Mahakarya Sang Pemenang

Saling Menjerat Bagian 1



Saling Menjerat Bagian 1

0Konfrontasi antara dua manajer di pinggir lapangan menjadi topik yang paling banyak dibicarakan. Siaran televisi berulang kali memutar ulang situasi itu dari berbagai sudut dan posisi untuk memberikan pandangan menyeluruh atas situasi itu, sehingga bisa memuaskan rasa penasaran pemirsa.     
0

Permainan masih berlangsung, tapi sorotan telah beralih dari pemain bintang di lapangan kepada dua orang manajer, Tony Twain dan José Mourinho.     

"Kita bisa mengatakan bahwa para manajer telah mencuri perhatian dari para pemain. Setiap kali ada pertandingan dengan Mourinho dan Twain, mereka akan menjadi fokus perhatian semua orang. Benar-benar pertandingan yang memukau. Kita baru saja melihat gol yang hebat, dan kita juga bisa menyaksikan duel penuh semangat dan panas dari kedua manajer!"     

Di tengah tawa komentator, babak pertama berakhir dengan Chelsea berhasil menyamakan kedudukan atas Nottingham Forest dengan skor 1:1. Kalau peta kekuatan kedua tim turut dipertimbangkan, skor ini seharusnya sudah bisa memuaskan Nottingham Forest. Tapi, mengingat jumlah pemain di kedua tim dan penampilan mereka di babak pertama, Tang En sama sekali tidak merasa puas.     

※※※     

Kebobolan gol di akhir babak pertama merupakan pukulan besar bagi para pemain Forest. Hal ini tampak jelas dari napas mereka yang berat dan terengah-engah saat mereka duduk.     

Twain berdiri di ruang ganti dan memperhatikan para pemain saat mereka mengganti jersey mereka dengan jersey yang bersih tanpa bersuara.     

"Aku ingat beberapa hari sebelum pertandingan, aku menekankan pada kalian seperti apa tim Chelsea itu. Aku sudah mengatakan bahwa kalau kita memimpin, kita harus memperhatikan serangan balik mereka. Sekarang kata-kataku sudah terbukti. Chelsea, yang kekurangan pemain di pertandingan ini, bisa menyamakan kedudukan."     

"Kelihatannya kita kebobolan karena Wood tidak bisa menang saat bertahan melawan Drogba, atau karena Piqué meninggalkan lapangan setelah cedera, membuat kita kekurangan satu orang untuk menjaga dan bertahan melawan Drogba. Tapi kenyataannya?" Twain merentangkan tangannya. "Kita sudah bermain di bawah tekanan mereka selama dua puluh lima menit sebelum kita kebobolan! Kita benar-benar tak berdaya!"     

"Dalam dua puluh lima menit itu, kalau mereka beruntung, mereka bisa mencetak gol kapan saja, dan sekarang pasti hasilnya tak lagi imbang. Kita benar-benar dikendalikan oleh mereka, kan? Saat kita menyerang, itu tidak berhasil. Dan saat kita bertahan, itu sulit."     

Para pemain tetap diam karena mereka jelas merasakan hal yang sama. Chelsea benar-benar kuat, dan mereka baru menyadarinya setelah bermain melawan mereka. Tak heran mereka bisa terus menekan Arsenal, tim teratas di liga.     

"Baiklah!" kata Twain, tiba-tiba meninggikan suaranya, "Jangan menundukkan kepala kalian! Ayo kita lihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda. Kebobolan gol di babak pertama bukanlah hal yang buruk. Setidaknya kita masih punya banyak waktu untuk membuat penyesuaian yang spesifik. Dan momentum mereka terganggu oleh jeda turun minum. Mereka hanya menyamakan kedudukan. Apa kalian pikir gol kita di babak pertama hanya keberuntungan? Apa kita beruntung Ferreira diusir? Chelsea bukan kapal perang yang tak terkalahkan, mereka juga punya banyak kelemahan. Franck, kenapa sepertinya kau menghilang di akhir babak pertama?"     

