Bos Mafia Playboy

Bahagia Yang Tanpa Akhir



Bahagia Yang Tanpa Akhir

0Lima tahun berlalu     
0

Seorang anak laki-laki berlarian bersama dua anak perempuan yang sangat cantik. Mereka tengah asyik bermain di halaman rumah Kediaman Prayoga.     

"Kakek! Kenapa Mommy tak memberikan Jay seorang adik yang cantik seperti Celine dan Anne untuk Jay?" protes seorang anak laki-laki yang baru saja berumur lima tahun. Anak itu adalah Jayden Hendra Prayoga, putra tunggal dari Brian Prayoga dan juga Imelda Mahendra.     

Sedangkan Marceline Hartanto adalah putri dari Martin dan juga Eliza. Mereka sengaja memberikan nama belakang Hartanto karena Martin sedikit meragukan nama belakangnya sebagai seorang ayah.     

Anak perempuan satunya adalah Vivianne Mahendra. Gadis kecil itu adalah putri dari Vincent dan juga Laura. Kelahiran dua gadis kecil itu hampir bersamaan berada di tahun yang sama. Vivianne lebih tua empat bulan dari Marceline.     

Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga yang mendengar langsung tersenyum hangat pada cucu laki-lakinya itu. Mereka berdua sangat tahu jika Jayden sangat menyukai seorang adik perempuan. Sayangnya, Imelda tak kunjung mengabulkan keinginan anak semata wayangnya itu.     

"Katakan itu pada daddy-mu, Jay! Coba dengarkan apa alasan daddy kali ini." Adi Prayoga sebenarnya sangat tahu alasan Brian tak ingin memberikan seorang adik bagi Jayden. Dua pria itu kembali terkekeh melihat ekspresi cucu laki-lakinya yang semakin menggemaskan saat kesal.     

"Kamu bilang ... Hartanto akan datang ke sini, Prayoga," ucap Davin Mahendra pada sahabatnya itu.     

Adi Prayoga justru terdiam sembari memikirkan sebuah jawaban yang mungkin saja cukup akurat. Terlalu banyak hal yang terjadi pada Rizal Hartanto. Dia harus kehilangan seorang wanita yang dicintainya selama puluhan tahun.     

"Mungkin saja, dia masih berduka atas kematian Natasya," tebak Adi Prayoga atas ketidakhadiran Rizal Hartanto di rumah itu. Biasanya pria itu selalu datang setiap kali ada acara kumpul-kumpul bersama mereka.     

Beberapa hari yang lalu, Natasya ditemukan tewas tak bernyawa di sebuah bangsal rumah sakit jiwa. Wanita itu diduga telah melakukan bunuh diri setelah mengalami depresi berat selama lima tahun belakangan. Ibu dari Brian itu tak bisa menerima kenyataan, saat semua orang telah meninggalkannya begitu saja.     

"Apakah Rizal Hartanto begitu mencintai mantan istrimu itu?" Davin Mahendra tak pernah menduga jika perasaan cinta Rizal Hartanto pada Natasya benar-benar tulus. Bahkan pria itu masih sering mengunjungi Natasya selama berada di bawah pengawasan ketat sebuah rumah sakit jiwa.     

"Bukankah Natasya adalah cinta pertamanya sejak kuliah?" Tak ada yang mengetahui ikatan apa yang telah terjalin antara pasangan itu. Namun sangat jelas jika Rizal Hartanto sangat mencintai wanita itu.     

Saat dua pria itu sedang mengobrol, mereka tak sadar jika Rizal Hartanto sudah berada tak jauh dari mereka. Dia lebih memilih untuk berpura-pura tak mendengar daripada harus menceritakan kisah cintanya dan juga Natasya.     

"Di mana mereka semua?" Suara Rizal Hartanto berhasil mengejutkan dua sahabat itu. Mereka memandang sosok pria yang baru saja datang.     

"Jangan mengejutkan pria tua ini, Hartanto!" kesal Davin Mahendra pada ayah dari Eliza itu. "Mereka semua sedang menyiapkan makanan di dapur," tambahnya.     

Rizal Hartanto langsung mengerti dengan jawaban itu. Dia pun bangkit berdiri dan memanggil ketiga cucunya itu. Pria itu telah menganggap mereka adalah keluarganya sendiri.     

"Celine! Anne! Jay!" panggil pria tua pada ketiga anak kecil yang tampak asyik bermain.     

Anak-anak itu tampak girang melihat sosok Rizal Hartanto. Mereka pun berlari kecil lalu memberikan pelukan padanya.     

"Kakek!" Rasanya sangat membahagiakan mendengar mereka memanggilnya begitu lembut.     

"Kakek punya hadiah untuk kalian." Rizal Hartanto langsung memberikan beberapa mainan yang sengaja dibelinya sebelum sampai di rumah itu. Melihat tawa mereka, pria tua itu merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.     

Tak berapa lama setelah mereka mengobrol, ketiga pasangan suami istri itu akhirnya keluar dengan membawa hidangan makan siang. Mereka meletakkannya di sebuah meja besar yang sudah disiapkan oleh Brian sebelumnya.     

Terlihat Laura berjalan pelan dengan perutnya yang sudah membesar di sebelah Vincent. Sedangkan Eliza dan juga Martin masih menunda kehamilannya yang kedua. Lalu ... bagaimana dengan Brian dan Imelda?     

