Bos Mafia Playboy

Dua Pria Hebat



Dua Pria Hebat

0Langit serasa telah runtuh bagi Brian Prayoga. Bagaimana tidak? Dia mendengar sebuah ledakan yang berada dari sebuah hotel di mana istri dan juga keluarga besarnya berada di dalam gedung itu.     
0

Bukan hanya panik, pria itu berlari sekencang mungkin menuju ke lokasi ledakan. Rasanya hampir gila membayangkan hal buruk menimpa seluruh anggota keluarganya.     

Dari pandangan matanya, Brian melihat anak buah Jeffrey sedang mengamankan lokasi dibantu oleh beberapa anggota pasukan khusus yang sengaja didatangkan untuk mengamankan acara pernikahan itu.     

"Apa yang terjadi, Om?" Dengan sangat panik, Brian langsung bertanya pada Jeffrey yang kebetulan berada di sana.     

"Ada ledakan di dalam gedung." Jeffrey hanya menjawab singkat tanpa menjelaskan apapun pada suami dari Imelda itu.     

"Bagaimana dengan istriku dan juga yang lainnya? Mereka masih ada di dalam!" Rasanya jantung Brian seolah akan meledak. Pria itu tak bisa menerima kenyataan jika harus kehilangan mereka semua.     

Jeffrey lalu memandang ke arah belakang tanpa menjelaskan apapun pada sosok pria yang tampak kacau karena terlalu panik menyaksikan kekacauan di sekitar hotel.     

"Brian!" Dari kejauhan, Imelda berseru cukup keras memanggil suaminya. Wanita itu sempat sangat panik saat mendengar suara ledakan yang begitu terasa hingga ruangan di mana mereka berada ikut bergetar kencang.     

Sontak saja, Brian bergegas lari untuk menyusul istrinya. Rasanya begitu lega melihat Imelda dan juga orang-orang yang dicintainya dalam keadaan yang sangat baik.     

"Apa kamu baik-baik saja, Sayang?" Brian mulai memeriksa istrinya mulai dari kepala sampai ke ujung kakinya. Dia ingin memastikan jika tak ada sedikit pun yang terluka dari Imelda.     

"Aku baik-baik saja, Brian. Ledakan itu berasal dari luar hotel." Mereka semua langsung fokus dengan bangunan yang berada di sebelah hotel. Dari luar bangunan itu tampak baik-baik saja. Namun mereka meyakini jika ledakan itu berasal dari gedung yang nampak seperti sedang dipakai dalam acara resepsi pernikahan.     

Imelda memandang ke sekeliling area depan hotel itu. Dia sedang mencari seseorang yang sejak tadi seakan telah menghilang.     

"Papa! Di mana papa, Brian?" Imelda baru sadar jika kedua ayahnya dan juga Rizal Hartanto sama sekali tak nampak di sana. Ada perasaan cemas yang tak mampu dibendungnya lagi. Meskipun mereka semua sudah berjanji akan baik-baik saja, Imelda tetap saja mengkhawatirkan mereka semua.     

Brian dan Imelda akhirnya mendekati Jeffrey yang sedang membersihkan lokasi dengan beberapa anak buahnya. Pria itu terlihat tetap tenang meskipun sebuah ledakan baru saja terjadi di depan matanya.     

"Di mana papa, Om?" Imelda bertanya langsung pada atasan dari ayahnya itu.     

"Papamu tadinya berada di dalam gedung untuk menjinakkan bom yang terpasang di dalam gedung sebelah. Entah mengapa sejak tadi belum kembali juga?" Jeffrey bisa menjawab pertanyaan itu tanpa beban sedikit pun. Seakan dia tak mengkhawatirkan keselamatan dari mereka semua.     

Di sisi lain, Martin dan Vincent juga sangat panik. Mereka sangat takut jika terjadi apa-apa pada keluarganya. Kedua pria itu akhirnya meminta Laura dan Eliza untuk kembali ke ruangan di mana tadi mereka menunggu. Dua pria itu ingin memastikan jika tak terjadi apa-apa pada ketiga lelaki yang terikat hubungan dengannya itu.     

"Aku dan Martin akan masuk ke dalam untuk mencari papa. Kami harus memastikan jika mereka baik-baik saja," ucap Vincent di hadapannya Jeffrey dan juga pasangan suami istri yang tanpa sangat mencemaskan hal yang sama.     

