Bos Mafia Playboy

Panic Wedding



Panic Wedding

0"Apa maksudmu, Jeffrey? Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka? Bukankah semuanya sudah terencana dengan sangat baik? Bagaimana mereka bisa terluka?" Rizal Hartanto menghujani Jefry dengan banyak pertanyaan sekaligus. Tentunya, dia sangat panik dan juga cemas memikirkan mereka semua. Dia berpikir jika mereka telah menjadi korban ledakan di lokasi itu.     
0

Mendadak ... Jeffrey berubah kesal saat mendengar beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Rizal Hartanto kepadanya seakan sudah sangat tak sabar pria itu melemparkan beberapa pertanyaan sekaligus tanpa memberikan sela baginya untuk menjawab.     

"Tak perlu banyak bicara! Cepatlah masuk! Sebentar lagi acara pernikahan akan segera dimulai. Kedua pria yang ada di dalam itu sudah mengamuk dan ingin meledakkan seluruh hotel ini," peringat. Jeffrey bersamaan dengan sebuah senyuman kecut mengingat kegilaan Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra.     

Tanpa membuang waktu, Rizal Hartanto bergegas masuk ke dalam hotel. Bahkan dia telah melupakan alasannya terburu-buru menunju ke lokasi itu. Dalam langkah yang sangat cepat, seolah sudah tak sabar untuk segera berkumpul dengan mereka, Rizal Hartanto merasakan napasnya mulai terengah-engah. Pria itu sudah tak muda lagi, tentu saja sedikit berlari saja sudah membuatnya kehabisan nafas.     

Hingga tak berapa lama, dia sudah sampai di depan pintu sebuah ruangan di mana para pengantin dan keluarga akan bersiap-siap. Dengan sedikit ragu dan juga rasa lelah yang tiba-tiba menyerangnya, Rizal Hartanto mengetuk pintu beberapa kali lalu mendorong pintunya. Sontak saja, seluruh mata langsung tertuju pada sosok pria yang tampak sangat kelelahan setelah berjalan cepat menuju ruangan itu.     

"Kenapa Papa datang terlambat?" Begitulah reaksi Eliza begitu melihat ayahnya masuk ke dalam ruangan itu. Dia bertambah kesal karena Rizal Hartanto telah datang sangat terlambat.     

"Ada sedikit urusan yang harus papa selesaikan. Apakah kalian sudah siap?" Rizal Hartanto langsung mengganti pakaiannya dengan sebuah setelan jas yang sudah disiapkan oleh mereka sebelum acara berlangsung.     

Dari kejauhan, Davin Mahendra mendekati pria itu lalu berbisik di dekat telinganya.     

"Kupikir kamu kembali terjerat dengan wanita itu," ledek Davin Mahendra pada ayah dari Eliza dan juga Johnny Hartanto.     

"Cukup! Jangan meledekku! Sepertinya kalian sedang mengerjai ku. Bagaimana Natasya bisa menunjukkan hidup dengan sebuah tayangan jika kalian semua telah terluka karena ledakan di hotel." Rizal Hartanto merasa sangat kesal karena merasa dipermainkan oleh orang-orang di dalam ruangan itu. Jelas-jelas ... dia sudah sangat panik dan hampir kehilangan pengendalian dirinya. Namun begitu sampai di sana, mereka semua tampak baik-baik saja dan tak terluka sedikitpun     

Seluruh isi ruangan langsung terkekeh begitu mendengar kekesalan dari seorang hakim itu. Rasanya begitu menggelikan ketika seorang pria dewasa tampak konyol karena merasa kesal telah dipermainkan oleh sahabat dan juga keluarganya.     

"Tak ada yang mempermainkanmu, Hartanto. Itu semua memang sudah menjadi rencana kami. Bukankah kita sepakat untuk membuat Natasya merasa menang di saat dia telah kalah telak?" celetuk Adi Prayoga pada seorang pria yang telah menjadi kekasih dari mantan istrinya itu antara percaya dan percaya dan juga Natasha memiliki hubungan yang cukup akrab hal itu tentunya sudah diketahui oleh bos mafia itu     

.     

"Bagaimana siaran berita di televisi tempat Natasya di penjara bisa memperlihatkan berita tentang ledakan bom di sini? Bagaimana juga kalian bisa terlihat tewas?" Rizal Hartanto semakin penasaran dengan sebuah rencana yang sama sekali tak diketahuinya.     

"Menantumu itulah yang sengaja merekayasa berita itu. Dia sengaja membuat Natasha merasa menang sehingga tak melakukan kejahatan lainnya di sini. Setidaknya hal itu jauh lebih baik daripada jika Natasya mengetahui kekalahannya. Wanita itu pasti akan melakukan hal yang lebih gila lagi dari yang telah dilakukannya," jelas Adi Prayoga panjang lebar kepada ayah Eliza.     

