MEMOIRS OF QUEEN SEOHYEONG

Page 15 : 왕비의 진노



Page 15 : 왕비의 진노

0왕비의 진노(wangbi-ui jinno/The Queen's wrath)     
0

Ratu Heo menundukkan sedikit kepalanya saat Ibu Suri Min memberikan wejangan menyakut kehamilannya. Dengan seulas senyum tipis yang menghiasi romannya, Ratu Heo sesekali mengangguk dan mengiyakan dengan patuh perintah Sang Ibu Suri agar kehamilan Ratu Heo dalam keadaan sehat dan stabil.     

Ratu Heo sama sekali tak menyadari tatapan dingin nan sinis yang dilayangkan Ibu Suri Agung Park. Wanita tertua di keluarga kerajaan itu sama sekali tak ingin menutupi rasa tak sukanya pada Sang Ratu. Semua semakin terlihat kala Ibu Suri Agung Park memberikan sindiran pada Ratu Heo selepas Ibu Suri Min menyudahi wejangannya.     

"Wanita tua ini merasa jika jungjeon tak membutuhkan wejangan yang kau berikan, daebi. Kulihat ia bisa menjaga dengan baik kandungannya," Ibu Suri Agung Park menjeda dengan menyesap tehnya sebelum kembali bersuara. "Semua dapat dilihat dengan betapa angkuhnya ia menyingkirkan kehamilan Hong Gwi In. Itu memberi tanda jungjeon lebih dari mampu untuk melindungi kehamilannya,bukan?"     

Ibu Suri Min merasakan emosi naik dengan cepat ke permukaan hatinya. Wanita berdangui kuning lembut itu tak segan melayangkan tatapan tajamnya pada Ibu Suri Agung Park. Tak peduli dengan Ibu Suri Agung Park punya peringkat status yang lebih tinggi darinya, Ibu Suri Min merasa ucapan wanita tua itu sudah keterlaluan.     

"Daewang daebi mama, aku merasa tak sepatutnya Anda berbicara seperti itu pada jungjeon. Bagaimana mungkin tetua istana seperti Anda mengatakan hal seperti itu pada jungjeon yang sedang mengandung calon pewaris tahta selanjutnya?"     

Ibu Suri Agung Park mengangkat bahunya dan kembali menyesap tehnya. Kembali, tatapan dingin nan berbahaya dilayangkan wanita tua tersebut pada Ibu Suri Min. Kobaran kebencian terlihat begitu nyata pada kedua manik cokelatnya.     

"Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya terjadi, daebi. Wanita tua ini telah mendengar hasil penyelidikan atas kasus yang menimpa Hong Gwi In. Bagaimana mungkin seorang jungjeon yang begitu bermartabat bisa melakukan hal keji seperti itu pada seorang selir rendahan? Tidakkah itu bukti kecemburuan?" balasnya seraya menyunggingkan sebuah seringai merendahkan pada Ratu Heo.     

Wajah Ibu Suri Min memerah karna amarah yang berusaha ia kontrol. Sungguh, ucapan Ibu Suri Agung Park begitu keterlaluan. Ibu Suri Min mencengkram kuat daran chima yang ia kenakan untuk menyalurkan kemarahan yang tengah menguasai dirinya.     

"Daewang daebi mama ucapan Anda sungguh keterlaluan. Bagaimana mungkin Anda lebih mempercayai rumor tak berdasar bahkan hasil penyelidikan yang belum dibuktikan kebenarannya? Mohon Anda menjaga setiap lisan yang Anda pilih,mama," ucap Ibu Suri Min dengan gigi yang bergemeretak.     

Ratu Heo merasa hatinya begitu sakit mendengar tuduhan yang dilayangkan Ibu Suri Agung Park. Sekuat tenaga,Ratu Heo mempertahankan senyum yang terpasang di wajahnya. Ratu Heo memang sudah mendengar mengenai hasil penyelidikan dari barang bukti yang ditemukan. Dimana keseluruhan barang bukti itu seakan memang mengarah padanya. Ratu Heo yakin, semua penyelidikan ini digelar untuk menjatuhkan dirinya dari tahta.     

"Daebi mama, terima kasih atas kepercayaan yang telah Anda berikan padaku. Aku sungguh sangat menghargai kepercayaan tersebut,mama. Aku sudah mendengar jika hasil penyelidikan mengarah padaku. Tapi, perlu Anda ketahui jika aku tak pernah sekalipun berniat mencelakai Hong Gwi In sekalipun ia hamil lebih dulu dariku, daewang daebi mama. lebih baik kita semua menunggu keputusan jeonha,"balas Ratu Heo dengan nada suara yang lembut dan senyum yang terpatri di wajah cantiknya.     

