Bos Mafia Playboy

Kondisi Imelda Memburuk!



Kondisi Imelda Memburuk!

0"Panggil Kevin!" teriak Brian begitu saja. Dia telah melupakan jika Kevin masih berada di rumah sakit.     
0

Seluruh anggota keluarga langsung mengerubungi Imelda yang sudah terduduk di lantai. Wanita itu tanpa sedang menahan rasa sakit di dalam dirinya.     

"Kak Kevin masih di rumah sakit. Apa yang harus kita lakukan?" sahut Laura dengan sangat panik. Dia sendiri juga tak pernah menduga jika Imelda akan melahirkan secepat itu. Padahal HPL masih seminggu yang akan datang.     

"Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang," bujuk Vincent dalam balutan rasa takut dan juga ngeri di dalam dirinya. Dia takut jika akan terjadi hal buruk dengan adiknya.     

Vincent bermaksud untuk membawa Imelda keluar dari sana. Namun Brian menghentikannya dan membawa istrinya seorang diri. Dia merasa jika dirinyalah yang harus bertanggung jawab atas keselamatan Imelda.     

"Laura! Temani Imelda menuju ke rumah sakit. Biar Martin dan juga Eliza yang menemani para tamu." Terdengar nada suara sangat berdebar dengan wajah ketakutan yang tampak dalam diri Vincent. Pria itu benar-benar Tek bisa menyaksikan Imelda yang terus merintih kesakitan.     

"Kamu harus berhati-hati, Vincent. Tubuhmu gemetar, kamu tak bisa membawa mobilnya," peringat Adi Prayoga yang juga sangat panik.     

Melihat kepanikan di antara mereka, Martin pun melonggarkan kemejanya dan bersiap untuk berangkat.     

"Biar aku yang membawa mobilnya, kalian bisa menemani para tamu di sini," celetuk Martin pada mereka semua. Dia merasa jika hanya dirinya saja yang tampak baik-baik saja dan tidak terlalu panik. Sedangkan mereka semua sudah sangat panik dan juga gelisah.     

"Bagaimana dengan pernikahan kita, Martin?" tanya Eliza yang baru saja mendengar keputusan suaminya itu.     

"Bukankah kita sudah resmi menjadi suami istri? Apalagi yang sedang kamu khawatirkan, Eliza?" Martin tentunya lebih mementingkan keselamatan Imelda dibandingkan dengan sebuah pesta perayaan yang sama sekali tak penting baginya.     

Mereka semua terdiam sejenak lalu saling memandang satu sama lain. Ada sebuah keputusan penting yang harus mereka lakukan saat itu juga.     

"Aku ikut denganmu saja, Martin. Biarkanlah Papa yang tetap di sini untuk menemani tamu-tamunya. Kita harus memastikan jika Imelda selamat." Eliza langsung menarik tangan Martin. Pasangan itu lalu berlari kecil menyusul Brian yang sudah berjalan lebih dulu bersama Imelda dan juga Laura.     

Di belakang mereka, tampak Vincent dengan langkah terburu-buru mengikuti pasangan pengantin di depannya. Akhirnya, kedua pasangan pengantin sama-sama meninggalkan acara pesta itu. Hanya Adi Prayoga, Davin Mahendra dan juga Rizal Hartanto yang tetap tinggal di sana hingga acara berakhir. Rasanya tak enak jika mereka juga ikut meninggalkan para tamu undangan. Ketiga pria itu akan ke rumah sakit setelah tamu undangan kembali ke rumah masing-masing.     

Di dalam mobil, mereka semua sangat panik saat Imelda mulai merintih kesakitan. Rasanya tak tega melihat istri Brian itu terus tersiksa.     

"Brian! Sakit sekali .... " Selama ini Imelda tak pernah mengeluhkan rasa sakit yang dirasakannya. Namun kali ini, tentu saja sangat berbeda. Untuk pertama kalinya, dia menunjukkan sisi lemah di dalam dirinya.     

"Tenanglah, Sayang. Sebentar lagi kita akan sampai," hibur Brian dalam perasaan yang sengaja ditahannya. "Tolong percepat mobilnya, Martin!" seru Brian pada seorang pria yang duduk di kursi kemudi.     

Laura sejak tadi berada di samping Imelda, dia terus memastikan jika kondisi istri Brian itu dalam keadaan stabil. Sedangkan Eliza, hanya bisa menyaksikan Imelda yang terus merintih sembari menahan rasa sakitnya. Hal itu membuat Eliza menjadi takut dan juga gelisah, bahkan wanita itu sudah berkaca-kaca melihat keadaan Imelda.     

