Enam Suami Tampan

Keindahan Seperti Surga



Keindahan Seperti Surga

0Dalam perasaan yang penuh tanya ini, Dong Huiying dan Liang Haoming saling menatap dengan mata besar mereka. Setelah beberapa lama, Liang Haoming pun mengalah dan mengurungkan niatnya menanyakan penyebab Liang Yuening bisa tidur di tempat tidurnya. Ia pun menghindar dari pandangan Dong Huiying dan diam-diam mengambil ember kayu untuk membantunya mengambil air.     
0

Dong Huiying pun menggaruk bagian belakang kepalanya, dan memandangi adonan di piringnya dengan bingungnya. Namun ia tidak mau memikirkannya terlalu lama. Sambil mengangkat bahu dan tidak memperdulikan hal itu, ia merasa pikirannya lebih jernih hari ini.     

Adonan putih nan imut itu berjajar rapi di atas kukusan seperti orang kulit putih yang mungil dan imut.     

Dong Huiying mengukus nampan roti kukus dan mulai membuat bubur. Pada saat yang sama, Liang Yuening baru saja terbangun dari tidurnya. Ketika pertama kali bangun, ia merasa tadi malam masih terduduk dengan di depan kamar ini dengan linglungnya. Ia pun segera bangkit dari tempat tidur dan berbalik untuk keluar kamar. Namun belum mengarah ke pintu kamar, ia sudah menatap bingung ke arah kakak keempatnya yang baru masuk ke kamar.     

Liang Haoming pun berjalan di dekat tempat tidur dan duduk bersila di atas tanah sambil memandang Liang Yuening yang ada di atas tempat tidur tanpa ekspresi. Dari bawah, Liang Haoming ingin menanyakan kenapa Liang Yuening bisa ada di atas tempat tidur itu?     

"Yuening!"     

"Ya?" Jawab Liang Yuening penuh tanya.     

Liang Haoming tiba-tiba memiringkan kepalanya, "Postur tidurmu tidak baik."     

Seperti biasa, Liang Haoming tampak dingin, tetapi entah mengapa ekspresi wajah kakak keempat itu seolah sedang jijik padanya?     

Sudut bibirnya bergerak-gerak dan Liang Yuening membelai rambut pendeknya yang tipis. Ia ingat bahwa dirinya duduk di luar pintu sambil memandangi bintang-bintang sebelum tidur. Kemudian, ia mungkin terlalu mengantuk dan tertidur secara tidak sengaja. Setelah bangun, ia melirik ke tempat tidur kayu, dan mulai menebak dengan samar-samar di dalam hatinya, 'Mungkinkah istrinya yang membawanya masuk?'     

Tidak mungkin, itu hanya pikirannya saja yang terlalu bersemangat.     

"Kakak, apakah…." Liang Yuening ingin bertanya, apakah kakaknya yang memindahkannya ke tempat tidur, namun tiba-tiba Sang Istri muncul.      

"Sudah bangun?"      

Ya, ada senyum manis tersungging di wajah Dong Huiying, "Kebetulan aku baru saja mengukus roti daging dan bubur nasi. Aku juga membuat dua piring tumis sayuran. Jadi cepat cuci tanganmu dan segera sarapan."     

Setelah itu, Sang Istri kembali keluar.     

Liang Haoming segera berdiri dan mengikuti Dong Huiying, setelah itu diikuti oleh Liang Yuening di belakangnya.     

Hasil masakan Dong Huiying memang terlihat sangat enak. Setelah mereka selesai mencuci tangan, ketiga orang itu langsung duduk di depan meja. Liang Yuening langsung mengambil salah satu roti, diiringi dengan suara "huh... hah... huh!!" dan asap roti itu mengepul keluar dari dalamnya, Liang Yuening melahap sesuap besar roti itu, matanya terbuka dan tertutup seperti orang mabuk. Ia sangat menikmati roti kukus buatan Sang Istri yang sangat enak ini.     

Kemudian Liang Yuening menatap Sang Istri lagi dan melihat bahwa Dong Huiying sedang menghirup aroma bubur. Asap bubur nasi itu mengepul dan sedikit panas, Sang Istri meniup untuk waktu yang lama setiap kali akan memakannya. Liang Yuening mengangkat kelopak matanya, dan kemudian melahap sayuran dan roti daging di meja secara bersamaan. Sembari tangannya bergerak, mata Liang Yuening juga tertuju pada bubur yang terlihat sangat enak juga itu.     

Dong Huiying tidak pernah berpikir bahwa bubur buatannya akan seenak ini karena memang pada dasarnya ia tidak pernah menyukai bubur. Kemudian Dong Huiying mengupas dua buah telur rebus dan memberikannya pada Liang Yuening serta Liang Haoming. Mereka masing-masing mendapat satu butir. Hal ini membuat Liang Yuening senang dan suasana hatinya membaik seketika.     

Namun tidak biasa, Liang Yuening masih menyisakan beberapa suap bubur dari mangkuknya. Ia tiba-tiba berkata, "Hei, mau buburku?"      

Ia pun menyodorkan mangkuk buburnya kepada Sang Istri. Pada saat ini kebetulan Dong Huiying juga bermaksud untuk mengambil bubur mangkok keduanya.     

Dong Huiying pun melirik Liang Yuening dan melihat bahwa Liang Yuening tampak tersenyum. Liang Yuening pun berkata sambil tersenyum, "Aku tidak terlalu suka makan bubur di pagi hari. Karena sudah di tuangkan di mangkuk, tidak mungkin dikembalikan ke dalam panci lagi, kan? Kebetulan juga ini sudah tidak terlalu panas, jadi kamu bisa langsung memakannya."     

"Kalau begitu, terima kasih banyak," Dong Huiying tidak merasa sungkan dan langsung mengambil mangkuk bubur itu. Ia tidak melihatnya. Ketika ia menundukkan kepalanya untuk minum bubur, Liang Yuening mengepalkan tangannya dengan kuat, merasa sangat bersemangat.     

Ia pun memandang Liang Haoming di sebelahnya dengan gembira. Padahal ia juga menyadari adanya bubur putih milik Liang Haoming yang sama-sama tidak tersentuh di mejanya. Hal itulah yang membuat Liang Yuening merasa bangga pada dirinya kali ini. Ia bisa lebih dulu memberikan perhatiannya daripada kakaknya ini.     

"Kakak tidak memakan buburmu?"     

Liang Haoming, "Ah, ehmm.... makan!"     

Setelah itu, Liang Haoming menyesap buburnya. Anehnya, sudut matanya agak suram dan sedikit tidak bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.