Senyum puas merekah di wajah Ibu Suri Min setelah mendengar balasan tajam yang diberikan Ratu Heo atas perdebatannya dengan Ibu Suri Agung Park pagi ini. Sungguh, Ibu Suri Min menyukai jawaban cerdas nan bijaksana yang dikemukakan Ratu Heo. setidaknya balasan itu cukup membuat wanita tua itu bungkam untuk sementara waktu.     

"Geurae. Apa yang kau katakan benar, jungjeon. tidak baik mempercayai rumor yang kebenarannya belum kita ketahui. Lebih baik kita tunggu keputusan jusang mengenai hal ini," pungkas Ibu Suri Min memberi tanda menyudahi perdebatan pagi ini.     

Menyadari suasana ruangan yang semakin tak nyaman, Ratu Heo memutuskan segera mengakhiri salam paginya. Tanpa mengurangi kesopanannya, Ratu Heo mengangkat wajahnya dan menatap satu persatu wajah tetua istana—Ibu Suri Agung Park dan Ibu Suri Min dan pamit.     

"Mama, matahari sudah beranjak semakin tinggi. sebaiknya aku segera menunaikan tugasku di istana. karena itu, aku pamit undur diri dari hadapan Anda berdua. Semoga Anda berdua memiliki hari yang menyenangkan,mama."     

Selepas pamit, Ratu Heo segera beranjak dari duduknya dan membungkuk hormat sebelum akhirnya pergi keluar dari ruangan Ibu Suri Agung Park. Helaan nafas panjang dihembuskan Ratu Heo saat ia sudah berada di luar ruangan. Sungguh, ia selalu melalui pagi yang menyesakkan karena ucapan Ibu Suri Agung Park.     

~MoQS ~     

Mata Ratu Heo terbeliak murka saat ia kembali dan menemukan beberapa petugas tengah mengobrak – abrik bahkan mengeluarkan barang – barang pribadinya tanpa seizinnya. Emosinya yang telah surut akibat perdebatan di daebijeon, dengan cepat kembali naik ke permukaan.     

Beberapa dayang yang menjaga kediamannya tampak berdiri di sudut halaman sambil menangis melihat barang – barang Sang Ratu di keluarkan secara paksa dari kediamannya. Melihat perlakuan yang begitu lancang terhadap kediaman dan para dayangnya, Ratu Heo mengangkat daran chima dan melangkah cepat melintasi halaman menuju beranda paviliun.     

"APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI SINI?!"     

Beberapa petugas yang sedang menggeledah barang – barang pribadi Sang Ratu tersentak kaget mendengar teriakan Ratu Heo dan sempat menghentikan kegiatan mereka. bahkan, para dayang yang bertugas di Istana Tengah terkejut bukan main mendengar Ratu Heo bisa berteriak sekencang itu. Ini kali pertama Ratu Heo berteriak seperti itu di istana. selama ini, Sang Ratu terkenal dengan sikapnya yang anggun dan lemah lembut. Tak pernah terbersit di benak para dayang jika Ratu Heo akan sangat mengerikan bila sedang marah seperti sekarang.     

Sang Ratu melayangkan tatapan tajam penuh kemurkaan pada setiap petugas yang menyentuh barang –barang pribadi tanpa seizinnya. Sungguh, Ratu Heo tak dapat menerima kelancangan sikap para petugas sekalipun ini adalah sebuah perintah yang harus mereka kerjakan untuk mencari bukti penyelidikan.     

"SIAPA YANG BERANI BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEKACAUAN YANG KALIAN BUAT DI KEDIAMANKU?! LANCANG SEKALI KALIAN MENYENTUH KEDIAMAN SEORANG RATU TANPA PERMISI!! APA KALIAN TAHU PENGHINAAN YANG TELAH KALIAN LAKUKAN?!!!"     

Seorang lelaki berpakaian pejabat melangkah mendekati Ratu Heo. Lelaki itu membungkuk hormat pada Sang Ratu sebelum mulai berbicara. Sungguh, lelaki itu merasa takut menghadapi kemurkaan Ratu Heo yang begitu mengerikan.     

"Jungjeon mama, hamba Jung Il-Soo dari Uigembu. Kami kemari untuk melakukan penggeledahan dan penyelidikan atas kasus keguguran yang dialami Hong Gwi In mama. mohon Anda memaklumi tindakan kami ini. Kami melakukan ini untuk menjalankan perintah, mama," jelas Ilsoo sambil membungkuk serendah mungkin dihadapan Ratu Heo.     

