MEMOIRS OF QUEEN SEOHYEONG

Page 10 : 예측할 수없는



Page 10 : 예측할 수없는

0예측할 수없는(yecheughal sueobsneun/ Unpredictable)     
0

Malam itu langit tampak gelap. Bulan seperti bersembunyi di balik bayangan awan gelap. Suasana istana terlihat begitu sunyi dan gong yang menandakan tengah malam baru saja berbunyi beberapa saat yang lalu. Di tengah suasana sunyi tersebut, terdengar suara langkah tergesa dari salah satu sudut istana.     

Seorang wanita dengan dangui giok tua tengah melangkah menuju salah satu paviliun istana belakang. Wanita berdangui giok itu tak sendirian, di belakangnya seseorang yang mengenakan jubah mengikutinya. Kedua orang tersebut melangkah waspada. Ketika mereka tiba di paviliun yang menjadi tujuan mereka, wanita berdangui giok itu memberi tanda pada dua orang dayang muda yang berjaga di depan pintu untuk pergi.     

Wanita itu memimpin di depan melangkah masuk ke dalam paviliun yang diterangi cahaya temaram. Meskipun kelihatannya sang pemilik paviliun sudah beristirahat, nyatanya tidak. Sang Pemilik paviliun tengah duduk di singgasananya dan menanti dengan jantung yang berdebar.     

"Mama, ini hamba Shim sanggung. Hamba telah melakukan perintah Anda."     

Suara yang terdengar di depan pintu masuk, membuat sang pemilik paviliun tersentak dari lamunannya. Sambil membenahi posisi duduknya, sang pemilik paviliun mempersilakan Dayang Shim dan seseorang yang dibawanya untuk masuk ke dalam ruangan.     

Pintu terbuka dan siluet Dayang Shim beserta seseorang yang mengenakan jubah itu terlihat. Keduanya melangkah masuk ke dalam ruangan dan membungkuk memberi hormat pada sang pemilik paviliun.     

"Buka jubah dan tudungmu. Keberadaanmu aman disini," perintah Dayang Shim pada seseorang tersebut.     

Seseorang itu mengangguk patuh dan membukanya, yang kemudian kembali membungkuk memberi salam hormat pada wanita tua di depannya.     

"Daebi mama, dia adalah Yang Eunyang, dia adalah kepala sangsucheon saat ini. hamba membawanya kemari sesuai perintah Anda, mama," jelas Dayang Shim memperkenalkan seseorang tersebut.     

"Hamba Yang Eun-yang memberi salam pada daebi mama. Hamba adalah dukun kepala di Sangsucheon. Kedatangan hamba kemari untuk membalas kebaikan daebi mama yang begitu peduli pada keberadaan kami di Sangsucheon, mama."     

Duduk di singgasananya, Ibu Suri Min memberikan pandangan penuh penilaian pada Dukun Yang yang masih menundukkan kepalanya. Sorot tajam dari mata tuanya terlihat begitu waspada dan angkuh. Ini adalah kali pertama ia bertemu dengan Dukun Yang, karena sebelumnya, Ibu Suri Min tahu jika Dukun Im sudah meninggal dan digantikan oleh Dukun Yang.     

"Ini pertama kalinya aku bertatap muka denganmu, Dukun Yang. Aku sangat sedih mendengar kematian dari Dukun Im. Ia adalah dukun yang sangat berbakat. Aku tak tahu jika ia telah menyerahkan tampuk kepemimpinan Sangsucheon pada dukun muda sepertimu."     

"Suatu kehormatan bagi hamba menerima tanggung jawab yang besar ini, daebi mama. Dukun Im selalu berpesan untuk melindungi wangsil dari pengaruh buruk. Karena itu, ketika hamba mendengar Anda memanggil, hamba secepat mungkin datang untuk memberi salam pada Anda, mama."     