Setelah menjelaskan banyak hal kepada Rizal Hartanto, akhirnya pria itu bisa mengerti dan juga memahami sebuah alasan yang sengaja tak diungkapkan padanya. Mereka sangat tahu jika hakim senior itu masih sangat mencintai Natasya. Oleh karena itu, dengan sengaja mereka merahasiakannya agar tidak mempengaruhi misi yang akan dijalankan oleh Rizal Hartanto.     

"Di mana Kevin? Kenapa dia masih belum kelihatan?" tanya Davin Mahendra sembari melihat sekeliling, karena dokter keluarga Prayoga itu masih belum menampakkan batang hidungnya.     

"Dokter Kevin sedang membawa beberapa korban ledakan itu ke rumah sakit, Pa. Dia pergi bersama dengan ambulans yang berjaga di depan hotel," jelas Imelda Mahendra pada ayahnya sendiri .     

Air muka Davin Mahendra mendadak tampak muram. Ada sebuah kecemasan yang tak mungkin bisa ditutupinya. Entah mengapa hatinya merasa tak tenang, saat mendengar Kevin sedang berada di rumah sakit.     

"Oh ya Laura ... bagaimana hasil tes DNA yang sudah kamu lakukan dengan Kevin kemarin, bukankah hasilnya sudah keluar?" tanya Davin Mahendra pada calon menantunya. Dia cukup penasaran dengan hasil tes itu. Setidaknya Kevin bisa menemukan sebuah keluarga yang selama ini terpisah darinya.     

"Hasilnya 99% cocok, Pa. Ternyata dokter Kevin benar-benar adalah saudara kandungku. Rasanya cukup terkejut mendengar hal itu," jawab Laura sembari memandang ayah mertuanya dengan tatapan hangat dan sangat sopan.     

Rasanya sangat melegakan mendengar kabar bahagia itu. Mereka semua juga ikut merasa bahagia jika memang benar Kevin dan Laura memiliki hubungan keluarga. Setidaknya Kevin tidak benar-benar hidup seorang diri di dunia ini. Terlebih Adi Prayoga tentu merasa sangat lega, saat mendengar Kevin menemukan keluarga kandungnya.     

Hingga tak berapa lama, datanglah seorang seorang pria yang dipercaya untuk mengamankan dan juga mengatur acara pernikahan antara Martin dan juga Elisa serta Vincent dan Laura. Seluruh anggota keluarga tak ingin terjadi kesalahan sedikitpun dalam prosesi pernikahan itu.     

"Semuanya sudah siap, Tuan. Anda dan rombongan pengantin bisa langsung masuk ke ballroom sekarang," ucap pria itu dengan sangat sopan lalu kembali mempersilahkan mereka untuk keluar dari dan itu.     

Akhirnya prosesi dua pernikahan itu berlangsung cukup sakral, dengan disaksikan oleh beberapa orang yang sengaja diundang untuk menjadi saksi atas pernikahan mereka. Berkat pengamanan yang sangat ketat dan juga tamu undangan yang sangat terbatas, ritual pernikahanbberlangsung cukup lancar tak ada kendala apapun yang cukup berarti.     

Kedua pasangan pengantin tampak sangat bahagia sekaligus lega setelah mereka menjadi pasangan suami istri yang sah. Segala kebahagiaan seakan telah datang dan menghujani seluruh keluarga besar.     

"Bagaimana kalau kita mengambil foto keluarga bersama?" celetuk Brian sangat antusias untuk melakukan sebuah photo session untuk seluruh keluarga besarnya. Dia sudah tak sabar ingin mengabadikan momen spesial yang penuh kebahagiaan itu.     

Pria itu akhirnya meminta seluruh anggota keluarga agar berdiri di depan pelaminan untuk bisa foto bersama. Brian merangkul pundak Imelda yang berdiri di sebelah Vincent, sedangkan para orang tua berdiri di pinggir.     

"Apakah sudah siap? Aku akan menghitung dalam hitungan ketiga. Satu .... Dua .... Ti- ... " ucap sang juru foto pada keluarga besar dari pasangan pengantin. Sayangnya belum hitungan ketiga, terjadi sesuatu yang sangat darurat.     

"Brian air ketubannya sudah pecah!" rintih Imelda sembari menahan rasa sakit di dalam dirinya.     

Seluruh anggota keluarga langsung panik dalam wajah yang sangat cemas. Bahkan mereka telah melupakan sedang berada di tengah sebuah acara pernikahan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.