"Aku ... Yah, aku kembali bertahan." Dibandingkan dengan saat dia pertama kali datang ke Nottingham, bahasa Inggris Ribéry telah meningkat pesat. Baik dalam pemahaman dan lisannya, ia tidak punya banyak masalah.     

"Oke, ingatlah, di babak kedua: Teruskan bermain seperti yang kau lakukan di bagian awal babak pertama. Serangan kita terutama berasal dari sayap. Kalau kau dan Ashley Young menghilang, bagaimana kita bisa menyerang balik? Kalian berdua, dengarkan; di babak kedua, kita akan bermain seperti ini di sayap ..." Twain membalikkan badan dan menggambar di papan taktis. "Misimu adalah jangan mengoper bola ke dekat luar area penalti."     

Dia menarik dua panah miring ke dalam area gawang di dua sudut area penalti. "Dorong bek belakang Chelsea mundur ke area penalti, cobalah sebisamu untuk mempertahankan kontrol atas bola, dan lalu cobalah menerobosnya setelah memasuki area penalti. Lakukan aksi yang berani di area penalti dan berhati-hatilah dengan lawanmu."     

Ribéry dan Ashley Young mengangguk di saat yang bersamaan.     

Twain menoleh dan menatap George Wood. "George, tolong katakan padaku bagaimana perasaanmu saat kau menjaga Drogba satu lawan satu?"     

Wood memandang Twain, lalu berkomentar. "Dia sangat kuat."     

"Tentu saja. Dua puluh empat juta pound itu bukan cerita bohong." Twain mengangkat bahu. "Di babak kedua, misimu masih sama; dua pria melawan Drogba, tekan dan bertahanlah melawannya bersama Piqué. Jangan memberinya terlalu banyak peluang. Kalau dia membawa bola dengan punggung mengarah ke gawang, jangan berikan dia ruang untuk berbalik, dan hati-hati dengan tembakan panjangnya. Kalau dia mengembalikan umpan, jangan mengganggunya dan biarkan dia mengoper, tapi jangan pernah biarkan dia menghadap ke area gawang setelah dia memiliki bola. Jangan meremehkan teknik kasarnya. Paham?"     

Wood mengangguk.     

Setelah dia memberikan tugas-tugas individu, Twain mulai berbicara tentang taktik tim. "Guys, kalian semua sudah melihatnya. Chelsea telah sangat agresif di lini belakang kita, yang merupakan kunci bagi serangan mereka yang kontinyu. Jadi di babak kedua, aku ingin kalian bermain sedikit lebih ringkas. Saat menerima bola bergeraklah dengan cepat, dan berlarilah dengan kencang. Kalian juga harus mengoper bola dengan cepat. Kita tidak boleh memberikan peluang bagi Chelsea untuk mencegat bola yang ada di kaki kita. Sangat berbahaya untuk mempertahankan bola tetap berada di lini belakang kita. Kalau kalian tidak bisa menemukan rekan setim untuk mengoper bola, tendang saja bolanya jauh ke depan. Kalian lihat? Crouch sangat tinggi. Kalau dia mencukur rambutnya lagi, dia bisa menjadi suar bagi kalian yang berada dalam kabut untuk menunjukkan jalan ke depan!"     

Twain menepuk bahu Crouch dengan keras dan rekan-rekan setimnya tertawa.     

"Yah, kalau dilihat dari peringkat, apa yang sudah kita lakukan tidak terlalu buruk. Chelsea berada di tempat kedua dan kita hanya berada di posisi ketiga belas. Perbedaannya sebelas peringkat. Kalau kita menganggap diri kita tim biasa yang baru dipromosikan, hasilnya bisa jadi akan jauh lebih buruk. Banyak tim pasti sudah memutuskan untuk melihat kekalahan disini sebagai semacam kemenangan bagi mereka saat mereka berhadapan dengan tim-tim yang kuat. Tapi kita tidak bisa melakukan itu. Kenapa? Karena kita berbeda dari mereka. Kita bukan tim biasa yang baru dipromosikan."     