Ibu Suri Min mengganggukkan kepalanya. meskipun Sang Ibu Suri tahu jika bukan haknya untuk memilih kepala dukun Sangsucheon selanjutnya, wanita tua itu belum mengetahui seberapa hebat kemampuan yang dimiliki Dukun Yang ini. Ibu Suri Min tak ingin ada kesalahan dalam rencananya kali ini. karena itu,Ibu Suri Min memilih menilainya lebih dulu sebelum meyakinkan jika Dukun Yang adalah dukun yang tepat untuk mendukung rencananya.     

"Sejujurnya, aku merasa ragu untuk meminta bantuanmu, Dukun Yang. Hal ini karena aku belum mengetahui seberapa hebat kemampuanmu itu jika dibandingkan Dukun Im. Jadi, apa kau keberatan jika aku memberikan tes lebih dulu ?"     

"Hamba tak akan berani menolak keinginan Anda, daebi mama. Silakan Anda menguji kemampuan hamba terlebih dahulu untuk memastikan semuanya."     

Senyum mulai tersungging di wajah Ibu Suri Min. "Kalau begitu, bisakah kau memberitahuku, pada malam penyempurnaan jusang dan jungjeon, yang akan dilaksanakan besok, apa kau melihat ada tanda lahirnya seorang wonja ?"     

Dukun Yang terdiam sejenak mendengar pertanyaan yang diajukan Ibu Suri Min padanya. Kedua matanya kini tertutup dan bibirnya berkomat – kamit seperti membaca sebuah mantra.     

Sementara itu, Ibu Suri Min duduk memperhatikan apa yang tengah diperbuat Dukun Yang dengan tenang. Wanita istana itu menunggu dengan jantung berdebar kencang, berharap jika pada penyempurnaan kali ini ia akan mendapatkan seorang wonja yang terlahir dari rahim seorang ratu. Ibu Suri Min tak akan pernah sudi mendapatkan wonja yang lahir dari rahim wanita sombong milik Ibu Suri Agung Park itu.     

Dukun Yang berhenti berkomat – kamit, kelopak mata perempuan itu terbuka kembali. Sebuah senyuman kini tersungging di wajah Dukun Yang. "Daebi mama, segala keinginan Anda sebentar lagi akan terpenuhi. Seorang wonja kelak akan lahir dari istana tengah. Wonja yang akan menghidupkan kembali Donggungjeon yang terlihat sepi."     

Mendengar jawaban yang diberikan Dukun Yang, Ibu Suri Min tak bisa menutupi rasa senangnya. Wanita tua itu begitu bahagia mendengar penglihatan yang diberikan Dukun Yang.     

"Benarkah ? Tak sabar rasanya menunggu saat itu tiba. Katakan padaku, kapan saat itu akan tiba ?"     

"Anda akan mendapatkan kabar baik itu sebentar lagi, mama. hanya saja, aura hitam berusaha menguasai junggungjeon setelah semua itu terjadi. Hamba..."     

"Aku tak peduli. bagiku, mendengar akan lahir seorang wonja dari jungjeon adalah hal yang paling membahagiakan. Sekarang, aku akan memberikanmu perintah. Aku harap kau melakukannya dengan baik, karena aku tak menerima kegagalan," potong Ibu Suri Min tegas.     

~MoQS~     

Ibu Suri Agung Park terlihat begitu gelisah pagi ini. Sejak beberapa menit yang lalu, wanita itu tampak berulang kali mengangkat kemudian meletakkan kembali cawan tehnya. Bahkan hingga, teh kesukaannya telah dingin, wanita tua itu tak sedikitpun meminumnya. Hatinya terlalu gelisah untuk bisa bersantai.     

Hong Gwi In menyadari perilaku aneh yang diperlihatkan Ibu Suri Agung Park, mengangkat sebelah alisnya. Matanya bergerak untuk memperhatikan lebih lekat ekspresi yang tergambar diwajah tua Ibu Suri Agung Park. Dan, Hong Kyu Bok menemukan kecemasan terpeta begitu nyata di roman tua wanita tersebut.     

