Enam Suami Tampan

Tidak Tahan Lagi



Tidak Tahan Lagi

0Pada akhirnya, Liang Haoming tidak jadi kembali ke rumah sewaannya dan memutuskan untuk berbaring di lantai setelah selimut dibentangkan oleh Liang Yuening dan tidur bersama dengan adiknya ini. Sementara itu, Sang Istri tidur di atas tempat tidur tanpa mengenakan selimut.     
0

Walau demikian, Dong Huiying tidak bisa tidur. Ketika ia ingin memejamkan matanya, seketika ada beberapa bayangan yang bermunculan di benaknya. Misalnya, ketika Liang Zhichen menatapnya dengan tatapan mata yang seolah jijik padanya, juga Liang Haoming yan terlihat cuek dan juga dingin, tapi sebenarnya saudara Liang keempat ini memiliki hati yang baik dan hangat.     

Satu persatu sifat asli dari Liang bersaudara mulai dapat dipahami Dong Huiying seiring dengan berjalannya waktu bersama mereka. Sejak bangkit di zaman ini dan berada di rumah mereka, Dong Huiying pun berniat beradaptasi dengan sifat dan sikap saudara-saudara Liang. Sayangnya Dong Huiying masih merasa gelisah, ia bahkan membolak-balikkan tubuhnya dan sekejap kemudian terkejut sembari membuka lebar-lebar matanya.     

Dong Huiying langsung menghirup napas panjang dan menahannya sejenak. Ia pun terdiam cukup lama sambil melihat Liang Haoming dan Liang Yuening yang masih tertidur beralaskan selimut tipisnya. Ia hampir tidak kuat menahan napas lagi dan kemudian menghembuskannya secara perlahan.     

Tidak diketahui penyebabnya, Dong Huiying tiba-tiba ingin tertawa. Mereka bertiga berada di kamar yang sama, dengan tempat tidur yang berbeda. Tetapi tampaknya, Dong Huiying bukan satu-satunya orang yang merasa tidak nyaman disini. Apalagi, dua bersaudara Liang yang ada di lantai ini juga sepertinya merasakan hal yang sama, kan?     

Memikirkan saat-saat yang lucu seperti ini sempat membuat perasaan Dong Huiying merasa lebih baik. Walau begitu, besok paginya ia harus merelakan banyak uang yang dimilikinya untuk menebus Liang Shujun.     

Kembali teringat mengenai hal itu, Dong Huiying kembali bernapas dengan berat dan hembusan napasnya pun terasa tidak teratur. Meski demikian, setelah beberapa saat merenungkan hal ini, ia pun bisa tertidur pulas.     

Sayangnya, Liang bersaudara yang tidur di lantai sepertinya tidak seberuntung Sang Istri.     

Liang Yuening sama sekali tidak bisa tidur, mungkin karena seharian ini dirinya sudah puas beristirahat dan rasa kantuknya tidak terasa lagi.     

Ia pun berbaring terlentang, menatap lurus ke balok kayu di atap dan tiba-tiba menepuk pundak Liang Haoming yang ada di sebelahnya.     

Liang Haoming diam-diam tersenyum dan menoleh ke arah adiknya itu. Mereka berdua tidak ada yang bisa tidur dan hanya bisa saling memandang sesekali dengan tenang.     

Liang Yuening terlihat ragu-ragu, namun setelah itu menepuk pundak kakaknya lagi. Ia ingin menceritakan banyak hal yang telah dilaluinya selama beberapa hari terakhir. Akan tetapi, ia juga merasa takut jika suaranya akan membangunkan Sang Istri mungilnya saat terlalu asyik bercerita.     

Liang Haoming yang terkejut segera menutup mata Liang Yuening dengan tangannya.     

"Cepat tidur!" Ucap Liang Haoming dengan lirih.     

Liang Haoming pun kembali menutup matanya dan tidak membiarkan Liang Yuening membuka matanya sama sekali.     

Karena masih merasa tidak bisa tidur, Liang Yuening malah semakin banyak bergerak dan berusaha melepaskan diri dari kakaknya itu. Kemudian untuk kedua kalinya, Liang Haoming menepuknya dan Liang Yuening terdiam serta langsung memejamkan matanya untuk berusaha tertidur. Demi bisa tertidur dengan pulas, Liang Yuening bahkan dengan bodohnya mulai menghitung domba agar cepat mengantuk. Anehnya, tanpa disadarinya, ia malah merubah bayangan domba itu menjadi Sang Istri dan mulai menghitung seperti, 'Sang istri satu, sang istri dua, tiga, dan seterusnya…'     

Akhirnya Liang Yuening tertidur dan mendengar sedikit dengkurannya. Ah, hal ini malah membuat Liang Haoming kesulitan untuk tidur dan terjaga sepanjang malam sampai pagi hari.     

Pada saat yang sama, tepatnya di dalam penjara. Ada seseorang yang juga kesulitan untuk memejamkan matanya.     

"Hei," Panggil seorang pria tampan dengan rambut panjang acak-acakan yang terduduk di tumpukan jerami. Ia memang tampak menawan dan melirik orang di seberangnya. "Nak, apa yang kamu lakukan?"     

Liang Shujun memiringkan tubuhnya dan tampak tidak bersemangat. Bila diingat lagi, ia sudah tidak mandi selama beberapa hari. Sejak dikurung, ia hanya berusaha menjadi orang yang mengikuti aturan di lingkungan penjara ini. Walau demikian, suasananya memang sangat membosankan untuk tetap diam, kebetulan ada seorang anak yang ditangkap malam ini dan ditempatkan di selnya. Mereka berdua pun menjadi teman satu sel di penjara ini.     

'Si anak kecil' yang berseberangan dengannya itu tampak menyeka air mata. Ia melirik tajam ke arah Liang Shujun. "Siapa kamu, dan mengapa kamu peduli padaku?"     

"Ouh, anak kecil, santailah sedikit. Suasana tidak akan berubah bila kamu hanya bersedih."     

Liang Shujun berbaring dengan kepala bersandar pada lengannya, kaki kirinya yang panjang bertumpu pada lutut kanannya, dan jari-jari kakinya juga bergerak-gerak untuk mengurangi rasa pegal di kakinya. Saat ini mulutnya juga hanya digerakkan-gerakkan sambil mengapit sebatang rumput di bibirnya. Tidak jarang, Liang Shujun juga menyenandungkan sebuah lagu untuk mengurangi kesuraman penjara ini.     

Si anak itu sepertinya sudah terpana mendengar lantunan lagu yang disenandungkan Liang Shujun.     

Suara nyanyian lagu Liang Shujun terdengar sangat indah hingga mempengaruhi orang-orang yang mendengarkannya. Bila diingat, ia pernah merasa sangat malu ketika pertama kali bernyanyi di Tian Qinglou. Namun, perlahan-lahan ia mulai membuka diri dan menerima keadaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.