Enam Suami Tampan

Media Resmi



Media Resmi

0Saat orang-orang seisi rumah ini sudah tampak tertidur. Liang Yuening pun tidur dengan membelakangi Liang Haoming. Anehnya Liang Haoming yang berbaring di sebelahnya kesulitan untuk tidur.     
0

Ia pun melirik ke samping, tempat adiknya berbaring, dan tiba-tiba merasa ragu-ragu.     

Liang Haoming pun menolehkan pandangannya ke arah Liang Yuening. Anehnya Liang Yuening pun juga melakukan hal yang sama. Saat kedua mata mereka saling bertemu, Liang Yuening langsung mengerutkan mulutnya, dan kemudian bangun.     

"Yuening, apa yang mau kamu lakukan?" Panggil Liang Haoming dengan suara yang amat pelan agar Sang Istri yang ada di atas tempat tidur tidak terbangun.     

Liang Yuening menghentikan langkahnya dan berkata, "Aku pergi ke toilet."     

Setelah berkata begitu, ia langsung berjalan menuju pintu. Tetapi ketika membuka pintu, ia membukanya dengan sangat pelan dan berusaha untuk tidak membuat suara yang tidak perlu.     

Setelah melangkah keluar dari pintu, Liang Yuening dengan hati-hati menutup pintu itu lagi. Anehnya, ia tidak pergi ke toilet seperti yang dikatakannya tadi. Ia justru terdiam depan pintu kamar ini dan duduk di dekat pintu itu sambil mengangkat kepalanya dengan pandangan yang kosong. Ternyata Liang Yuening hanya ingin memandangi bintang-bintang terang di langit.     

Ia sangat terbiasa keluar dan duduk-duduk menatap langit seperti ini saat hatinya menjadi gusar. Mungkin sejak ia memiliki masalah dari kecil, Liang Yuening selalu menyelinap untuk melihat bintang-bintang sendirian dan menenangkan hatinya.     

Saat ini, ia sedang mengingat beberapa hal tentang ibunya yang menikah dengan kesepuluh lelaki yang menjadi ayahnya. Anehnya, para lelaki yang menjadi suaminya itu tidak ada yang mencintai ibunya dengan tulus.     

Banyak aturan di dinasti Yuan yang mengunggulkan perempuan dan mengeksploitasi pria. Misalnya, peraturan tentang jumlah suami dari para pengawas hukum. Pemerintah hanya mengizinkan perempuan masuk pengadilan untuk menjabat sebagai pejabat, dan ada sekolah swasta yang didirikan hanya untuk perempuan, serta berbagai hal yang merendahkan pihak laki-laki di dunia ini. Bahkan para prajurit di barak adalah perempuan, bukan lelaki.     

Normal bagi seorang perempuan untuk keluar tanpa menggunakan riasan. Sementara itu, jika ada seorang pria tidak mengenakan topi untuk menutupi penampilannya ketika berada di keluar, lelaki itu akan dituduh tidak suci dan tidak bersih. Lelaki tersebut juga akan dikritik dan diperlakukan dengan tidak adil.     

Tapi, aturan dinasti Yuan untuk perempuan juga tidak sedikit.     

Seorang perempuan dianggap dewasa ketika sudah mencapai usia 20 tahun. Jika pada usia itu seorang perempuan belum juga menikah, mereka akan dimasukkan ke kabar berita resmi pemerintah. Biasanya, perempuan-perempuan yang masuk ke catatan resmi adalah mereka yang berdosa dan berita resmi biasanya akan memaksa mereka untuk menikah. Bahkan bila para perempuan ini hanya melakukan monogami, mereka juga dianggap bukan perempuan sejati. Hal ini menjadi hukum budaya yang dianut oleh mereka karena jumlah perempuan yang ada saat ini hanya berjumlah 10% dari jumlah penduduk yang ada.     

Salah satu perempuan yang mengalami hal ini adalah ibunya. Ibu para Liang bersaudara yang bernama Liang Yuru mengalami hal yang pahit semasa lajangnya. Tidak ada yang tahu ibunya berasal, tetapi ibunya ini memiliki aksen bahasa yang asing. Ia pun menjadi orang asing yang tinggal di Desa Kaoshan.      