"Daewang daebi mama, apa ada sesuatu yang mengganggu Anda ? Saya perhatikan Anda terlihat gelisah dan tak menyesap sedikitpun teh kesukaan Anda."     

Ibu Suri Agung Park tersentak mendengar teguran Hong Gwi In padanya. wanita tua itu tak menyangka jika kegelisahannya bisa terbaca oleh perempuan di depannya. Helaan nafas kini terdengar dari Ibu Suri Agung Park.     

"Apa kau tak merasa gelisah karena jungjeon kembali mendapatkan malam penyempurnaan seminggu yang lalu ?"     

"Kenapa saya perlu cemas akan hal itu, daewang daebi mama ? Meskipun jungjeon mama mendapatkan malam penyempurnaan, belum tentu ia akan mengandung seorang putra," balas Hong Gwi In dengan nada tenang. Wanita itu kembali menyesap tehnya, sama sekali tak terlihat kecemasan di wajah cantiknya.     

"Aku tahu. Meskipun belum tentu wanita muda itu akan mengandung. Tapi, entah kena firasatku mengatakan lain mengenai hal ini. terlebih, aku mendapat kabar jika kemarin adalah malam yang sangat baik."     

Hong Gwi In meletakkan cawan tehnya dan menatap lurus Ibu Suri Agung Park. Seulas senyum tersungging. Sorot matanya memperlihatkan ketenangan yang begitu luar biasa. Hong Gwi In yakin tidak akan ada masalah selama ia melahirkan putra pertama Raja Uiyang.     

"Daewang daebi mama, tidak ada yang perlu Anda cemaskan. Saya yakin, yang akan melahirkan seorang wonja adalah saya bukan jungjeon mama. mohon hilangkan kegelisahan dalam pikiran Anda dan percayalah dengan kemampuan saya."     

Lagi, Ibu Suri Agung Park menghela nafas panjang. apa yang dikatakan keponakannya memang benar. Meskipun Ratu Heo kembali mendapatkan malam penyempurnaan di waktu yang sangat baik, belum tentu surga memberinya kesempatan mengandung seorang putra.     

"Kau benar. Tak ada jaminan jungjeon bisa mengandung dan melahirkan seorang wonja. Karena itu, kau harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, Gwi In. Jika kau melahirkan seorang wonja di saat jungjeon belum juga memilikinya, maka jalanmu menuju tahta wangbi akan terbuka lebar. Masalah dukungan, para menteri tentu akan berbalik mendukung wanita yang telah melahirkan pewaris tahta."     

Senyuman mengembang semakin lebar di wajah Hong Gwi In. Wanita itu sudah tak sabar untuk bisa menduduki tahta Ratu Joseon. " Anda tak perlu khawatir, mama. Saya akan melakukan tugas sebaik mungkin," balasnya dengan tenang seraya kembali menyesap miliknya.     

Tanpa Ibu Suri Agung Park ataupun Hong Gwi In sadari, seorang dayang muda tersenyum tipis melihat Selir Hong begitu menikmati tehnya. Tak ada sedikitpun kecurigaan dari Selir Hong pada minuman yang biasa ia nikmati di pagi hari bersama Ibu Suri Agung Park.     

~MoQS ~     

Sementara itu, Ratu Heo dan Ibu Suri Min tengah berada di kediaman Ratu Heo. Kini, seorang tabib kerajaan tengah memeriksa Sang Ratu. Ibu Suri Min menunggu hasil pemeriksaan dengan gelisah. Beberapa kali, wanita yang mengenakan dangui berwarna biru tua itu mengetuk – ngetukkan jari – jarinya ke atas meja. Sang Ibu Suri berharap, Langit memberikan keajaibannya pada Ratu Heo.     

