Bos Mafia Playboy

Selamat Tinggal!



Selamat Tinggal!

0Laura baru saja memaksa Brian untuk beristirahat di rumahnya. Kebetulan sekali, Vincent datang untuk menjemput adiknya itu. Wanita itu akhirnya mengantarkan suami dan juga adik iparnya ke lobby rumah sakit. Setelah mobil yang membawa dua pria itu benar-benar pergi, Laura kembali masuk dan langsung menunju ke ruang bayi.     
0

Sampai di ruangan itu, beberapa perawat dan seorang dokter tampak terkejut melihat kedatangan Laura. Bukan tanpa alasan, seorang dokter yang baru saja melangsungkan pernikahan itu berjalan ke arah di mana bayi Imelda berada.     

"Di mana bayinya?" seru Laura dalam wajah panik pada beberapa orang di sana.     

"Bukankah Dokter Laura baru saja meminta seorang perawat untuk membawa bayi itu menemui Dokter Imelda?" Mereka semua juga ikut panik mendengar pertanyaan Laura. Seisi ruangan sangat yakin jika ada hal buruk yang sedang terjadi.     

Saat itu juga, Laura langsung berlari ke arah ruangan di mana Imelda berada. Tubuhnya serasa sangat gemetar membayangkan hal buruk akan terjadi dengan Imelda dan juga bayinya. Tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya, wanita itu langsung menerobos masuk ke dalam ruangan.     

"Apa yang kamu lakukan pada Imelda?" Laura berteriak sembari mendorong dengan segenap kekuatan seorang wanita yang baru saja menyuntikkan cairan ke dalam selang infus pasien.     

Secara spontan, Laura mencabut infus dari tangan Imelda dan langsung menggendong bayi mungil yang masih terbaring di samping ibunya.     

"Penjaga!" teriak Laura untuk memanggil beberapa orang yang berjaga di dalam.     

Belum sempat wanita tadi bangkit karena terjatuh setelah Laura mendorongnya, para bodyguard sudah masuk ke dalam ruangan.     

"Bagaimana kalian mengijinkan orang asing masuk ke sini? Jika terjadi apa-apa dengan Imelda dan juga bayinya, nyawanya kalian bisa dipertaruhkan. Tangkap wanita itu! Bawa ke kantor polisi!" perintah Laura dalam suara tegas penuh amarah.     

"Wanita ini mengatakan jika Anda yang menyuruhnya masuk," jelas seorang bodyguard yang sudah berhasil menangkap sosok wanita yang tampak ketakutan.     

Laura menatap tajam wanita yang tak berani memandangnya itu. Rasanya sangat familiar pada sosok yang berdiri dengan wajah yang tertutup masker.     

"Buka maskernya!" perintah Laura pada orang-orang yang selama ini bekerja untuk dua keluarga paling berpengaruh itu.     

Seorang bodyguard langsung menarik masker di wajah wanita berseragam perawat itu. Terlihat sosok familiar yang selama ini memiliki hubungan sangat dekat dengan Natasya. Begitu mengetahui maksud jahat wanita itu, Laura langsung menghubungi beberapa dokter sekaligus untuk memeriksa kondisi Imelda setelah wanita itu menyuntikkan sesuatu ke dalam infus.     

"Lakukan pemeriksaan menyeluruh pada Dokter Imelda dan bayinya, sekarang juga!" perintah Laura melalui panggilan telepon.     

Hingga tak berapa lama, beberapa tim dokter datang dan langsung membawa Imelda dan juga bayinya. Sebelumnya, Laura sudah menjelaskan situasi dan juga kondisi yang harus mereka hadapi. Untung saja, mereka langsung mengerti dan segera membawa Imelda dan bayinya untuk menjalani pemeriksaan.     

"Beritahu Papa Davin dan juga Adi ke sini sekarang!" Laura masih menatap tajam wanita yang sudah tak berkutik. Dia cukup mengetahui jika wanita itu memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Natasya. Hal itu sudah tak perlu diragukan lagi, jelas-jelas dia berniat untuk mencelakakan Imelda dan juga bayi. "Aku tahu jika Dokter Natasya yang mengirim kamu ke sini," ucap Laura tanpa ekspresi.     

"Bawa ke pos keamanan! Panggil polisi sekalian! Aku akan memeriksa cairan apa yang telah disuntikkan oleh pesuruh dari mantan istri Papa Adi ini." Dengan dua tegas yang cukup mengintimidasi, Laura bergegas mengambil jarum suntik dan juga botol kecil dari tangan penyerang itu. Dia lalu pergi ke laboratorium untuk memastikan cairan apa yang sengaja disuntikkan ke Imelda.     

Begitu Laura pergi, mereka semua keluar dengan membawa wanita itu ke pos keamanan. Tak berapa lama setelah sampai di sana, polisi datang untuk menangkap tersangka. Di saat akan diinterogasi ke kantor polisi, Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga baru saja sampai di sana.     