"Dokter Laura! Bukankah kamu dokter anestesi? Mengapa tidak kamu berikan obat penghilang rasa sakit?" Eliza melemparkan sebuah pertanyaan pada istri dari Vincent. Dia tak mengerti, Laura hanya berusaha menenangkan Imelda tanpa memberikan obat penghilang rasa sakit.     

"Pada kondisi seperti ini, kita harus sangat berhati-hati dalam melakukan hal sekecil apapun. Jangan sampai tindakan kita justru akan membahayakan ibu dan bayinya," jelas Laura setelah mendengar cercaan pertanyaan dari jaksa muda itu.     

Dalam kondisi yang begitu genting, Laura berusaha untuk tetap tenang sembari terus memperhatikan kondisi Imelda. Dia tak ingin jika hal buruk sampai terjadi pada menantu dari Keluarga Prayoga itu.     

Tak berapa lama, mobil sudah berhenti di lobby rumah sakit. Beberapa dokter dan perawat langsung menyambut kedatangan Imelda. Sebelumnya, Davin Mahendra sempat menghubungi rumah sakit agar segera melakukan persiapan persalinan bagi anak perempuannya.     

"Kami akan langsung membawanya ke ruang tindakan," jelas seorang dokter yang kebetulan langsung membawa Imelda secepat mungkin.     

Mereka semua mengetahui jika Imelda adalah pemilik rumah sakit itu. Tentu saja dia mendapatkan perlakukan khusus dari pihak rumah sakit.     

Beberapa orang yang tadi mengantarkan Imelda langsung bergegas mengikuti tim dokter dan juga perawat itu. Mereka tak peduli saat orang-orang menatap ke arahnya. Tentu saja hal itu bisa terjadi, terlebih karena Laura dan Eliza masih memakai gaun pengantinnya. Sedangkan pria-pria itu sudah melepaskan jas yang tadi dipakainya.     

"Apakah Imelda akan baik-baik saja?" tanya Brian pada kakak iparnya. Dia terlalu takut memikirkan hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi pada Imelda.     

"Apakah kamu tidak tahu, rumah sakit ini memiliki tenaga medis terbaik? Tak perlu mengkhawatirkan apapun, Imelda pasti bisa melewatinya," hibur Laura pada adik iparnya yang begitu cemas berdiri di depan ruangan di mana istrinya sedang mendapatkan penanganan medis.     

Tampak Eliza memeluk lengan Martin cukup kuat. Wanita itu juga merasa sangat gelisah berada di situasi yang sangat menegangkan itu. Bahkan sejak tadi, jantungnya terus berdetak hebat. Seolah ingin melompat keluar dari dadanya.     

"Tanganmu terasa sangat dingin, Eliza," keluh Martin saat merasakan dinginnya tangan sang istri.     

"Aku takut, Martin. Rasanya sangat menakutkan saat melihat Imelda sangat kesakitan." Eliza terdengar terbata-bata mengatakan hal itu. Dia benar-benar berusaha keras untuk menahan perasaannya.     

Tak berapa lama, pintu ruangan itu terbuka. Seorang seorang dokter langsung menghampiri Brian yang sudah sangat pucat dan juga ketakutan.     

"Kondisi Dokter Imelda semakin menurun. Kami harus segera melakukan operasi sesar untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Anda harus segera menandatangani surat persetujuan ini, Tuan Brian." Dokter itu harus segera melakukan operasi secepatnya. Ternyata Imelda tak bisa melakukan persalinan secara normal.     

"Apa!" Seketika itu juga, tubuh Brian bergetar hebat. Dia sulit menerima kondisi istrinya yang semakin memburuk.     

"Lakukan apapun untuk menyelamatkan adikku!" teriak Vincent pada dokter itu. "Jika sampai terjadi hal buruk pada Imelda, aku akan .... " Tak sempat melemparkan sebuah ancaman, Laura sudah berdiri di sebelah Vincent dan menarik lengan.     

Mereka semua benar-benar sangat takut memikirkan apa yang terjadi di dalam sana. Hingga ada tekanan yang begitu besar dan sulit dikendalikan.     

"Lakukan yang terbaik untuk Dokter Imelda!" ucap Laura pada dokter itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.