Enam Suami Tampan

Diam dan Linglung adalah kondisi normalnya



Diam dan Linglung adalah kondisi normalnya

0Hingga hari berubah menjadi gelap, Dong Huiying tampaknya masih belum merasa puas dan masih terus membeli banyak kebutuhannya.     
0

Setelah membeli banyak kebutuhannya, ia baru sadar akan satu hal. Ya, uang. Ia sudah menghabiskan terlalu banyak uang hari ini.     

Awalnya ia hanya berniat untuk membeli bahan-bahan makanan yang murah-murah saja. Namun, ada banyak bahan makanan bagus dan enak yang dilihatnya disana. Mengenai harga setiap barang yang dibelinya, jangan ditanya, siapa saja pasti akan terkejut jika ditunjukkan masalah harganya. Mungkinkah Dong Huiying baru saja memusnahkan keberuntungan keluarganya kali ini?     

"Malam ini, ayo kita habiskan malam di rumah sewaan Lao San. Ketika pagi hari tiba nanti, kita bisa meminjam gerobak sapinya untuk mengangkut barang-barang ini dan kembali ke desa."     

Lao Si tentu tidak keberatan dengan ide ini. Sejujurnya, ia adalah tipe orang yang melakukan sesuatu secara bertahap. Dong Huiying saja sudah menghubunginya beberapa kali baru kemudian ia muncul perlahan-lahan. Lao Si bukan tipe orang yang banyak maunya. Sepanjang waktu, ia hanya memandang dari belakang saja seperti sebuah bayangan. Tapi ketika membutuhkan bantuan, misalkan ada barang yang terlalu banyak dan sulit untuk dibawa sendiri, atau barang tersebut terlalu berat, Lao Si pasti akan langsung turun tangan dan membantunya. Meski tanggap, namun sejauh ini sikapnya yang diam dan linglung sudah menjadi kondisi normalnya.     

Ketika tiba dirumah Liang Shujun, Dong Huiying melihat ada gembok besi besar tergantung di pagar. Ia pun menepuk kepalanya dengan kesal.     

"Jangan-jangan…." Mata kecilnya menatap tajam ke arah dinding rumah. Rumah-rumah di kota memang sering digembok pagarnya untuk menjaga rumah dari pencuri. Tidak seperti di desa yang menggunakan bambu untuk pagar, di kota, semua pagar terbuat dari dinding bata yang dilapisi lumpur.      

Memahami hal ini, Dong Huiying memutuskan untuk memanjat dinding. Tetapi sesaat kemudian ia melihat Lao Si sedang berjongkok. Lao Si menuju ke sebuah pot bunga sederhana yang ada di dekat pintu pagar. Ternyata dari situ ia menemukan kunci pagar di bawahnya.     

Dong Huiying langsung tertegun melihat pemahaman Lao Si yang sederhana itu.      

Setelah berhasil membuka pintu pagar, mereka berdua langsung memasukkan semua barang belanjaan ke dalam rumah. Setelah selesai, Dong Huiying yang kelelahan langsung membaringkan dirinya pada semua ranjang kayu yang kecil.     

Tidak berselang lama, Dong Huiying mendengar suara percikan air dari luar. Ia memutuskan untuk bangun dan melihat hal yang terjadi di luar dengan penuh rasa ingin tahu. Setelah bergegas keluar dari pintu, ia melihat Liang Haoming melepas topinya dan mengambil segenggam besar sayuran untuk dicuci.     

Dong Huiying tersenyum menyaksikan hal itu.     

Lalu dengan malas bersandar pada daun pintu, Dong Huiying merasa lelah namun suasana hatinya sedang sangat bagus. Meskipun Lao Si memiliki bekas luka di wajahnya, namun sepertinya bekas luka itu justru membuatnya terlihat berani. Ia menyaksikan semua yang dilakukan Lao Si dalam diam dan tiba-tiba pikirannya mendadak menjadi tenang.      

Sebelumnya, ia sangat merasa tertekan dengan semua yang dibelinya, termasuk darah ayam dan semuanya. Namun sekarang, semua ketegangan itu sudah menghilang. Di matanya, hanya ada satu halaman, satu rumah, satu sumur, dan satu pria.     

Pria ini terlihat sangat tampan walau pendiam dan jarang tersenyum manis. Dengan menyaksikan ketampanannya saja, ia bisa membuat hati merasa sangat bahagia.     

Setelah mengagumi Lao Si untuk waktu yang lama, Dong Huiying menyingsingkan lengan bajunya dan berkata, "Sini aku bantu. Kamu sudah menemaniku seharian ini, kamu pasti lelah juga. Jadi, beristirahatlah dan tunggu sampai aku menyajikan makanan lezat hasil masakanku untukmu."     

Lao Si tertegun lalu menatap Dong Huiying lekat-lekat. Alih-alih ingin menolak perintahnya, Lao Si lebih memilih untuk memindahkan bangku kecil dan duduk di pintu dengan patuh. Selama duduk, ia mengawasi Dong Huiying mencuci dan memotong sayuran.     

"meow..." Seekor anak kucing kotor tiba-tiba mendekati Dong Huiying dan kucing ini tampak akrab dengannya.     

Anak kucing itu mengeong lagi, lalu melompat ringan dari dinding dan bergegas menuju Liang Haoming yang sedang duduk di bangku kecil. Kucing itu langsung melompat ke lengannya dan mengelus-eluskan kepalanya pada Lao Si.     

Liang Haoming merasa malu, ia memeluk anak kucing dan menatap Dong Huiying dengan sedikit khawatir.     

"Husss"     

Lao Si terlihat sangat menyukai kucing kecil ini. Sama seperti sebelumnya, ia juga seperti ini pada kelinci kecil, dan sekarang kucing.     

Dong Huiying ingat, terakhir kali kelinci itu dipotong oleh Liang Yuening, Lao Si sampai demam hingga ada orang tua yang menjemput dan membawanya ke kota.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.