"Bolehkah kami berbicara sebentar dengan tersangka?" Davin Mahendra meminta ijin untuk berbicara dengan wanita itu sebelum dibawa ke kantor polisi.     

"Silahkan Pak Davin Mahendra." Tentu saja para petugas kepolisian cukup mengenal sosok legendaris seperti Davin Mahendra. Mereka memberikan waktu untuk kedua pria itu berbicara dengan seorang wanita yang mencoba untuk mencelakai Imelda.     

Dua pria itu berada di dalam sebuah ruang kosong yang berada di sebelah pos keamanan. Wanita yang hampir saja dibawa ke kantor polisi itu berdiri di tengah-tengah ruangan kosong itu dengan wajah ketakutan.     

"Apakah benar jika Natasya yang mengirim mu untuk mencelakakan anak dan juga cucuku?" Sebuah pertanyaan baru saja keluar dari mulut Adi Prayoga. Dia hanya ingin memastikan jika mantan istrinya itu benar-benar tega ingin menghabisi cucunya sendiri.     

Bukannya menjawab, wanita itu justru menangis penuh penyesalan. Dia terlalu bodoh hingga mau menuruti niat jahat dari Natasya. Rasanya segala penyesalan itu telah sangat terlambat. Wanita itu harus mendapatkan hubungan yang setimpal atas persengkongkolan dengan Natasya.     

"Ampuni saya , Tuan. Dokter Natasya mencoba untuk mengancam dan akan menghabisi seluruh keluarga saya. Saya tak punya pilihan lain," ucap wanita itu dalam derai air mata yang tak mungkin bisa membuat dua pria itu luluh.     

"Apa yang harus kita lakukan pada wanita ini?" tanya Davin Mahendra pada sahabat dan juga besannya.     

Adi Prayoga melihat segala penyesalan di wajah wanita itu. Namun hal itu sama sekali tak membuatnya tersentuh. Apalagi, wanita itu telah berusaha untuk menyelakai menantu dan juga cucunya sendiri.     

"Biarkan saja dia membusuk di penjara bersama Natasya. Tak ada ampun bagi orang yang menyakiti keluargaku," tegas Adi Prayoga dalam tatapan membunuh yang terlalu jelas dan tak bisa ditutupi.     

Tak disangka, Adi Prayoga bisa menjadi sangat kejam saat berhadapan dengan sosok yang wanita yang sudah berani menyentuh Imelda dan cucu pertamanya. Tak ada ampun bagi penjahat seperti wanita yang masih menangisi kebodohannya.     

"Biarkanlah polisi itu menyeret wanita bodoh ini!" ketus Adi Prayoga dalam tatapan tajam yang sangat mengerikan.     

Akhirnya beberapa polisi membawa wanita itu ke kantor kepolisian. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Bahkan Adi Prayoga sendiri yang akan memastikan jika wanita itu tak bisa bebas dengan mudah.     

Di sisi lain, Natasya sangat syok saat mendengar sebuah rencana yang sudah cukup lama direncanakannya akhirnya gagal total. Orang suruhannya itu justru mengakui jika dirinya yang memberikan sebuah perintah percobaan pembunuhan itu. Dia memanggil seseorang yang selama ini dipercayainya. Meminta sedikit bantuan agar bisa membantunya untuk kembali mencelakakan menantunya itu.     

"Selama ini aku sudah membayar mahal dirimu, tolong pinjamkan aku sedikit uang untuk membayar seseorang yang bisa membalaskan dendam ku." Natasya memohon pada seorang pria yang selama ini menjadi orang kepercayaannya. Namun jawaban yang diberikan pria itu benar-benar membuatnya naik pitam.     

"Selama ini ... saya bekerja keras di samping Anda karena kekayaan yang Anda miliki. Dan sekarang ... karena obsesi dan kegilaan Nyonya Natasya sendiri, posisi Anda benar-benar sangat terpuruk. Tak ada lagi yang bisa mendukung ataupun membantu Anda keluar dari sini. Begitu pula saya, mulai hari ini ... tak ada hubungan apapun di antara kita. Selamat tinggal." Pria itu bangkit dari kursi dan langsung meninggalkan Natasya begitu saja. Dia tak mau terlibat apapun lagi dengan wanita itu.     

Secara tak terduga, Natasya melemparkan sebuah vas bunga dan langsung mengenai kepala pria tadi.     

"Brengsek! Setelah kamu bersenang-senang dengan kekayaanku, dengan begitu mudahnya mencampakkan aku!" Seperti seorang wanita yang sudah tak waras, Natasya tertawa keras di dalam ruangan itu.     

Sedangkan pria itu tersungkur di lantai setelah mengalami luka akibat lemparan vas dari Natasya. Petugas penjara langsung menolong pria itu dan segera membawa Natasya kembali ke balik jeruji besi.     

Secara tak henti-hentinya, Natasya terus mengumpat dan mengatai pria yang selama ini begitu setia padanya. Namun dia juga puas telah berhasil membuat pria itu tersungkur dengan kepala bercucuran darah segar.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.