Bos Mafia Playboy

Terlambat Sangat



Terlambat Sangat

0Begitu mengetahui keadaan hotel semakin genting, Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra mulai mengerahkan segala kemampuannya untuk mengamankan situasi. Mereka berdua sama-sama bekerja sama untuk membereskan kekacauan di sana.     
0

Sedangkan Rizal Hartanto, diberikan tugas secara khusus untuk mendatangi Natasya yang sudah dipindahkan ke lapas. Pria itu membawa sebuah kabar bahagia bagi kekasihnya itu.     

Dengan sedikit koneksinya, Rizal Hartanto berhasil menemui Natasya di dalam sebuah ruangan khusus yang telah disiapkan oleh kepala lapas untuk seorang hakim senior itu.     

"Terima kasih, Pak. Maaf sudah merepotkan Anda," ucap Rizal Hartanto pada kepala lapas di mana Natasya harus menjalani hukumannya.     

Dia pun duduk di sebuah kursi yang cukup nyaman sembari menikmati segelas minuman hangat yang tadi sudah disiapkan oleh mereka. Beruntung sekali, Rizal Hartanto mendapatkan perlakuan khusus dari seluruh petugas lapas. Hal itu mungkin saja karena sepak terjangnya di kancah hukum pemerintahan.     

Tak berapa lama saat pria itu menunggu, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka. Tampak Natasya berjalan pelan ke arah kekasihnya itu. Mereka berdua sama sekali tak pernah mengakhiri hubungan antara kekasih itu.     

"Untuk apa kamu ke sini, Mas? Bukankah hari ini adalah pernikahan anak-anakmu?" tanya Natasya pada sosok pria yang sudah sangat banyak membantunya selama ini. "Atau ... Mas Rizal ingin bersorak dan menertawakan kekalahan ini?" Rasanya sedikit aneh saat mendengar Rizal Hartanto sengaja datang mengunjunginya.     

"Kamu masih bisa mengatakan hal itu dengan wajah tenang dan tanpa rasa berdosa sedikit pun? Jangan pikir kami tak tahu jika kamu memasang bahan peledak di hampir seluruh gedung pernikahan itu." Rizal Hartanto tampak sangat kecewa pada sosok wanita yang sangat dicintainya. Namun juga seorang wanita kejam yang telah menghabisi istrinya sendiri.     

Natasya tersenyum kecut saat rencananya telah berhasil diketahui oleh mereka semua. Tentunya sangat kecewa atas kegagalan rencana itu. Dia sudah mempertaruhkan apa yang dimilikinya untuk menghabisi mereka.     

"Coba nyalakan televisinya!" Natasya duduk di sebuah kursi sembari tersenyum lebar penuh kemenangan. Entah apa yang telah membuatnya menjadi sangat bahagia.     

Sesuai permintaan Natasya, pria itu langsung menyalakan layar televisi di hadapannya. Sebuah berita terkini menyiarkan sebuah ledakan dalam sebuah gedung di mana pernikahan dari keluarga paling berpengaruh sedang dilakukan.     

"Apa! Bagaimana ini terjadi?" Rizal Hartanto seketika panik melihat dan juga mendengar berita itu. Dia bahkan melihat sendiri banyak bahan peledak yang sudah     

Natasya justru tertawa penuh kemenangan. Dia merasa sangat puas dengan hasil kerja keras pada orang-orang bayarannya.     

"Kamu pikir aku bodoh? Tentunya aku sangat mengenal dua sahabat itu. Jadi ... aku menempatkan sebuah peledak yang mungkin saja tak pernah mereka duga." Natasya semakin puas saat melihat Kevin tampak cemas di sebelah korban saat tersorot kamera wartawan.     

"Bukankah itu dokter pribadi Keluarga Prayoga? Apakah kamu yakin jika mereka baik-baik saja? Bahkan seantero negeri sudah mengetahui jika ada beberapa korban dalam ledakan itu." Dengan mudahnya, Natasya mengatakan hal itu pada sosok pria yang tak mungkin bisa membayangkan apa yang sedang terjadi.     

Seketika itu juga, tubuh Rizal Hartanto bergetar hebat. Keringat dingin mulai mengucur deras di keningnya. Pria itu seolah telah kehilangan kekuatan di dalam dirinya. Dia pun bangkit berdiri untuk bersiap segera kembali ke acara pernikahan anaknya.     