"Apa kau tidak tahu siapa aku? Di negeri ini aku seorang Ratu! Lancang sekali kalian menggeledah kediamanku tanpa permisi. Aku tak akan membiarkan penghinaan ini begitu saja! Siapa yang mengutus kalian berbuat lancang seperti ini padaku?!"     

"Aku yang memberikan perintah penggeledahan pada Uigembu,jungjeon."     

Sebuah suara yang amat dikenal Ratu Heo terdengar dari arah belakang. Segera, Sang Ratu membalikkan tubuh dan iris hazelnya menemukan Raja Uiyang beserta Selir Hong, telah berada di halaman istana tengah tanpa sepengetahuannya.     

Kemarahan semakin menggelegak memenuhi rongga dada Sang Ratu mengetahui suaminya yang mengizinkan tindakan lancang tersebut pada dirinya. Kekecewaan dan sakit hati dengan cepat berbaur memenuhi hati Ratu Heo. Wanita berdangui ungu tersebut hanya bisa berdiri mematung dengan tubuh gemetar menahan segala emosi yang dirasakannya.     

~MoQS~     

"Anda yang mengizinkan tindakan penghinaan seperti ini padaku, jeonha?"     

Suara Ratu Heo terdengar goyah karena berusaha mengendalikan segala perasaan yang berbaur dan memenuhi rongga dadanya. Iris hazel Sang Ratu menyiratkan kekecewaan dan kesedihan yang begitu besar kala menatap wajah Raja Uiyang.     

Saat ini keduanya berada di ruang pribadi Ratu Heo. Suasana berbalut emosi begitu kental terhirup di ruangan. Untuk beberapa saat, hanya keheningan mencekam yang menguasai ruangan setelah Sang Ratu menjatuhkan pertanyaan pada Raja Uiyang.     

"Geurae. Aku yang memerintahkan para petugas Uigembu untuk menggeledah dan memeriksan kediamanmu,jungjeon. Aku memberi perintah seperti ini untuk membuktikan apakah kau, jungjeon, benar- benar terlibat dalam kasus yang menimpa Hong Gwi In?"     

Raja Uiyang melayangkan tatapan tajam menusuk pada Ratu Heo. Kemarahan terlihat berkobar hebat di kedua obsidiannya. Raja Uiyang tak akan tinggal diam bila memang Sang Ratu memang dalang dibalik kejadian malang yang menimpa Kyubok-nya yang malang.     

Seulas senyum menyedihkan terbit di wajah Ratu Heo. Betapa sakitnya Ratu Heo menyadari suaminya memilih mempercayai hasil penyelidikan tak masuk akal tersebut. sungguh, Ratu Heo tak menyangka betapa kejam tuduhan yang dialamatkan padanya.     

"Anda lebih memilih percaya pada hasil penyelidikan daripada ucapanku sendiri, jeonha? Jadi,bukti apalagi yang ingin Anda temukan untuk memperkuat jika aku memanglah dalang dari kejadian tersebut?" tantang Ratu Heo seraya mengangkat wajahnya dan balas menatap Raja Uiyang tepat di kedua matanya.     

"Jungjeon!"     

Raja Uiyang menggebrak meja dan menatap murka Ratu Heo. Pria berjubah merah itu sungguh tak menyangka jika Ratu Heo bisa menantangnya.     

"Berani sekali kau berkata seperti itu di depanku! Tidakkah kau sadar jika ucapanmu itu bisa mengundang bahaya yang lebih besar untukmu?!" geram Sang Raja.     

"Lalu, Anda ingin aku menjawab apa, jeonha? Jika Anda lebih percaya hasil penyelidikan, apa yang harus kulakukan? Karena sekalipun aku menyatakan kebenaran dan menyangkal semua hasil penyelidikan, pada akhirnya semua bukti tetap mengarah padaku,bukan? Junggungjeon yang cemburu karena pemilik Youngil-gak lebih dahulu hamil. Rumor itu tentu lebih masuk akal mendasari segala tuduhan yang terjadi padaku. Tidakkah ucapanku benar, jeonha ?'     

"JUNGJEON!"     

