Enam Suami Tampan

Keinginan untuk Mencium



Keinginan untuk Mencium

0"Sang Istri?" Wajah Liang Shujun tiba-tiba berubah menjadi muram. Tubuh Dong Huiying memang kecil, tapi ia sangat berkharisma. Meskipun ia tidak tinggi, tapi saat ia mengangkat lehernya, ia tampak begitu menawan. Dong Huiying malu-malu menghadapi Liang Shujun.     
0

"San'er [13][1], aku begitu menyukai wajahmu. Hei, lihatlah karakteristik wajahmu ini. Alis ini, mata ini, hidung ini, juga bibir ini …" Dong Huiying menjulurkan tanngannya yang kecil dan dengan sopan menyentuh anggota tubuh Liang Shujun yang tadi disebutkannya. Ujung-ujung jarinya mulai menyentuh dari alis, perlahan-lahan turun ke bawah, dan akhirnya terhenti pada dagu Liang Shujun yang halus.     

"Aku menyukai semuanya ini, membuatku ingin menciumnya."     

Dong Huiying menatap Liang Shujun dengan penuh hasrat. Sejujurnya, Liang Shujun adalah pria yang menggoda dan penuh pesona. Namun, Shujun juga seperti bunga yang sangat cantik, tapi juga sangat beracun. Dong Huiying masih harus berhati-hati dengannya.     

Wajah Liang Shujun berubah menjadi tatapan yang licik begitu mendengar perkataan Dong Huiying barusan. Punggungnya menabrak dinding dengan keras. "Istri … Sang Istri." Liang Shujun memegang erat tangan Dong Huiying dan menggigit sudut bibirnya.      

Dulu, Sang Istri membenci kecerobohannya dan selalu memarahinya karena tidak pantas dan selalu mempertanyakan ketidaksetiaannya. Padahal ketidaksetiaan tidak ada hubungannya dengan cinta, tapi berhubungan dengan harga diri.     

Meskipun Dong Dabao tak bisa dimaafkan, tapi ia adalah orang penting dalam hidup Liang Shujun. Menurut hukum dalam Dinasti Yuan, Sebagai laki-laki dalam keluarga harus punya sikap kekeluargaan! Sekalipun Dong Huiying tidak bersikap baik kepada suaminya dan sebaliknya, suaminya seharusnya tidak peduli lagi kepadanya, Sang Istri tetap harus dihormati layaknya seorang Boddhisatva.     

Ini adalah standar posisi perempuan sebagai kepala keluarga. Beberapa di antaranya kadang membuat seseorang merasa sakit hati. Jadi, sejak tahun lalu saat Sang Istri masuk ke keluarga Liang, Dong Dabao hampir menjatuhkan Liang Shujun.      

Ia telah mencoba beberapa cara agar Sang Istri membencinya. Ia sengaja berpura-pura menjadi dalang dari setiap masalah dalam keluarga Liang. Namun, pada kenyataannya, ia selalu menjaga alat vitalnya dari terjangan Sang Istri. Ditambah lagi, ia juga tidak pernah melakukan apa pun yang bisa dimaafkan oleh Sang Istri.     

Betapa menakutkannya Sang Istri. Sebenarnya, Liang Shujun sendiri telah meremehkannya. Namun, karena aspek tradisi pria di Dinasti Yuan pada umumnya, ia merasa seperti mengawinkan ayam dengan sembarang jenis ayam lainnya. Walau sama-sama dipasangkan antara laki-laki dan perempuan, dia merasa tidak cocok dengan Dong Dabao.     

Mata Liang Shujun berkedip dan ia membasahi bibir bawahnya yang kering. Ia tiba-tiba mendekati Dong Huiying, "Sang Istri, apakah kau menginginkannya?" Sebelumnya, ia telah mempelajari penampilan Dong Huiying yang mempesona, dan menerapkan trik Liang Shujun yang biasa digunakan untuk menggoda.     

Namun, senyuman yang palsu tetaplah palsu. Sedangkan jika melihat senyuman yang tulus tetaplah yang paling dihargai.     

"Ehem," Dong Huiying mengalihkan pandangan matanya dari Liang Shujun. Jika wajahnya tidak cukup gelap, mungkin saat ini ia telah mirip seperti pantat monyet. "Apa yang kau inginkan? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."      

Sambil mengucapkan itu, dalam hatinya berdoa kepada Dewa Langit dan Dewa Bumi, karena sudah tidak terhitung jumlah pria yang hadir di dunia ini pada kehidupan sebelumnya. Ya, semua pasien yang pernah ditanganinya, termasuk pria dan wanita, tua dan muda, mereka semuanya cantik dan tampan. Jarang sekali yang buruk rupa.     

Sebaliknya, Liang Shujun berusaha menenangkan Dong Huiying saat melihat wajahnya yang gelisah. Ia benar-benar berpikir bahwa Dong Huiying akan melakukan sesuatu kepadanya, tapi sekarang kelihatannya sangat berbeda,      

"Sang Istri, apakah kau tidak menginginkannya? Tapi kau sendiri yang harus memulai hubungan intim terlebih dahulu, bukan?" Liang Shujun meraih tangan Dong Huiying dan meletakkannya di dadanya.     

"Deg, deg, deg!" Jantung Liang Shujun berdetak cepat. Dong Huiying, yang langsung gemetaran, merasa telapak tangannya telah mati rasa.     

[1] kata 'er' dalam masyarakat Tionghoa digunakan seseorang sebagai panggilan khusus kepada orang yang disayangi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.