"Tunggu sebentar!" Natasya menghentikan Rizal Hartanto sebelum keluar dari ruangan itu. Wanita itu juga ikut bangkit dan berdiri di hadapan seorang pria yang sudah memiliki tempat khusus dihatinya.     

Rizal Hartanto menghentikan langkahnya lalu menatap wanita yang mulai bergerak ke arahnya. Natasya mendekatkan wajahnya, kemudian berbisik di telinganya.     

"Maaf, Mas. Kali ini kalian semua benar-benar hancur," ucap Natasya lirih pada sosok hakim senior yang selalu dihormati banyak orang.     

"Apa maksudmu?" tanya Rizal Hartanto pada wanita itu.     

"Sebuah ledakan kembali terjadi di sebuah gedung pernikahan yang berada .... Ada banyak korban jiwa dalam peristiwa itu .... " Itulah sebuah berita yang baru saja disampaikan oleh seorang reporter di lokasi kejadian.     

Rizal Hartanto menjadi sangat pucat membayangkan hal itu. Dia sangat panik dan juga cemas jika terjadi sesuatu dengan mereka semua.     

"Kamu benar-benar sangat kejam, Natasya!" seru Rizal Hartanto saat mendengar sebuah ledakan kembali terjadi.     

"Itu adalah hukuman buat kalian semua. Semoga saja, acara pernikahan itu tak beralih menjadi acara pemakaman bagi kalian semua." Natasya langsung bergegas pergi meninggalkan pria itu. Dia sudah sangat yakin jika mereka semua telah terluka karena ledakan itu. Bahkan dia pikir jika seluruh anggota Keluarga Prayoga dan juga Mahendra pasti sudah tewas.     

Rasanya ... langit seolah runtuh bagi Rizal Hartanto. Dia bergegas pergi meninggalkan ruangan itu tanpa peduli orang-orang yang berusaha untuk menghentikan dirinya.     

Dengan sangat terburu-buru, pria itu masuk ke dalam mobilnya lalu memerintahkan supir untuk melajukan mobil secepatnya. Rizal Hartanto hanya ingin segera sampai di sebuah lokasi di mana seluruh keluarga dan juga sahabatnya berada.     

Setiap detik terasa sangat lambat baginya. Dia sudah tak tahan lagi untuk segera memastikan jika apa yang baru saja dilihatnya tidak benar.     

"Tambahkan kecepatannya!" Rizal Hartanto kembali meminta sang supir untuk menambah kecepatan laju mobilnya. Dadanya terasa begitu sesak dan seolah ingin meledak.     

Hingga tak berapa lama, dia sudah sampai di depan hotel yang tampak sangat ramai dengan para wartawan dan juga para karyawan hotel yang berhamburan keluar saat mendengar suara ledakan. Ditambah lagi beberapa pasukan khusus dan juga anak buah Jeffry yang datang untuk menyisir lokasi ledakan.     

"Apakah bom benar-benar meledak?" tanya Rizal Hartanto pada seorang pria yang berpenampilan sebagai seorang wartawan.     

"Benar, Pak Rizal. Seluruh korban juga langsung dibawa ke rumah sakit dengan beberapa ambulans yang sudah siaga di sini." Wartawan itu tentu saja mengenal sosok hakim yang sudah memiliki segudang prestasi dan juga pengalaman yang sangat banyak.     

Begitu mendengar hal itu, Rizal Hartanto menerobos kerumunan untuk memastikan jika orang-orang yang sangat penting baginya tak terluka. Sayangnya ... setelah berkeliling cukup lama, dia tak menemukan mereka semua. Pria itu berpikir jika anggota keluarganya pasti sudah berada di rumah sakit.     

Untung saja, dia bertemu dengan Jeffrey yang kebetulan mengawasi beberapa anak buahnya yang sedang melakukan tugas-tugasnya.     

"Di mana mereka, Jeffrey?" tanya Rizal Hartanto dengan sangat panik. Dia sudah berpikir yang tidak-tidak mengenai keadaan orang-orang yang seharusnya merayakan sebuah pesta pernikahan untuk anak perempuannya dan juga anak laki-laki dari Davin Mahendra dengan pasangan masing-masing.     

"Kamu sudah sangat terlambat, Hartanto. Seharusnya kamu datang lebih cepat dari ini." Jeffrey memandang pria itu dengan sebuah tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.