Bos Mafia Playboy

Pembunuhan Dua Nyawa



Pembunuhan Dua Nyawa

0Terlihat seorang wanita berseragam perawat dengan kacamata di matanya, memakai masker medis untuk menutupi wajahnya. Dia berjalan menyusuri sebuah lorong di mana Imelda berada.     
0

Dengan langkah yang tampak pelan namun cukup pasti, perempuan itu melirik beberapa penjaga yang berada di depan ruangan sang pemilik rumah sakit dirawat.     

'Sial! Bagaimana aku bisa melewati penjagaan ketat itu?' keluh wanita berseragam perawat yang baru saja melewati sebuah ruangan di mana Imelda berada.     

Dengan terus memikirkan banyak cara, wanita itu masuk ke dalam sebuah ruangan kosong untuk berpikir sejenak. Dia harus menemukan sebuah cara agar bisa masuk ke dalam ruang intensif itu. Setelah beberapa menit, seakan baru saja mendapatkan sebuah ide cemerlang.     

Wanita itu kembali ke luar menunju ke ruangan di mana biasanya bayi-bayi berada. Meskipun ada sedikit keraguan, ia pun tetap memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan itu. Kemudian mencari sebuah papan nama yang menerangkan jika bayi itu adalah anak dari Imelda Mahendra.     

'Itu dia anak Dokter Imelda!' batin sosok wanita yang benar-benar sangat mencurigakan.     

Dengan sangat berhati-hati, dia mengambil seorang bayi yang diyakininya adalah bayi dari Imelda. Entah benar atau tidak, yang terpenting identitas data anak itu adalah 'bayi Nyonya Imelda' hingga dia tak sadar ada seorang perawat lain yang memergokinya saat itu.     

"Apa yang kamu lakukan di sini? Bayi siapa yang sedang kamu ambil?" sergah seorang perawat karena melihat sesuatu yang dinilainya tak wajar.     

Dengan sangat terpaksa, wanita tadi membalikkan badannya. Dia harus memberikan sebuah alasan agar tak menciptakan kecurigaan pada beberapa perawat yang berjaga di ruang bayi.     

"Dokter Imelda memintaku untuk membawa bayi Dokter Imelda ke ruangannya." Sebuah kebohongan harus dilakukan oleh wanita tadi pada beberapa perawat yang berada di sana.     

Mendengar alasan itu, para perawat yang berjaga langsung mempercayainya. Mereka akhirnya mengijinkan bayi itu di bawa keluar oleh orang suruhan Laura. Hal itu sama sekali tak mencurigakan bagi mereka, biasanya Laura juga membawa bayi itu untuk menemui ibunya.     

Begitu terbebas dari beberapa perawat yang benar-benar membuatnya takut ketahuan, ia pun melangkahkan kakinya menuju ke sebuah titik di mana ada beberapa bodyguard masih saja berdiri di depan ruangan itu.     

"Siapa, Anda?" tanya seorang bodyguard dengan nada sangat tegas. Selain keluarga, tidak ada siapapun yang masuk ke dalam ruangan itu. Dokter yang memeriksa kondisi Imelda juga Dokter Laura. Jika ada dokter lain yang akan melakukan pemeriksaan, pasti juga akan datang dengan Laura.     

"Dokter Laura meminta aku untuk membawa bayi ini ke ruangan Dokter Imelda. Beliau akan segera datang kemari," jawab wanita itu sembari membawa seorang bayi dalam gendongannya.     

Sempat curiga sesaat, mereka pun akhirnya menyetujui wanita dan juga seorang bayi itu untuk masuk ke ruang intensif. Melihat sekeliling ruangan, tak ada siapapun yang ada di dalam sana. Wanita itu berpikir jika takdir sedang berpihak kepadanya.     

Masih dengan seorang bayi di dalam gendongannya, wanita itu menatap Imelda yang masih belum tersadar setelah menjalani operasi saat melahirkan bayinya. Ada sedikit keraguan, saat melihat wajah pucat Imelda berada di hadapannya.     

"Maaf, Dokter Imelda. Meskipun kita tak memiliki dendam apapun ... aku memiliki sebuah hutang pada Natasya. Dan ibu mertuamu itu, terus memaksaku untuk membayar lunas seluruh hutangku." Wanita itu merasa sangat bersalah pada Imelda. Namun dia tak mungkin bisa menolak perintah dari seorang wanita yang dulunya pernah banyak membantu keluarganya.     