Kedua pria yang sudah berpakaian ala pengantin pria itu bermaksud untuk menerobos pengamanan gedung pasca ledakan itu. Namun Jeffrey sudah berada di depannya dan berusaha untuk menghalangi mereka.     

"Mau kemana kalian berdua? Jangan pikir Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra adalah sosok lemah yang tak bisa melakukan apapun. Mereka berdua adalah pasangan penjinak bom terhebat. Sebuah bom yang meledak tadi ... pasti hanya seperti kembang api bagi mereka." Jeffrey cukup mengenal dua sahabat itu. Meskipun dia dan Adi Prayoga tak sempat bekerja di waktu yang bersamaan, kisah kehebatan mereka masih terdengar di antara anggotanya. Seolah pasangan Ibu mendapatkan tempat yang spesial di hati seluruh anggota kesatuan.     

Martin dan juga Vincent saling menatap satu sama lain. Mereka berdua telah melupakan hal itu. Namun ... ada sesuatu yang telah mereka lupakan.     

"Di mana Om Rizal dan juga Kevin?" tanya Vincent pada sosok pria yang masih berdiri di hadapan mereka berdua.     

"Rizal Hartanto baru saja mengurus hal yang sangat penting. Sedangkan Dokter Kevin, dia sedang mengobati seseorang di dalam gedung," jelas Jeffrey pada dua pria yang masih saja tampak panik.     

Rasanya sangat sulit untuk mempercayai hal itu. Terlebih mereka semua juga tak kunjung datang untuk menjelaskan semuanya.     

Setelah berdebat sengit dengan Jeffrey, tak berapa lama Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra menampakkan diri dengan sebuah alat pelindung dari ledakan.     

"Apakah kalian tak percaya pada kami? Sudah diperintahkan untuk tetap di dalam ruangan, mengapa kalian justru berada di luar?" Begitulah kalimat panjang dari Adi Prayoga begitu melihat Martin dan Vincent berada di antara kerumunan orang-orang itu dan sedang berbincang dengan Jeffrey.     

"Maaf, Bos. Kami hanya sangat panik dan tak bisa menahan diri lagi," jelas Martin dalam ekspresi yang serba salah. Tak seharusnya mereka semua nekat keluar di saat situasi yang sangat berbahaya.     

Adi Prayoga dan Davin Mahendra bergegas meletakkan alat pelindung yang masih terpasang di badannya. Mereka bergegas menemui Brian dan juga Imelda yang berada tak jauh dari sana.     

"Mengapa kalian berada di sini? Bukankah papa sudah mengatakan untuk tetap diam di dalam ruangan?" Adi Prayoga merasa kesal karena Imelda nekat keluar dari dalam hotel. Padahal wanita itu sudah mengetahui segala rencana yang telah disusun sedemikian rupa oleh ketiga pria tua itu.     

"Maaf. Aku sangat khawatir jika terjadi apa-apa dengan Papa." Mendengar perbincangan itu, mereka semua langsung mengarahkan pandangan pada wanita hamil itu. Terlebih Vincent, dia merasa baru saja dipermainkan oleh adiknya sendiri.     

Bukan hanya Vincent saja yang merasa dipermainkan, Brian dan juga Martin juga merasakan hal yang sama. Mereka merasa jika Imelda sengaja membuat mereka berpikir yang berlebihan mengenai kondisi yang sangat berbahaya itu.     

"Tak perlu merasa kesal seperti itu!" seru Davin Mahendra pada mereka semua. "Segeralah masuk! Tiga puluh menit lagi prosesi acara akan di mulai," ucap ayah dari Imelda Mahendra itu pada mereka semua.     

Secara bersamaan, mereka masuk ke dalam sebuah ruangan khusus untuk calon mempelai dan juga keluarga. Mereka harus bersiap untuk segera memasuki ballroom hotel di mana pernikahan itu akan dilangsungkan.     

Baru juga masuk ke dalam ruangan itu, Eliza dan Laura menatap tajam pada mereka semua. Mereka merasa telah kehilangan dua orang yang disayanginya.     

"Di mana papa dan juga Dokter Kevin?" tanya Eliza begitu menyadari mereka berdua tak ikut masuk ke dalam ruangan itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.