Istri Kecilku Sudah Dewasa

Dua Singa Kecil Berkelahi (Bagian 1)



Dua Singa Kecil Berkelahi (Bagian 1)

1Di halaman utama kediaman Ti Du,      0

Xuanyuan Poxi sedang menuangkan segelas anggur merah untuk kakak keenamnya, lalu meminum anggur merahnya sendiri. Dia kemudian berkata kepada kakaknya, "Kakak keenam, ayo minum. Kita adik dan kakak ini jarang sekali bisa bertemu. Jadi, karena hari ini kita bisa bertemu, ayo minum-minum lebih banyak lagi."     

Xuanyuan Pofan tidak mengatakan apa pun, dia hanya tak berdaya ketika melihat adik ke delapannya itu, lalu dia tidak menolak permintaan adiknya. Kemudian, masih dengan wajah dinginnya, dia langsung meneguk anggur merah di gelasnya.     

Tidak lama kemudian, seorang ibu-ibu datang ke sana sambil berkata, "Salam hamba bertemu Raja Huayou dan pangeran ke delapan, hamba datang ke sini atas perintah yang mulia Ratu. Ratu meminta hamba untuk mengingatkan kepada Tuan-tuan, agar sedikit saja minum anggur merahnya. Terlebih untuk pangeran ke delapan."     

"Ya ampun, ini kan pesta pernikahan kakak keempat. Hari besar yang sangat membahagiakan, mana mungkin tidak minum anggur merah, kan?! Kalau tidak minum anggur merah namanya tidak sopan, apalagi..." kata Xuanyuan Poxi. Namun, belum selesai dia mengomel, tiba-tiba seorang pelayan berlari menghampiri mereka dengan terburu-buru.      

Setibanya di depan Raja Huayou, pelayan tersebut berhenti dan bernapas dengan terengah-engah, "Raja Huayou, pangeran ke delapan, Nyonya kecil dan putri kecil berkelahi!" katanya.     

Semua orang yang mendengar ini seketika terkejut.     

***     

Di halaman yang paling pucuk, sedang ada kejadian seperti ini, yaitu seorang gadis yang mengenakan gaun merah muda begitu tebal bagai bacang, sedang menarik rambut gadis kecil lain yang memakai baju musim dingin warna biru, dengan paduan rompi.      

Gadis berbaju biru itu wajahnya sudah tercakar tidak karuan, akhirnya dia pun juga menarik rambut gadis kecil yang mengenakan baju merah muda. Hanya saja, yang ajaib adalah cadar yang menutupi wajah mungil gadis kecil bagai bacang itu masih ada, masih terpasang dengan rapinya di wajah mungilnya.     

Wen Yiwen sudah berulang kali mencoba menarik cadar itu hingga terlepas, tapi selalu saja ditangkis dengan tepat oleh Liuli Guoguo. Sedangkan dirinya sendiri dicakar habis-habisan oleh Liuli Guoguo. "Kamu lepaskan!" teriak Wen Yiwen.     

"Kamu dulu yang lepaskan," teriak balik Liuli Guoguo. Peperangan besar tarik menarik rambut ini begitu seru, keduanya bagaikan singa yang bulunya berdiri karena marah, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah. Peperangan di antara wanita memang seperti itu, siapa yang menarik rambut paling banyak itulah yang menang.     

Xuanyuan Pofan dan adik ke delapannya segera berlari ke halaman yang paling pucuk itu, dan melihat adegan tersebut. Istri kecilnya sedang berkelahi dengan serunya, tapi yang ada, istri kecilnya itu malah terlihat sangat, sangat, sangat imut sekali. Bisa-bisanya berkelahi tapi malah jadi seimut ini, apa yang harus aku perbuat? batinnya.     

"Wow wow wow, si persik berubah jadi singa, imut sekali imut sekali! Ayo semangat, semangat! Oh ya Wen Yiwen, kamu juga semangat ya. Paman ke delapan mu ini juga percaya kepadamu, kok!" teriak Xuanyuan Poxi yang begitu bersemangat dan tidak lupa untuk bertepuk tangan menyoraki. Sebab, adegan seseru ini sangat jarang dilihatnya.     

Xuanyuan Pofan melirik dengan geram ke adik ke delapannya, dia pun maju menghampiri kedua gadis kecil itu dan berkata, "Liuli Guoguo, berhenti dan lepaskan!"     

"Tidak mau! Biarkan dia dulu yang melepaskan, baru aku lepaskan! Aku tidak mau! Tidak mau!" ucap Liuli Guoguo dengan marah, bahkan keningnya sampai berkerut.     

Xuanyuan Pofan tak berdaya, dia pun lalu menoleh ke keponakannya, "Wen Yiwen, berhenti," perintahnya.     

"Tidak! Paman keenam, kamu tidak boleh pilih kasih kepada istri kecilmu dong. Dia duluan yang memukulku! Aku tidak akan pernah melepaskannya!" kata Wen Yiwen sambil menarik sekuat tenaga istri kecil dari paman keenamnya tanpa takut sedikitpun.     

"Merusak aturan saja! Kalian berdua cepat berhenti!" kata seseorang.      

Terdengar suara seorang wanita yang marah tapi masih saja terlihat elegan. Semua orang pun menoleh. Tuan putri datang, begitu juga Ratu. Selain Xuanyuan Pofan yang masih saja menatap tajam ke istri kecilnya yang sedang berkelahi, yang lainnya langsung berlutut memberi hormat kepada Ratu dan Tuan putri.     

Ketika Ratu datang dan melihat anak kesayangannya sendiri mengabaikannya dan malah menatap tajam ke istri kecilnya yang sedang berkelahi, api amarah dalam benaknya pun menyala. Dia lalu memerintahkan kepada anak perempuan di sampingnya dengan wajah muram, "Xuanyuan Yuexian, cepat sana urus putrimu itu!"     

"Oh, baik ibu." kata Tuan putri yang segera maju dengan memanyunkan bibirnya. Kenapa ibu begitu pilih kasih, sih? Memerintahku mengurusi anakku. Kenapa dia tidak menyuruh adik keenam mengurusi istri kecilnya, coba? Berkelahi kan tidak mungkin karena satu orang saja yang memukul, ini kan karena yang satunya juga mau memukul mangkanya sampai berkelahi seperti ini! batinnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.