Meskipun hal itu dilakukan penuh keterpaksaan, wanita itu tak memiliki pilihan lain. Jika dia sampai menolak Natasya, tentu saja nyawanya tak akan mungkin bisa selamat. Ancaman itu yang telah dilontarkan Natasya padanya. Berada di balik jeruji penjara, sama sekali tak menghilang segala kejahatan yang mungkin saja akan dilakukan oleh ibu kandung dari Brian Prayoga itu.     

Wanita tadi membaringkan bayi yang baru lahir itu di sebelah Imelda. Setidaknya, bayi itu pernah merasakan kehangatan ibunya sebelum ajal menjemput mereka.     

Dengan sedikit ragu, ia mengeluarkan sebuah jarum suntik dan juga sebotol kecil cairan yang akan disuntikkan pada Imelda dan juga bayi mungil yang tak berdosa itu.     

"Hai, Bayi mungil. Mulai sekarang kamu tak akan terpisah dari ibumu lagi. Kalian berdua akan tinggal bersama di surga sana." Wanita itu membelai bayi itu dengan sangat lembut dan juga penuh kasih sayang. Meskipun sangat berat, dia harus melakukan sebuah tugas penting yang telah diberikan oleh Natasya.     

Bukan menjadi wanita tanpa perasaan dan juga tanpa dosa. Natasya telah mengancam akan menghabisi seluruh anggota keluarganya jika dia tak melakukan perintahnya. Bahkan sedikit kesalahan saja, pasti akan membuat wanita itu sangat murka.     

Memindahkan sebotol cairan ke dalam sebuah suntikan. Dia pernah tahu, apa yang harus disuntiknya pada Imelda. Sebelum dia masuk ke rumah sakit, seorang pesuruh Natasya sudah menunggunya di depan lobby rumah sakit lalu memberikan dua benda itu padanya.     

Yang paling menakutkan bagi wanita itu, sebuah surat ancaman yang sengaja dikirimkan Natasya bersama dengan kirimannya itu.     

"Aku akan memberikan suntikan ini padamu lebih dulu, Dokter Imelda. Rasanya terlalu berat untuk membunuh bayi tak berdosa ini." Wanita itu masih saja memandang sosok bayi mungil yang terbaring di sebelah ibunya. Tak ada tangisan ataupun ketidaknyamanan yang dirasakan oleh cucu pertama dari pemilik rumah sakit itu.     

Setelah terdiam beberapa saat, wanita itu justru merasakan tubuhnya gemetar. Tak pernah sebelumnya dia melakukan sebuah kejahatan yang sangat mengerikan itu. Lagi-lagi ... ancaman Natasya membuatnya sangat terdesak dan memaksanya untuk melakukan kejahatan besar dengan menghilangkan dua nyawa sekaligus.     

Bahkan jantungnya bergetar hebat, seolah menolak segala perbuatan yang akan dilakukannya itu. Wanita itu memejamkan matanya, untuk menenangkan segala perasaan yang semakin bergejolak di dalam dadanya. Entah mengapa, jarinya mendadak tak berkekuatan. Seolah Sang Pencipta tak mengijinkan dirinya untuk melakukan kejahatan besar itu.     

Menghimpun seluruh kekuatan di dalam hatinya, wanita itu dengan susah payah mengarahkan jarum suntik itu ke selang infus Imelda. Saat dirinya akan mendorong masuk cairan di dalam suntikan ... tanpa sadar suntikan itu justru terjatuh ke lantai.     

Wanita itu bergegas mengambilnya dan kembali berusaha menyuntikkan cairan itu ke dalam infus Imelda. Rasanya benar-benar menjadi sebuah siksaan yang sangat menyakitkan baginya. Dadanya serasa memanas dan hampir meledak saat itu juga.     

Ada seberkas keraguan yang sempat mengendorkan nyalinya untuk menghabisi sosok wanita yang masih belum membuka matanya sejak kelahiran sang buah hati.     

"Maafkan aku, Imelda. Aku sudah tak memiliki cara lain untuk menyelamatkan keluargaku." Dengan penuh keraguan, wanita itu benar-benar menyuntikkan cairan khusus yang telah disiapkan oleh Natasya untuk membunuh menantunya sendiri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.