Istri Kecilku Sudah Dewasa

Diangkat Setinggi-tingginya (Bagian 2)



Diangkat Setinggi-tingginya (Bagian 2)

1Liuli Guoguo membuka mulutnya sehingga bentuk mulutnya jadi sangat lucu sekali, lalu dia menyanyikan lagu dengan riangnya. Dia saat ini sedang duduk berhadapan dengan Kakak Po-nya yang tinggi dan keren, kemudian di lututnya ada si kelinci yang cantik dan sangat imut.       1

Liuli Guoguo pun berkata dengan senangnya, "Kakak Po, apa suaraku saat menyanyi merdu?" tanyanya. Selesai bernyanyi, dia pun kemudian bertanya ke Xuanyuan Pofan. Bahkan, dia juga tidak tahan untuk segera mendengarkan pujian dari kakak Po-nya.     

Xuanyuan Pofan tampak bergantian memainkan tangan mungil Liuli Guoguo, dan yang satunya mencubiti tangan itu, lalu menjawab, "Iya merdu."     

Liuli Guoguo tersenyum riang sekali, lalu dia bertanya kepada kelinci yang ada di atas lututnya, "Tuantuan, merdukan suaraku?"     

Apanya yang merdu? Cih! Yang ada berisik sekali. Sudahlah jangan menyanyi lagi, aku mau tidur cantik dulu, kalau aku terbangun malah akan menakutkan orang loh. Di sampingmu itu ada penyihir penangkap jiwa Xiu Lou yang terus mengawasi. Aku tidak berani membuka mataku, batin si kelinci. Sehingga, dia pun hanya bisa menganggukkan kepala kecilnya itu.     

Liuli Guoguo semakin tersenyum riang, lalu dia pun membuka mulutnya lagi dan mulai bernyanyi lagi dengan senangnya, dengan lagu yang baru. Dari lagu berjudul turun salju, kemudian berganti ke lagu berjudul salju meleleh.     

Angin musim semi datang, datang, datang, datang     

Salju di tanah mencair     

Nona musim semi membawa pergi ibu musim dingin     

Hujan di musim semi turunlah turunlah     

Salju di pohon meleleh lagi lagi meleleh     

Kakak musim semi membawa pergi adik musim dingin...     

Kalau tahu jadinya seperti ini, aku lebih baik tadi menggelengkan kepala saja. Aduhh! Berisik sekali! batin si kelinci.     

***     

Setibanya di kuil Tao Qing Feng, di bawah matahari terbenam, tirai kereta kuda tampak dibuka. Lalu, kepala mungil terlihat menjulur dari jendela kereta kuda. Rambut di samping telinga Liuli Guoguo pun berterbangan terhembus angin, mata besar bagai anggur itu juga membelalak takjub.      

Setelah melihat keluar, Liuli Guoguo pun memasukkan kepalanya ke kereta kuda lagi, lalu menghampiri Xuanyuan Pofan dan bertanya, "Kakak Po, di sekitar kita banyak sekali prajurit. Apa mereka semua bawahan kakak?"     

"Iya benar, kakakmu dan kakak keempatku kelihatannya sudah datang duluan, ayo kita turun!" kata Xuanyuan Pofan. Dia lalu mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Liuli Guoguo yang berantakan di lehernya.     

"Em em!" gumam Liuli Guoguo sambil mengangguk.     

Hari ini, tidak hanya pemandangan matahari terbenam yang indah, namun ada satu pemandangan indah lain yang terlihat. Yaitu, seorang pria tampan dengan jubah bulu musang berwarna ungu yang sedang menggandeng gadis kecil yang mengenakan jubah bulu musang warna biru dengan kerah beludru di bagian lehernya, serta rok merah muda berlapis kapas.      

Mereka selangkah demi selangkah menginjakkan kaki untuk naik ke tangga panjang, seolah sedang menuju ke matahari terbenam. Para pelayan dan pengawal mengikuti di belakang mereka. Salah satu pelayan tampak menggendong kelinci imut yang mengenakan baju musim dingin yang sangat tebal warna merah muda. Di telinga kelinci itu terlihat dihiasi dengan bunga besar warna merah yang sangat mencolok.     

Gadis kecil itu masih tidak bisa mengalahkan langkah pria tampan itu. Ketika pria tampan itu mengambil satu langkah, gadis itu harus mengambil dua langkah. Xuanyuan Pofan kemudian sengaja memperlambat langkahnya dan menggandeng tangan Liuli Guoguo dengan erat. Karena dia takut kalau Liuli Guoguo akan lari-lari sembarangan dan tersesat.     

"Kakak Po, kamu hitunglah sampai tiga, aku bisa langsung lebih tinggi darimu, loh!" kata Liuli Guoguo yang tertawa sambil menggoyang-goyangkan kedua tangan yang menggandeng dirinya.     

"Bagaimana caranya?" tanya Xuanyuan Pofan tampak bersemangat dengan satu alisnya yang terangkat.     

"Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Kakak Po, cepatlah hitung sampai tiga! Cepat hitung! Cepat hitung!" perintah Liuli Guoguo sambil terus-terusan menggoyangkan tangan besar itu.     

"Baiklah, aku mulai hitung loh ya, satu, dua..." kata Xuanyuan Pofan yang merasa kalau dirinya jadi semakin kekanak-kanakkan ketika semakin lama bersama dengan Liuli Guoguo.     

Liuli Guoguo kemudian mendengar Xuanyuan Pofan mulai menghitung. Lalu, ketika hampir tiba di hitungan ketiga, mata besar yang bersinar itu langsung menoleh.      

Tangan mungil di tangan besar Xuanyuan Pofan tiba-tiba hilang, dia hanya melihat si bacang dengan kerah beludru merah muda itu naik ke ketiga anak tangga di depannya dengan cepat. Dia pun istirahat sejenak, lalu berbalik, Em! Memang benar sekali, dengan cara ini dia lebih tinggi sedikit, batinnya.     

"Kakak Po, coba lihat, bukankah aku lebih tinggi darimu sekarang? Huwaahhh!" kata Liuli Guoguo dengan riang. Lalu, tiba-tiba dia berteriak ketika berbalik ke arah Xuanyuan Pofan.      

Baru saja ucapannya jatuh, tiba-tiba Liuli Guoguo sudah berdiri dengan tidak seimbang ketika berbalik. Apalagi anak tangganya sekarang sedang dipenuhi salju, sehingga membuat tubuh si bacang jatuh ke Kakak Po-nya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.