Raja Uiyang bangkit dari duduk karena kemarahan yang begitu besar menguasainya. Sungguh, Raja Uiyang tak pernah menyangka bila Ratu Heo berani selantang itu menantang dirinya. Di sudut hatinya yang terdalam, Raja Uiyang membenarkan apa yang dikatakan Sang Ratu. Sejujurnya, Raja Uiyang pun tak ingin mempercayai hasil penyelidikan karena ia tahu Ratu Heo bukanlah seseorang yang akan bertindak sekotor itu.     

Raja Uiyang tahu, Ratu Heo adalah wanita yang tak pernah menginginkan tahta sebagai seorang Ratu Joseon. wanita itu tak pernah sekalipun memaksa ataupun mengemis perhatian darinya. Ratu Heo adalah wanita yang menyukai kedamaian dan tak pernah berniat menyulut api di dalam istana. tapi, segala desakan dan ucapan Hong Kyubok seakan mengubur dan menggelapkan hati Raja Uiyang atas kepribadian Ratu Heo yang sebenarnya.     

"Geurae! Silakan percayai semua itu,jeonha! Aku tak akan menghabiskan tenagaku hanya untuk mengelak hasil penyelidikan! Hanya saja, aku yakin, kebenaran akan segera terungkap cepat atau lambat!"     

Raja Uiyang yang sudah tersulut emosi dengan cepat melangkah mendekati Ratu Heo. sedikit kasar, Raja Uiyang mencengkram kuat kedua bahu mungil Ratu Heo. Sekali lagi, tatapan tajam dihujamkan Sang Raja pada Ratu Heo.     

"Kupastikan kau akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatanmu ini, jungjeon! Aku tak akan pernah membiarkan ketidakadilan terjadi di dalam istana ini!" ancam Raja Uiyang dengan nada suara dingin.     

Tanpa keduanya sadari, di luar ruangan, Hong Kyubok tengah tersenyum bahagia mendengar pertengkaran yang terjadi di dalam ruangan Ratu Heo. Ini adalah pertengkaran pertama yang terjadi antara Raja Uiyang dan Ratu Heo setelah sekian lama menikah, dan Kyubok begitu menikmatinya.     

Tak ingin diketahui jika ia telah mencuri dengar pertengkaran Raja Uiyang dan Ratu Heo, segera Kyubok keluar dari dalam paviliun. Diikuti beberapa dayang kediamannya, Kyubok pergi meninggalkan Istana Tengah sambil menahan senyum kemenangan. Kepalanya dengan cepat segera menyusun rencana selanjutnya setelah mengetahui kebencian dan perang yang dikobarkan Raja Uiyang pada Sang Ratu.     

"Kang sanggung!" panggil Kyubok tanpa menghentikan langkahnya.     

Dayang Kang yang berada tepat di belakang Selir Hong, segera mempercepat langkahnya dan mendekati Dayang Kang. Dayang senior tersebut segera menganggukkan kepala dan bertanya perintah yang ingin dilakukannya.     

"Sebarkan pada seluruh negeri jika jungjeon mama adalah seorang wanita pencemburu yang begitu serakah melindungi tahtanya," perintah Kyubok.     

"Hamba akan segera melaksanakan perintah Anda, mama. harap Anda tak perlu cemas."     

~MoQS~     

Hatiku begitu pilu menyadari Jeonha lebih mempercayai hasil penyelidikan serta tuduhan yang dialamatkan padaku. Hari ini, setelah sekian lama kami melalui hari yang cukup tenang, aku dan jeonha kembali bertengkar.     

Aku tahu, aku tak lagi dapat menahan emosi yang menyusupi hatiku setelah melihat penghinaan yang dilakukan para petugas Uigembu di kediamanku. Aku masih dapat menerima sindiran dan kecaman keji yang diucapkan Daewang daebi mama setiap kali aku melaksanakan salam pagi. tapi, aku tak dapat menahan penghinaan yang terjadi hari ini.     

Kediamanku digeledah tanpa seizinku. Betapa kagetnya saat aku kembali dan melihat beberapa barang pribadiku di sentuh bahkan di perlakukan secara sembarangan. Dan tak akan pernah kulupakan tatapan penghinaan yang dilayangkan wanita rubah itu hari ini. aku tahu semua ini adalah permainan kotor yang dimulai olehnya untuk menyingkirkanku dari istana.     

Aku tak tahu, kemana permainan kotor ini akan berakhir. Jikapun ini berakhir dengan ketidakadilan, kupastikan semua itu tak akan berlangsung lama. Karena bagaimanapun aku tak ingin calon anakku terseret dalam pertarungan yang dikobarkan Selir Hong terhadapku.     

~MoQS~     

190224     

2036 words     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.