pemberontak itu akan berjabat tangan dengan musuh bebuyutannya setelah kalah di pertandingan. Tang En sudah tahu tentang ini berdasarkan pada bagaimana Mourinho memperlakukan Arsene Wenger di masa depan. Jadi, reaksi pertamanya usai pertandingan bukan pergi ke area teknis Chelsea untuk berjabat tangan dan bertegur sapa dengan lawannya, atau mungkin berpura-pura mengatakan sesuatu yang sopan meski hanya untuk formalitas, melainkan langsung berjalan ke arah para pemainnya yang sedang merayakan kemenangan mereka di lapangan.     
0

Akibatnya, ada adegan yang aneh di pinggir lapangan: Kedua asisten manajer saling bertemu dan melakukan kebiasaan paska-pertandingan atas nama manajer mereka. Mereka berjabatan tangan, yang kalah memberi selamat kepada yang menang, dan yang menang menghibur yang kalah.     

Setelah Twain memasuki lapangan, ia langsung menuju penyerang tengah Denmark, Nicklas Bendtner, yang telah mencetak gol kemenangan. Anak muda itu kelihatan sangat senang dan saat dia melihat Twain menghampirinya, dia bergegas memeluknya, "Bos! Kita menang, kita menang!"     

"Itu benar, kita menang. Kerja bagus, Nick." Twain berakhir dipeluk erat oleh pria muda itu. Dia meringis dan berkata, "Kalau kau mau melepaskanku, aku akan merasa lebih baik ..."     

Bendtner dengan agak malu melepaskan pelukannya pada Twain, tapi ada banyak pemain Forest yang kembali menghampiri mereka berdua dan mengelilingi si manajer, dengan penuh kekaguman di hati mereka.     

Sejak tim Forest kalah melawan Blackburn di putaran pertama liga, mereka tidak pernah kalah lagi. Itu adalah pencapaian yang luar biasa, dan hal yang membuat para pemain merasa penuh percaya diri adalah Nottingham Forest tidak pernah berada di posisi yang kurang menguntungkan saat bermain melawan tim yang lebih kuat.     

Melihat bagaimana semangat semua pemainnya sedang tinggi, Twain membiarkan mereka mengelilinginya dalam lingkaran dan dia berdiri di tengah. Sekarang dia akan mengatakan hal yang tadi ingin dikatakannya di ruang ganti. "Guys, bagaimana rasanya? Menang itu rasanya luar biasa, kan?"     

Para pemain tertawa dengan suara keras.     

"Benar, kemenangan. Kemenangan yang konstan. Berikan semua rasa frustrasi dan rasa sakit kita kepada lawan, dan nikmatilah istirahat satu-hari besok!"     

Sorak-sorai terdengar dari kerumunan.     

"Yah, pergilah dan berterima kasihlah pada para fans yang tetap tinggal dan bersorak untuk kalian di tengah hujan, lalu kembalilah ke ruang ganti untuk mandi dan ganti pakaian. Selamat bersenang-senang malam ini!"     

Setelah menyaksikan para pemain berterima kasih kepada para fans, Twain berbalik dan berjalan menuju jalur masuk pemain. Ada konferensi pers yang menunggunya, dan itu akan menjadi konfrontasi langsung yang lain dengan Mourinho. Tentu saja, sekarang setelah dia memenangkan pertandingan, dia sangat menantikannya. Twain melangkah dengan senyum tersungging di wajahnya.     

※※※     

Saat para pemain Forest masih berada di lapangan dan merayakan kemenangan dengan para fans, Twain sudah duduk di lobi konferensi pers, menunggu rivalnya, Mourinho, tiba.     

Mourinho pasti sedang menegur para pemainnya di ruang ganti saat itu. Ini mengingatkan Twain tentang situasi usai pertandingan pertamanya. Dalam pertandingan FA Cup, tim Forest kalah dari West Ham United. Pada saat itu, manajer West Ham United telah membuatnya menunggu lama di konferensi pers, sampai dia sangat jengkel dan mengumumkan dimulainya konferensi pers sebelum waktunya.     

Tapi hari ini berbeda karena meski Mourinho memang telah membuatnya menunggu, dia rela melakukannya karena dia telah memenangkan pertandingan dan sedang berada dalam suasana hati yang baik.     

Tidak ada banyak wartawan di ruang konferensi pers; kemungkinan besar mereka masih berkerumun di area umum, mewawancarai para pemain. Twain tidak terburu-buru, jadi dia duduk dan menunggu. Seiring waktu berlalu, semakin banyak wartawan yang memasuki aula, dan sepertinya para pemain telah kembali ke ruang ganti.     

Saat itu, Mourinho tiba di konferensi pers. Dia duduk dengan ekspresi serius di kursi di samping Twain. Para wartawan, yang telah berkumpul untuk mengobrol dua-dua dan tiga-tiga akhirnya melihat bahwa dua tokoh utama konferensi ini telah tiba, dan buru-buru kembali ke tempat duduk mereka. Petugas yang bertanggungjawab dalam penyelenggaran konferensi mengumumkan dimulainya konferensi pers secara resmi.     

Para wartawan tidak terlalu antusias dengan hasil pertandingan, tapi mereka sangat tertarik dengan konfrontasi saling balas antara kedua manajer di tepi lapangan. Hampir semua pertanyaan yang diajukan terkait dengan akhir babak pertama, saat dimana kedua manajer itu saling bentrok.     

Twain tidak ingin berbicara banyak tentang itu karena dia adalah pemenang pertandingan. Dia berharap semua orang akan lebih fokus pada hasil pertandingan daripada "pertandingan satu-lawan-satu yang konyol antara para manajer."     