Saat ia belum menikah pada usia 20 tahun, akhirnya ia diberitakan oleh surat kabar resmi di desa Kaoshan. Pada akhirnya, ia terpaksa menikah dengan sepuluh suami dan kembali ke desa Kaoshan. Tapi mungkin karena pernikahan ini bukan pernikahan yang diinginkannya sendiri, ia menyerah pada dunia dan juga aturan hukum yang berlaku di zaman ini. Hal itu membuat sikapnya terhadap suami-suaminya benar-benar buruk.     

Ketika Liang Yuening masih kecil, ia berkali-kali melihat ayah-ayahnya itu harus menghibur dan bahkan menuruti kemauan yang diinginkan oleh Liang Yuru. Hal ini perlu mereka lakukan agar tidak dicaci maki ataupun diberikan hukuman. Sayangnya, Liang Yuru selalu memiliki wajah yang dingin dan sering mengabaikan mereka.     

Ketidakpedulian ibunya, Liang Yuru, tidak hanya terlihat kepada ayah mereka, bahkan pada seluruh anak-anaknya pun juga disikapinya dengan dingin. Ibu mereka tidak pernah memberikan kesan yang baik pada Liang Yuening dan juga saudara-saudaranya.     

Ada satu hal yang sampai saat ini masih diingat oleh Liang Yuening. Ketika tiba di kota, ia pernah melihat seseorang menjual permen manisan. Ia pun menarik sudut pakaian ibunya untuk meminta ibunya untuk membelikan manisan tersebut. Sayangnya, ibunya ini malah mendorongnya pergi dengan pandangan yang jijik.     

Liang Yuening berteriak pada ibunya sampai menangis. Tapi ibunya justru berteriak balik padanya dan bahkan melarangnya memanggil Liang Yuru sebagai ibunya. Tidak ada permen, tidak ada tangisan, dan tidak ada panggilan ibu. Sejak saat itu Liang Yuening menahan emosinya seorang diri saat itu.     

Ibunya pun tampak berjalan terlalu cepat pada waktu itu, sementara itu Liang Yuening juga masih terlalu muda untuk mengikutinya. Akhirnya, Liang Yuening kewalahan dan ditelan oleh kerumunan orang-orang ini. Ia pun kehilangan ibunya dan malah sendirian di jalan. Ada banyak orang di sekitarnya, tetapi tidak ada yang dikenalnya untuk dimintai pertolongan.     

Ia pun menghabiskan 2 hari di kota sendirian dan harus merasa kelaparan. Hingga tanpa sadar, ia mengambil lumpur dan memasukkannya ke dalam mulut karena merasa terlalu lapar.     

Dua hari kemudian, para ayah datang ke kota untuk mencarinya dan Liang Yuening sudah sakit parah waktu itu. Sayangnya, ibunya tidak memperdulikannya sama sekali. Sejak saat itu, Liang Yuening sama sekali tidak berani meminta apapun yang diinginkannya kepada ibunya hingga sekarang.     

Ia ingat bahwa jika dirinya meminta sesuatu, orang itu akan buru-buru mengabaikannya.      

Tampaknya ia adalah beban dan masalah bagi orang lain. Mulai sekarang, bahkan jika ia diganggu, dipukul, atau dimarahi orang lain, Liang Yuening tidak akan pernah melaporkannya kepada ibu atau para ayahnya. Ia pun mulai berusaha membalas semua perlakuan tidak enak yang menimpanya dengan kekuatannya sendiri. Ia sudah tidak lagi meminta bantuan kepada siapapun. Hingga tanpa sadar, Liang Yuening seperti sedang memaksa dirinya sendiri untuk menjadi dewasa.     

Sekarang, Liang Yuening sudah cukup besar dan cukup bisa memenuhi keinginannya sendiri.     

Namun sekarang ini, ia telah menginginkan sesuatu mengenai perhatian Sang Istri. Sayangnya, apa yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan hal itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.