Enam Suami Tampan

Wow, Mulai Menangis Dengan Keras



Wow, Mulai Menangis Dengan Keras

0Liang Shujun menyenandungkan lagunya dengan merdu diiringi dengan suara-suara tepukan dari bawah perutnya. Walau demikian, lagu itu terdengar cukup menyedihkan.     2

San Lang menghela nafas dengan keras di ruang belajar memikirkan bahwa mungkin dirinya tidak bisa kembali bersama istrinya lagi.      

Mereka bertengkar hebat di rumah hingga Sang Istri terbunuh karena keinginannya untuk pindah ke kota lain dan memiliki tempat tinggal yang baru.      

Keluarga itu dengan sedih menatap ke arah peti mati dan berdiri di depan gerbang rumah untuk menggantungkan beberapa uang kertas.      

Para kerabat dan tetangga berdatangan untuk melayat, dan beberapa orang terlihat terkejut bahwa gadis itu sudah menikah….     

Si anak kecil itu mulai menangis dengan keras, beberapa saat kemudian ia mulai menyeka air matanya dengan lengan baju dan mengerang dengan keras, "Jangan... jangan lanjutkan nyanyianmu! Uwaaa!!!" Anak itu kembali menangis tersedu-sedu. Tapi Liang Shujun tidak memperdulikan perkataan anak itu dan terus melanjutkan nyanyiannya. Perlakuan ini sama seperti yang pernah dilakukannya kepada kelima saudaranya. Tiba-tiba, Liang Shujun mengenang masa kecilnya bersama kelima saudaranya, penderitaan yang dialaminya selama ini ternyata membuat semuanya terasa lebih istimewa.     

San Lang seperti seekor anak angsa yang kehilangan induknya.     

Sementara sang istri, Xue Niang, seperti ombak di lautan.      

Adiknya Xue Yi seperti kehilangan sandaran kehidupan.      

Baik yang tua ataupun yang muda, semuanya terlihat menyedihkan.      

Keluarganya kemudian mengirimnya untuk belajar ke selatan demi mempelajari tentang kehidupan dan memenangkan pertempuran.     

Bahkan jika perlu, dia merelakan dirinya jika diharuskan untuk mati…     

Liang Shujun yang sedang muram bersenandung dengan gembira. Sementara anak kecil di hadapannya masih menangis dengan sangat menyedihkan. Anak itu tiba-tiba dengan menyedihkannya membentur-benturkan kepalanya ke dinding sembari berteriak, "Huwaaaa, Kak Qiu, Kak Qiu, kembalilah!" Ia menangis lagi dengan menyedihkan hingga ingusnya menetes dari hidungnya yang mungil itu.     

Liang Shujun terkejut, dan tiba-tiba menghela napas lagi. Mereka, Liang bersaudara sudah terbiasa dengan kerasnya hidup sejak masih kecil dan bayang-bayang tentang itu masih melekat dalam benaknya. Bahkan Liang Yuening pun sudah tampak seperti orang tua meski di umurnya yang masih muda. Bahkan, harapan terbesarnya adalah ia ingin segera dewasa dan bisa memberi nafkah keluarga. Ayah mereka tidak bisa diandalkan, sementara ibu mereka lumpuh dan tidak bisa memberi kebutuhan hidup yang layak. Suami dan keenam anaknya hidup susah dan menjadi lebih susah lagi ketika si ibu lumpuh, semuanya menjadi lebih buruk lagi.     

Liang Yuening pun adalah seorang pria yang keras kepala dan mudah marah. Bahkan jika ada orang lain yang mengganggu ketenangannya, ia tidak akan segan-segan untuk menghajar orang itu hingga titik darah penghabisan dan dengan tega akan meninggalkannya begitu saja.      

Liang Yuening tidak pernah memperdulikan memar di hidung ataupun luka lainnya yang didapatkannya setelah berkelahi, bahkan ketika masih berusia lima tahun sekalipun.     

Hari ini, Liang Shujun tiba-tiba mengenang masa kecil dari Liang Yuening yang menggemaskan baginya dan membuatnya cukup terhibur. Liang Shujun akhirnya bangun dengan ekspresi wajah yang membosankan lalu berkata, "Oke... oke... Aku tidak akan menyanyi lagi, itu yang kamu mau, kan?"     

Si anak kecil itu berhenti menangis dan berkata, "Kenapa? Kenapa kamu berhenti bernyanyi? Aku masih ingin mendengarkan kelanjutannya!"     

Liang Shujun memainkan helai rambutnya dengan jijik lalu mencibir anak itu, "Cih!!" Liang Shujun adalah tipe pria yang mencintai kebersihan. Dalam beberapa ini, ia merasa tengah dilanda bencana yang tidak diprediksi sebelumnya. Ia harus mendekam di penjara dengan alasan yang sangat tidak jelas dan itu membuatnya sangat tidak nyaman dan risih.      

"Asal kamu tahu ya, aku ini adalah penyanyi terkenal di sebuah bar. Di luar sana, ada banyak perempuan yang mengagumi suara emasku ini dan mereka rela menghabiskan banyak uangnya demi bisa mendengarkan lagu yang kunyanyikan. Melihatmu menangis seperti itu, sungguh membuatku dalam suasana hati yang buruk hingga rasanya malas untuk melanjutkan nyanyianku." Ucap Liang Shujun dengan sinis.     

"Ehmm, aku punya uang!"     

Si anak itu kemudian berkata dengan lantang, "Aku setidaknya punya sepuluh, ah tidak, ratusan keping uang. Aku punya semuanya! Bahkan aku juga punya banyak kupon belanja!"     

Liang Shujun menyeringai, 'apakah anak ini bodoh atau gila?'     

"Baiklah, seka air matamu. Bila seorang pria terlalu mudah untuk menangis, maka dia akan mudah mendapatkan kesialan." Ucap Liang Shujun kepada anak kecil itu.     

"Kalau aku tidak menangis, apa kau mau bernyanyi lagi?"     

"Tentu saja, aku sedang memiliki banyak waktu luang. Aku tidak keberatan untuk menghiburmu saat ini."     

Anak itu memalingkan wajahnya lagi, "Aku punya nama panggilan dan nama keluarga, aku adalah tuan muda dari keluarga Li, dan ibuku adalah orang terkaya di kota Pingchang ini!"     

Mendengar hal itu, sudut mata Liang Shujun langsung berkedut.     

'Orang terkaya di Pingchang? Luar biasa… luar biasa!!! Aku dan keluargaku selalu kelaparan, bahkan harus merawat salah satu saudara yang menderita penyakit kronis di rumah. Selama ini keluargaku hidup dalam kemiskinkan dan sudah berlangsung lebih dari 20 tahun. Sekarang, aku malah dipertemukan dengan orang yang kaya raya seperti ini!' Liang Shujun secara tidak sadar tiba-tiba membenci orang-orang yang terlahir berkecukupan.     

Ia benar-benar ingin mencekik tuan muda ini untuk menuntaskan kebenciannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.