Mourinho juga menolak menjawab pertanyaan itu karena suasana hatinya sedang buruk setelah timnya kalah dalam pertandingan. Dia mengabaikan pertanyaan para wartawan kepadanya dan langsung berbicara tentang pertandingan. "Aku tidak ingin membahas hasil pertandingan, aku hanya ingin membicarakan beberapa poin dalam pertandingan. Pertama-tama, sangatlah tidak adil bagi Ferreira untuk diusir dari lapangan, kurasa ada peluang besar bahwa Ribéry-lah yang melakukan diving. Jangan tanya alasannya padaku, aku tidak punya alasan, tapi aku meminta kalian untuk menonton ulang rekaman pertandingan."     

Pada titik ini, Twain menyela di sampingnya. "Tentu saja, setelah menontonnya seratus kali, kalian juga akan berpikir bahwa kartu merah Ferreira merupakan hasil dari tindakannya sendiri." Saat dia mengatakan ini, dia tidak melihat ke arah Mourinho, melainkan malah melirik ke sudut ruangan. Sudah jelas kalau dia mengabaikan Mourinho.     

Ekspresi wajah Mourinho semakin gelap. Para reporter sangat senang. Apa akan ada siaran ulang dari adegan yang tadi terjadi di pinggir lapangan?     

Tapi mereka kecewa. Mourinho mengeraskan rahangnya dan berpura-pura tidak mendengar komentar Twain. Dia melanjutkan. "Kedua, aku menyarankan agar Football Association Inggris mempertimbangkan pemberian hukuman atas tindakan mengulur-ulur waktu pertandingan yang dilakukan dengan sengaja."     

"Yah, pertama-tama kau harus mengajukan gugatan selama satu tahun untuk membuktikan 'tindakan seseorang yang sengaja mengulur-ulur waktu permainan.'"     

Kelihatannya seolah-olah kedua orang ini sedang berdebat. Yang satu memberikan pernyataan, yang lain membalas dengan memberikan pernyataan yang lain. Twain sengaja menginterupsi ucapan Mourinho, dan Mourinho sengaja mengabaikan Twain.     

"Ketiga, ini hanya kemenangan atas satu pertandingan, ini tidak membuktikan apa-apa. Kami mungkin kalah di pertandingan ini, tapi kami masih penantang kuat untuk mendapatkan gelar juara liga. Sementara untuk tim Forest, aku benar-benar berharap dengan tulus kalau aku akan melihat mereka lagi di Liga Utama musim depan." Dia bisa mengabaikan pria itu semaunya, tapi kemarahannya sudah tak bisa disembunyikan lebih lama lagi. Mourinho akhirnya langsung menyerang tim Twain.     

"Ah, apa kau berbicara tentang Liga Champions?" Twain tersenyum. "Aku juga berharap bisa melihat Chelsea di sana."     

Mourinho langsung bangkit dari tempat duduknya, dan lampu kamera para reporter berkedip liar.     

Apa yang mereka antisipasi? Tentu saja Mourinho, yang tak bisa menahan diri, meninju Tony Twain, dan kemudian dua manajer itu dengan cepat saling baku hantam di depan semua orang. Surat kabar, radio, televisi, dan internet di hari berikutnya ... Semua media akan menyiarkan pertengkaran yang sensasional itu. Football Association Inggris akan menjadi pihak yang mengalami sakit kepala karenanya, tapi media dan pembaca akan merasa sangat senang.     

Tapi, yang membuat mereka kecewa, Mourinho tidak mengayunkan tinjunya ke arah Twain. Sebaliknya, ia hanya membalikkan badan dan meninggalkan konferensi pers, meninggalkan Twain untuk meneruskan pertunjukan tunggalnya.     

Twain tidak merasa malu dengan kepergian mendadak Mourinho. Bahkan, dia telah menduga kalau ini akan terjadi. Mourinho adalah pria yang sombong. Saat dihadapkan pada provokasi berulang kali, sangatlah tidak mungkin baginya untuk tetap duduk di sana, menjawab pertanyaan, dan berpura-pura bersikap baik pada orang yang tidak disukainya. Ingatlah bagaimana dia memperlakukan Arsene Wenger.     

Oleh karena itu, Twain sama sekali tidak terpengaruh oleh kepergian Mourinho yang mendadak dari konferensi pers, dan dia juga tidak mengeluhkan tentang perilaku orang lain seperti yang pernah dilakukannya terhadap manajer West Ham United Glenn Roeder.     

Dia memandang ke arah sekelompok wartawan yang masih terpana dan berkata sambil tersenyum, "Pertama, aku ingin menjelaskan bahwa aku tidak ingin mendengar kalian mendefinisikan pertandingan hari ini sebagai 'sebuah hasil yang tak terduga.' Kalian boleh menyebutnya 'hasil yang tak terduga' dalam pertanyaan kalian, dan aku akan langsung menolak untuk menjawab. Ini adalah hasil yang normal bagi siapapun yang memenangkan pertandingan antara kami dan Chelsea. Dan kurasa bahkan jika kami menang atas Manchester United, Arsenal dan Liverpool, itu bukanlah sebuah hasil yang tak terduga. Karena kami memiliki kekuatan, hanya saja kalian tidak mengetahuinya. Nah, tuan-tuan, apa ada hal yang ingin kalian tanyakan?"     

Tidak ada yang segera mengangkat tangan mereka untuk bertanya. Media jelas merasa terkejut dengan penampilan kedua manajer istimewa ini dan untuk sejenak mereka lupa akan tujuan mereka disana. Terdengar suara dengung yang keras di ruang konferensi pers itu.     

Twain duduk di atas panggung konferensi, sama sekali tidak peduli kalaupun tak ada yang bertanya kepadanya. Sebaliknya, dia menonton pemandangan yang terjadi di depannya dengan puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.