Tabib Han menyudahi pemeriksaannya terhadap Ratu Heo. Tabib Han menganggukkan kepala sebagai tanda hormat pada Ratu Heo. Ibu Suri Min yang tadi tengah menyandarkan punggung tuanya pada bantalan tahta milik Ratu Heo kini kembali duduk tegak. Rasa gelisah semakin kuat menguasai hati wanita tua itu.     

"Bagaimana, Tabib Han ? Apa kau mendapatkan sesuatu ?" tanya Ibu Suri Min dengan nada tak sabar.     

Tabib Han menyunggingkan senyuman di wajah seraya membungkukkan tubuhnya. "Selamat, daebi mama. Hamba mendapatkan tanda bahwa jungjeon mama saat ini tengah mengandung. Selamat atas kehamilan Anda, jungjeon mama."     

Raut puas kini menguasai Ibu Suri Min di saat bersamaan, Ratu Heo melotot tak percaya dengan hasil pemeriksaan yang diucapkan Tabib Han. Ratu Heo seakan tak mempercayai apa yang baru saja ia dengar.     

"Apa kau yakin dengan hasil yang kau sebutkan itu, Tabib Han ?" tanya Ratu Heo.     

"Ye, mama. Hamba tak mungkin berbohong mengenai hal ini. hamba pastikan, Anda tengah mengandung, jungjeon mama. Selamat atas kehamilan Anda, jungjeon mama," balas Tabib Han sambil kembali membungkukkan kepalanya.     

"Selamat atas kehamilan Anda, jungjeon mama."     

Para dayang perawat dan dua dayang pribadi yang berada di ruangan ikut mengucapkan selamat setelah mendengar kabar bahagia ini. Ratu Heo hanya bisa tersenyum canggung mendengar ucapan selamat tersebut. Sang Ratu masih tak percaya dengan kondisi tubuhnya saat ini.     

Berbeda dengan ekspresi yang ditunjukkan Ratu Heo, Ibu Suri Min malah tersenyum lebar. Wanita tua itu benar – benar senang mendengar kabar tersebut. atensinya kini tertuju sepenuhnya pada Ratu Heo yang tengah menunduk sambil memandangi dangui bagian depannya.     

"Langit benar – benar memberikan anugrahnya, jungjeon. Selamat atas kehamilanmu, jungjeon. Aku yakin, seluruh negeri akan menyambut sukacita kabar gembira ini. Aku bisa mendengar kelak suara tawa seorang wonja akan memenuhi setiap sudut istana."     

"Terima kasih atas dukungan Anda, eoma mama," balas Ratu Heo sopan.     

Ketika Ibu Suri Min tengah memerintahkan Dayang Shim untuk menyebarkan berita bahagia ini pada Raja Uiyang, tiba – tiba terdengar suara keributan dari pintu masuk ruangan pribadi Ratu Heo.     

"Mama, jungjeon mama, hamba Yeon sanggung. Mohon izinkan hamba masuk, mama. hamba membawa sebuah berita."Ibu Suri Min dan Ratu Heo saling berpandangan mendengar suara Dayang Yeon tersebut. Akhirnya, Ratu Heo memberikan perintah agar para dayang membukakan pintu agar Dayang Yeon bisa masuk menghadapnya.     

"Kenapa kau membawa keributan seperti itu, Yeon sanggung ?" tanya Ratu Heo dengan ekspresi yang menuntut penjelasan pada Dayang Yeon.     

"Mama, hamba membawa kabar buruk. Gwi In mama...Gwi In mama..."     

"Aku tak punya waktu seharian untuk mendengar kegugupanmu itu, Yeon sanggung," ucap Ratu Heo sambil berdecak kesal.     

"Sesuatu yang buruk terjadi pada Gwi In mama, jungjeon mama. Gwi In mama secara tiba – tiba pingsan saat minum teh bersama daewang daebi mama."     

"Apa kau bilang ?!"     

