Enam Suami Tampan

Sia-sia Saja



Sia-sia Saja

0Dengan wajah kaku seperti kayu, Lao Si berjalan menuju Liang Yuening.      1

"Ow, Kakak keempat?" Kata Liang Yuening yang mulutnya penuh makanan.     

Lao Si menatapnya tanpa memberikan tanggapan apapun dari perilaku Liang Yuening.     

Lalu ia dengan cepat mengambil piring itu dari tangan Liang Yuening dan membawanya pergi.     

Tidak tahan, sungguh ia sudah tidak bisa menahannya lagi!     

Lao Si mengambil piring dan sumpit di tangan kakaknya, lalu dengan ekspresi wajah sedingin es, ia menatap ke arah kakaknya, Liang Zhichen.     

Liang Zhichen tersenyum dan berkata, "Jangan pedulikan aku, makanlah, itu benar-benar enak." Bukan masalah enak atau tidak, yang penting makanan ini tidak beracun. Ia tidak tahu banyak tentang obat-obatan, tetapi kakak keduanya sudah sakit selama bertahun-tahun dan dirinya hanya tahu sedikit tentang itu. Satu hal yang ia yakini adalah adiknya merupakan keluarga yang berharga.     

Lao Si mengangguk, tapi alih-alih memakannya, ia justru mengarahkan sumpitnya pada Liang Yixuan.     

Liang Yixuan sendiri makan dengan sangat lambat, setelah menelannya, ia sepertinya masih ingin makan lagi.     

Lao Si meliriknya sejenak lalu berjalan ke rumah selatan.     

Begitu ia masuk, Liang Shuyu dan Liang Shujun langsung menatapnya.     

Lao Si langsung berkata pada Liang Shuyu, "Sang Istri mengatakan bahwa kamu tidak boleh makan ini."     

Liang Shujun hanya melihat dengan heran, ia berusaha menangkap maksud dibalik perkataannya yang datar.     

Namun aroma sedap dari piring yang dibawanya memang menggoda. Liang Shujun langsung melewati Liang Shuyu begitu saja dan menuju Lao San. Dengan segera ia menyambar sumpit dan menyumpit sepotong babat babi itu ke mulutnya.     

"Owh, ini sangat panas!" Shujun mengipasi mulutnya dengan tangan dan menutupnya agar makan itu tidak keluar dari mulutnya. Walau menitikkan air mata sekalipun, ia tidak akan pernah memuntahkan babat babi goreng itu dari mulutnya. Orang yang tidak pernah kelaparan mungkin tidak akan pernah mengerti perasaan seperti ini. Setiap makanan itu berharga, apalagi sepotong babat goreng yang aromanya sangat sedap ini.     

Liang Shujun menelannya dan aroma sedap babat goreng itu masih tersisa di pipinya. Liang Shujun merenungkannya lagi, lalu matanya berbinar ingin tahu dan bertanya, "Daging apa ini? Tidak terlalu berlemak, juga tidak terlalu kering, sepertinya aku belum pernah memakan daging seperti ini?"     

Lao Si menjawab, "Babat babi!"     

Liang Shujun langsung tertegun, matanya bahkan mulai terlihat membesar.     

Ia pun terdiam sejenak lalu menepuk-nepuk dadanya dan mulai tersedak.     

Em, sebagai seseorang yang sedang terluka dan juga sangat terobsesi akan makanan sehat. Memakan usus babi? Yang benar saja, ini sangat menjijikkan!     

"Wah," Lao Er menatap Liang Shujun sejenak sembari membalik halaman bukunya. Ia terlihat sama sekali tidak tergantung dengan makanan itu dan bahkan ada tatapan iri di sudut matanya.     

Terlalu berminyak, terlalu aneh, terlalu asam, terlalu dingin, terlalu panas, semua selalu dikeluhkan oleh Liang Shujun, sepertinya ia terlalu membenci banyak hal.     

Padahal dari sisi Lao San, pasti akan sangat membahagiakan jika ia juga bisa memakannya.     

*****     

Dong Huiying menumis sepiring besar sayuran hijau, dan kemudian menggunakan minyak sayur untuk menggoreng selusin tortilla tebal. Makanan itu berupa adonan dibentuk kulit yang berwarna keemasan di satu sisi dan kuning di sisi lainnya.     

"Yixuan, bantu aku menyajikan hidangan ini," Ia mulai mengeluarkan perintah lagi, setelah itu kembali fokus untuk memotong beberapa bahan di dapur lagi. Ini adalah makanan khusus yang dimasaknya untuk Liang Shuyu. Tidak lupa, ia juga memikirkan beberapa ramuan obat untuk mengobati luka Liang Shujun dan juga Liang Yixuan.     

Baik yang sakit ataupun yang sedang terluka, sangat tidak dianjurkan untuk makan makanan yang terlalu berminyak. Oleh sebab itu, ia membuatkan makanan sehat untuk saudara-saudara Liang yang kondisinya belum cukup sehat.     

Sembari berpikir, ia mulai mempercepat gerakannya.     

Setelah Liang Yixuan selesai menghidangkan makanan, ia bertanya, "Sang Istri, apa kau butuh bantuan?"     

 Dong Huiying tersenyum, "Tidak usah, ini sudah mau selesai kok dan sebentar lagi bisa kita akan mulai makan."     

Liang Yixuan memandangnya dengan lembut untuk waktu yang lama, dan tiba-tiba datang di belakangnya untuk membantunya mengikat rambut panjangnya yang berkeringat.     

Dong Huiying tertegun sejenak lalu berkata, "E… Terima kasih."     

Ia mengerutkan bibir dan tersenyum, asap dari tungku ini sangat panas hingga membuatnya mengeluarkan banyak berkeringat. Rambut panjangnya pun mulai lengket di lehernya dan membuatnya merasa sangat tidak nyaman.     

Kakak pertama, keempat, kelima, dan ketiga hanya duduk di depan meja dengan usus goreng dan juga olahan tepung jagung di depan mereka. Namun, sepertinya mereka hanya diam seolah masih menunggu sesuatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.