"Tujuan kita musim ini tidak hanya mempertahankan posisi kita di liga. Kita punya tujuan yang lebih besar. Kita adalah tim tuan rumah di pertandingan ini, jadi tidak ada alasan bagi kita untuk merasa puas dengan hasil imbang. Kalau kita tidak menang dalam pertandingan ini, aku jamin kalian akan kehilangan hari libur kalian besok. Dari mulai pertandingan ini, kuharap kalian mengerti bahwa kalau itu adalah pertandingan yang bisa kita menangkan, aku tidak akan menerima hasil imbang. Dan kalau itu adalah pertandingan yang tidak bisa kita menangkan, aku tidak akan menerima kekalahan!"     

※※※     

Dunn duduk sendiri di kursinya. Sekarang sedang turun minum. Sebagian besar fans pergi untuk mencari bir dan makanan untuk mengisi kembali energi mereka. Dia tidak tertarik melakukan itu karena dia tidak seperti mereka yang ada di sekitarnya, berteriak, bertepuk tangan, menghentakkan kaki mereka, mengerahkan seluruh kekuatan mereka sampai habis, dan membuat suara mereka serak.     

Nottingham adalah kota yang menjadi tuan rumah bagi banyak siswa asing, jadi tidaklah aneh bagi seorang fans Asia Timur yang berambut hitam untuk berada di sini. Tidak ada yang melihat dua kali ke arah manajer tim pemuda Forest itu.     

Twain adalah manajer tim. Dia akan diberi sejumlah tiket sebelum setiap pertandingan kandang dan akan selalu meninggalkan satu tiket untuk Dunn, terlepas dari apakah dia pergi menonton atau tidak. Biasanya, Dunn memilih untuk menonton di rumah. Pada waktu yang bersamaan, dia juga akan merekam permainan itu di video. Dia bisa memutar ulang permainan dengan jelas dalam gerakan lambat, yang akan membantunya dalam menganalisa permainan.     

Tapi hari ini, saat hujan turun, ia memilih untuk menonton langsung pertandingan di stadion. Di akhir babak pertama, ia melihat konfrontasi antara kedua manajer. Kalau dia adalah manajer Forest, hal seperti itu takkan pernah terjadi. Dia pernah berpikir lebih dari satu kali tentang bagaimana jadinya kalau dia yang menjadi manajer tim utama.     

Dia sangat berbeda dari Tang En. Tang En ingin agar dia menjadi asisten manajer dan menjalankan tim utama bersamanya. Tapi, dia seringkali berpikir apakah dengan kepribadiannya ini dia akan bisa bekerja sama dengan baik bersama orang yang kurang ajar itu. Mereka memang hidup bersama, tapi karena yang satu adalah manajer Tim Pertama dan yang lainnya adalah manajer tim pemuda, mereka memiliki gaya kerja yang benar-benar berbeda.     

Sebaliknya, Tang En selalu mengatakan bahwa mereka akan bisa bekerja sama dengan baik. Apa mereka akan bisa bekerja sama dengan baik hanya karena mereka selalu bersama-sama di malam hari dan mempelajari semua jenis video pertandingan? Dunn selalu merasa bahwa dia sama sekali tidak mengenal Tang En, dan merasa bahwa tindakannya kadang-kadang benar-benar tak terbayangkan. Misalnya saja, selama konfrontasinya dengan Mourinho, apa dia tidak cemas kalau hal itu akan memprovokasi Chelsea? Orang-orang pasti tahu bahwa Chelsea berada di peringkat kedua, dan merupakan tim yang kuat dan tidak pernah kalah sejak awal turnamen.     