Ratu Heo tak bisa menutupi rasa terkejutnya setelah mendengar berita yang disampaikan Dayang Yeon padanya. berbeda dengan ekspresi yang ditunjukkan menantunya, Ibu Suri Min memasang ekspresi datar dan terkesan tak peduli. wanita istana itu malah meraih cawan teh miliknya dan menyesapnya perlahan, seolah berita yang dibawa Dayang Yeon bukanlah sebuah berita buruk. Tanpa siapapun sadar, di balik cawan tehnya, Ibu Suri Min menyeringai puas.     

~MoQS~     

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaanku saat aku resmi dinyatakan hamil oleh Tabib Han, maka aku akan menjawab bahwa aku bahagia. sangat bahagia. rasanya itu adalah kata – kata yang paling kunantikan selama aku menduduki tahta Ratu. Tapi, kebahagiaan itu tak sendirian. Ada rasa takut yang mengikutinya.     

Entah kenapa, aku takut jika kelak anakku akan ambil bagian pada pertarungan yang terjadi antara aku dan Selir Hong Gwi In. Terlebih, aku juga mendengar kabar buruk jika Selir Hong pingsan saat tengah minum teh bersama Ibu Suri Agung Park. Firasatku mengatakan, bahwa pertarungan yang sebenarnya telah dimulai.     

~MoQS~     

Korean Glossary     

Dangui : hanbok bagian atas yang menyerupai jaket dipakai keluarga istana sebagai pakaian sehari – hari. Yang membedakan dangui keluarga kerajaan, sanggung istana, dan wanita bangsawan adalah adanya pola emas (geumbak) di dangui milik keluarga kerajaan. Sementara dangui yang dipakai sanggung istana atau wanita bangsawan biasanya berwarna polos.     

Mama : Yang Mulia ( Your Highness)     

Sanggung : sebutan untuk pelayan istana dengan jabatan tertinggi. Biasanya seorang sanggung akan melayani langsung keluarga kerajaan atau menjadi kepala dari sebuah departemen di dalam istana     

Sangsucheon : istana bintang. Yaitu sebuah istana yang khusus dihuni oleh sekelompok dukun istana. mereka bertugas untuk mencari tahu hari baik untuk pernikahan, penobatan, bahkan hingga malam pernikahan. Jaman Joseon, praktik perdukunan sangat ketat. Hanya dukun istana saja yang diperbolehkan melakukan ritual.     

Donggungjeon : istana timur/ istana musim semi. Nama istana kediaman dari Putra Mahkota     

Junggungjeon : Istana tengah, yang merupakan istana tempat tinggal Ratu.     

Gwi In : peringkat satu junior untuk selir raja. Formalitas yang digunakan adalah Mama     

Wonja : gelar dari Putra Pertama Raja dalam bahasa korea (First King's Son). Bisa diartikan sebagai Pangeran Pertama. Menggunakan formalitas agisshi (Your Young Highness). ini merupakan gelar kelahiran sebelum kemudian mendapat promosi menjadi seorang Putra Mahkota.     

Daebi : gelar dari janda Ratu dalam bahasa korea(Queen Dowager). Bisa diartikan sebagai Ibu Suri. Menggunakan formalitas mama (Your Highness)     

Jungjeon : sebutan gelar seorang ratu. Gelar ini biasanya digunakan di dalam istana. Bisa diartikan sebagai Yang Mulia dari istana tengah. Istana tengah adalah kediaman Ratu. formalitas yang digunakan adalah Mama (Your Highness). Hanya tetua istana seperti Ibu Suri dan Raja yang bisa memanggil Ratu hanya dengan gelarnya saja (jungjeon)     

Daewang daebi : gelar dari janda ratu paling senior dalam bahasa korea(Grand Royal Queen Dowager). Bisa diartikan sebagai Ibu Suri Agung. Menggunakan formalitas mama (Your Highness)     

Write on 180615     

Publish on web novel 190604     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.