"Brian! Jay seperti ingin memiliki adik perempuan sendiri seperti Anne dan Celine," ledek Davin Mahendra sembari menahan senyuman atas perubahan ekspresi Brian yang langsung berubah.     

"Benar, Daddy! Jay ingin punya adik kecil seperti Anne dan Celine," oceh Jayden pada ayahnya.     

Imelda hanya bisa senyum-senyum memandangi suaminya yang seolah telah kehabisan kata-kata untuk menjelaskan pertanyaan itu secara berulang kali.     

"Bukankah Celine dan Anne bisa menjadi adikmu juga, Jay?" sahut Brian sembari menatap anak laki-lakinya yang sedang asyik memainkan mainan baru yang baru saja dibawa oleh Rizal Hartanto.     

"Pokoknya Jay mau adik baru!" ulang Jayden yang justru membuat Brian semakin kesal.     

Pria itu langsung menatap Imelda yang sudah duduk di sebelahnya. Brian tak ingin membahayakan istrinya hanya gara-gara ingin memiliki anak lagi. Dia bisa menahan diri untuk itu.     

"Papa sendiri juga tahu .... Imelda sempat mengalami koma selama beberapa bulan setelah melahirkan. Aku tak ingin hal itu terulang lagi," keluh Brian karena merasa tak tega saat istrinya itu harus berjuang antara hidup dan mati.     

"Bodoh! Imelda koma bukan karena melahirkan. Hal itu terjadi karena pengaruh obat yang telah disuntikkan oleh wanita itu," terang Adi Prayoga pada anaknya sendiri. Dia merasa jika Brian terlalu berlebihan pada kondisi Imelda beberapa tahun lalu.     

Jelas-jelas, Imelda koma gara-gara sebuah cairan yang sengaja disuntikkan oleh orang suruhan Natasya. Namun Brian masih saja beranggapan jika Imelda koma gara-gara telah melahirkan anak semata wayangnya itu.     

"Dengarkan itu, Brian! Jangan sampai kita kalah dengan Kak Laura dan juga Eliza," canda Imelda pada suaminya.     

"Tidak, Sayang! Lebih baik aku hanya memiliki satu anak saja, daripada harus kehilanganmu," tegas Brian dengan sangat serius. Dia benar-benar tak ingin memiliki anak lagi seperti Vincent dan juga Laura. Kehadiran Jayden sudah lebih dari cukup baginya.     

Ucapan Brian itu justru menjadi bahan candaan bagi mereka. Mereka tak menyangka jika Brian terlalu takut jika istrinya kenapa-kenapa. Hal itu tentu saja karena rasa cinta Brian kepada Imelda semakin hari semakin dalam. Dia tak rela jika istrinya sampai menderita.     

Ketiga keluarga besar itu akhirnya menjalani kehidupan yang penuh kebahagiaan. Dengan cucu-cucu yang lucu dan menggemaskan. Kehidupan semakin berwarna dan tentunya begitu indah. Mereka akhirnya bisa menjalani kehidupan seperti orang biasa dan jauh dari bahaya.     

Sejak lima tahun yang lalu, kehidupan mereka berubah drastis. Mereka semua meninggalkan pekerjaan lamanya lalu membuka bisnis baru. Rizal Hartanto juga telah mengajukan pensiun dini. Tak jauh berbeda dari itu, Adi Prayoga juga menghentikan segala bisnis ilegal yang selama ini dijalanin. Davin Mahendra juga berhenti menjadi bawahan Jeffrey. Benar-benar sebuah perubahan besar yang signifikan.     

"Brian! Apakah kamu serius tak ingin memberikan Jay seorang adik?" tanya Imelda dengan wajah memelas pada suaminya. Sejujurnya, ia juga ingin kembali hamil dan memiliki satu anak lagi. Namun ketakutan Brian membuatnya harus menahan segala keinginan itu.     

"Apakah kamu yakin jika setelah melahirkan kamu akan baik-baik saja, Sayang?" Brian tak ingin membuat istrinya berada di antara hidup dan mati. Sayangnya, melihat wajah memelas yang sangat memohon dari Imelda, keteguhan hati Brian benar-benar runtuh. Dia tak mungkin membiarkan wanita yang dicintainya bersedih karena hal itu.     

Imelda menganggukkan kepalanya, dia tentunya sangat yakin dengan keadaan dirinya. Melahirkan beberapa anak lagi, wanita itu merasa sangat mampu. Rasanya pasti akan sangat menyenangkan ketika banyak anak-anak di rumah itu.     

Brian merengkuh tubuh Imelda dan memeluk istrinya itu. Dia tak peduli saat keluarga besarnya mulai memperhatikan dirinya dan juga Imelda.     

"Jika kamu sangat yakin akan baik-baik saja .... Mari kita buat adik yang banyak buat Jay." Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Brian, pria itu langsung masuk ke dalam rumah sembari menggendong Imelda ala bridal style menuju kamarnya. Seolah Brian sudah tak sabar untuk segera membuat banyak adik untuk anak laki-lakinya itu.     

Dan ... apa yang terjadi dengan mereka? Pasangan itu pastinya sedang menikmati surga dunia yang membuat setiap orang menjadi lupa daratan. Tentu saja sesuatu yang membuat seseorang ingin melakukannya lagi dan lagi.     

--- SELESAI---     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.