Istri Kecilku Sudah Dewasa

Kakak Po, Tundukan Kepalamu



Kakak Po, Tundukan Kepalamu

0Xuanyuan Pofan seketika menghentikan langkah istri kecilnya, lalu dia langsung memegangi kepala Liuli Guoguo, dan dengan cepat mengambil ranting bunga plum yang baru saja dia petik.      
0

Kemudian Xuanyuan Pofan menempelkan ranting dengan beberapa bunga plum yang menghiasi ranting itu ke atas kepala Liuli Guoguo, dan menjadikannya sebuah jepit rambut plum kecil yang lucu. Setelah dia memasangkan jepit rambut buatannya itu, Liuli Guoguo masih terlihat tercengang karena bingung.     

"Mahkota bunga itu terlalu jelek. Buatanku ini yang terlihat bagus dan lebih cocok denganmu," kata Xuanyuan Pofan sambil memegang dagu putih dan halus milik Liuli Guoguo dengan lembut. Dia lalu mengangkat wajah kecil itu menghadap ke arahnya. Kemudian, satu tangannya yang lain mengelus jepitan bunga plum yang ada di kepala Liuli Guoguo.      

"Em?" gumam Liuli Guoguo yang masih terdiam dengan bodohnya. Dia kemudian mengangkat tangannya untuk menyentuh jepit rambut di kepalanya, dan melepaskannya secara langsung.      

"Kakak Po, apa kamu yang membuatnya?" tanya Liuli Guoguo sambil memegang jepit rambut bunga plum dengan sangat bersemangat dan riangnya. Rasa marah yang baru saja memenuhi hatinya, entah sudah pergi ke lereng bukit mana sekarang.     

Xuanyuan Pofan segera mengiyakan, lalu dia mengambil lagi jepitan rambut bunga plum dari tangan kecil Liuli Guoguo. Kemudian dia menempelkannya kembali ke rambut Liuli Guoguo sambil berkata, "Kamu hanya boleh mengenakan dan memakai apa yang aku hadiahkan padamu." Suaranya ini terdengar berat dan dalam, namun begitu arogan.     

Liuli Guoguo merasa malu begitu mendengar ucapan Xuanyuan Pofan ini. Seketika muncul rona merah di wajah kecilnya, dan hati kecilnya langsung melompat-lompat dengan riangnya menuju ke sarang kebahagiaan. Aduh malu deh malu deh! batinnya. Meskipun kakak Po-nya ini terdengar sangat arogan, tapi entah mengapa dia sangat menyukainya.     

Liuli Guoguo pun segera mengiyakan dengan lembut, lalu mengangkat kepalanya yang sedikit panas karena malu. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan berkata kepada Xuanyuan Pofan, "Kakak Po, tundukkanlah kepalamu."     

"Em?" gumam Xuanyuan Pofan.     

"Tundukkan kepalamu, kok!" kata Liuli Guoguo.     

"Baiklah," jawab Xuanyuan Pofan. Lalu, sebuah ciuman besar telah menempel di bibirnya.      

Gelembung cinta seketika bertaburan memenuhi udara, sehingga menghangatkan suasana, begitu manis dan imutnya. Gelembung cinta itu seolah berkata, 'Aku setiap hari, dan bahkan setiap tahun akan selalu mencintaimu'.     

***     

Karena gelembung cinta yang memenuhi udara Penglaizhou, suasana di tempat itu seketika menjadi begitu hangat dan manis. Tapi, di sisi lain, seorang pemuda berbaju putih yang sedang bersandar di menara pengawasan di kerajaan Jingyang, terlihat sedang dalam keadaan sedih dan bingung.     

Pemandangan ini sungguh tidak biasa dan tidak cocok untuk Xuanyuan Poxi. Seharusnya, dia sekarang sedang duduk nyaman di kursi sambil menyilangkan kakinya dengan angkuh. Namun, dia saat ini sedang menggenggam batu giok berwarna hijau yang berupa liontin di tangannya, sambil memandangi batu giok itu dengan hati-hati.     

Xuanyuan Poxi kemudian melihat ke tulisan 'Su' yang terukir di batu giok itu, lalu menuliskan kata 'Su' tersebut di telapak tangannya yang besar dengan sangat jelas. Entah kenapa hatinya merasa kalau ada kesalahpahaman yang tidak bisa dijelaskan.     

Beberapa hari lalu, Xuanyuan Poxi berangkat ke paviliun Lan Sang dengan penuh semangat. Karena dia ingin mengundang kakak Dewi untuk datang ke perlombaannya dan memberinya dukungan. Karena terlalu gugup menghadapi kakak Dewi, dia pun sampai lupa bertanya tentang batu giok ini.      

Apakah batu giok ini milik kakak Dewi? Iya atau bukan? batin Xuanyuan Poxi. Jadi dia terus memikirkan ini dan mencoba untuk mencari jawaban di dalam hatinya.     

Dua tahun lalu, ketika Xuanyuan Poxi masih berumur 13 tahun, dia baru saja lulus dari sekolah Xing Yun dan diterima di perguruan tinggi Xing Yun. Perguruan tinggi ini mengadakan pelatihan lapangan untuk mahasiswa baru. Tapi sayangnya, di pelatihan lapangan ini dia sama sekali tidak beruntung. Karena dia malah bertemu dengan ular piton yang sangat besar.     

Sayangnya, Xuanyuan Poxi sulit untuk berhasil lolos bersama rekan satu timnya jika bertemu dengan ular piton besar ini. Demi menghindari serangan ular piton besar itu, dia pun kemudian berlari ke tebing. Sampai akhirnya, dia tidak bisa mundur dan melangkah lagi karena benar-benar sudah sampai di tepi tebing.      

Tepat ketika ular Piton besar itu siap menjulurkan ekor mematikannya untuk menggulung tubuh Xuanyuan Poxi, dia pun terpaksa langsung melompat dari tepi tebing. Bahkan, walaupun dia sudah berlatih kemampuan meringankan tubuh, namun tetap saja begitu jatuh seperti ini, dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan langsung jatuh dengan ringannya.     

Xuanyuan Poxi kemudian meniup peluit penyelamat untuk waktu yang lama, namun tetap saja tidak ada yang datang menyelamatkannya. Tidak jauh dari tempatnya, dia melihat roh Jiwa yang mengerikan dan mendekat perlahan ke arahnya, seolah mau menyerangnya dengan ganas.      

Tepat ketika Xuanyuan Poxi sudah tidak sanggup bertahan, dia pun diam dengan putus asa dan hanya tinggal menunggu kematian menjemputnya. Tapi, tiba-tiba ada sosok berbaju putih yang datang menghampirinya.     

Entah sosok itu menggunakan bubuk apa untuk menyerang roh jiwa itu, namun dia telah membuat roh jiwa itu berbalik dan kabur dari sana. Walaupun, Xuanyuan Poxi sangat pusing saat itu, tapi dia masih sadar, dan mudah sekali baginya untuk mengenal seseorang. Karena sosok berbaju putih yang begitu anggun dan lembut itu pasti seorang wanita.     

Apalagi, wanita berbaju putih itu sepertinya menyeberangi sungai dengan berjalan kaki, karena pakaian putihnya itu terlihat diikatnya sampai di betis. Samar-samar, Xuanyuan Poxi bisa melihat ada tanda lahir berbentuk kupu-kupu di pergelangan kaki wanita berbaju putih itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.