Saat ini masih hujan, dan semakin banyak orang yang kembali duduk di sekitarnya. Babak kedua pertandingan akan segera dimulai.     

※※※     

Tang En tidak tahu apa yang dikatakan oleh Mourinho kepada para pemainnya selama turun minum. Para pemain Chelsea kelihatannya sedang bersemangat tinggi dan tidak merasa prospek mereka suram hanya karena mereka kekurangan pemain. Tapi, dia tidak merasa cemas; para pemainnya juga sama-sama termotivasi, dan tidak merasa frustrasi oleh sepuluh pemain lawan yang menyamakan skor.     

Kedua tim sedang berada dalam kondisi pikiran yang baik, tapi bagaimana dengan kedua manajer?     

Tentu saja, keduanya juga dipenuhi semangat juang yang melimpah.     

Kedua tim telah saling bertarung sejak awal pertandingan sampai sekarang, dan tidak mengherankan, mereka sama sekali tidak mau kalah. Kehilangan tiga poin dianggap sebagai hal kecil, tapi sangatlah penting untuk tidak kehilangan muka.     

Hanya karena bos kalian kaya, kalian telah memenangkan gelar Liga Champions UEFA, dan kalian memiliki banyak pemain kuat, aku harus takut pada kalian?     

Tak peduli seberapa kaya bos kalian, tak peduli berapa banyak kejuaraan yang telah kalian menangkan, atau seberapa terkenal pemain kalian, semua itu tak ada artinya dalam pertandingan. Kami akan membiarkan skor yang membuktikannya!     

Di babak kedua, kita akan bertarung lagi!     

※※※     

Di babak kedua, Chelsea tidak banyak mengubah taktiknya jika dibandingkan dengan bagian akhir babak pertama. Mereka terus menekan lini depan, lalu menciptakan kekacauan di dalam tim Forest dan mengambil keuntungan dari kesalahan yang dilakukan tim Forest.     

Chelsea mengandalkan metode ini untuk berhasil menyamakan skor di babak pertama. Mourinho percaya bahwa tim Forest yang tidak berpengalaman takkan berdaya saat menghadapi gelombang pertahanan yang keras, dan bahwa tim Forest akan melakukan banyak kesalahan yang biasanya tak dilakukan. Mourinho memang pintar, tapi Twain juga tidak bodoh. Karena Chelsea menyamakan skor dengan mengandalkan langkah ini di babak pertama, bagaimana mungkin dia tidak mencoba menangkalnya?     

Tim Forest bermaksud untuk menggunakan tembakan panjang dalam serangan mereka untuk diberikan kepada Crouch di depan. Dan kalau lawan mereka tidak terlalu agresif, mereka akan mengoper bola ke sayap mereka, ke Ribéry atau Ashley Young. Para pemain sendiri yang akan memutuskan rincian serangan mereka. Dan pertahanan tim Forest? Semua orang berusaha mengurangi waktu mereka dalam mengontrol bola. Para bek hanya perlu menendang bola jauh ke depan, terlepas dari apakah Crouch bisa menerimanya atau tidak.     

Para pemain Forest sangat bertekad dalam menjalankan taktik ini; sepuluh menit kemudian, para pemain Chelsea menyadari bahwa mereka telah berlari tanpa henti di lini depan untuk mencegat bola dengan sia-sia. Setiap kali mereka melihat pemain Forest menerima bola tak jauh di depan mereka, mereka akan bergegas maju dan lawan mereka sudah akan menendang bola jauh ke lini belakang Chelsea tanpa ragu sedikitpun.     

Ini memang menyebalkan. Taktik kuat Chelsea bisa dibatasi, tapi pada saat yang sama, serangan tim Forest kelihatan terlalu sederhana dan kasar, dengan tingkat keberhasilan yang rendah. Permainan ini mengalami jalan buntu, dan tidak ada pihak yang bisa mendapatkan peluang yang bagus melainkan terus melakukan kesalahan berulang-ulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.