Bos Mafia Playboy

Kecemasan Yang Tertahan



Kecemasan Yang Tertahan

0"Bagaimana Anda bisa membuktikan jika Kevin adalah anak Anda yang telah hilang?" tanya Adi Prayoga pada seorang wanita yang sudah tampak bahagia saat menyadari Kevin adalah anaknya.     
0

Kevin sendiri merasa bingung dan juga tak tahu harus mengatakan apa. Selama ini, dia tak pernah mengingat apapun tentang masa lalunya. Kenangan yang diingatnya, hanya kejadian setelah dirinya ditemukan oleh Adi Prayoga. Semua kejadian sebelum kejadian itu sudah tak ada lagi di dalam memorinya.     

"Jika Dokter Kevin benar adalah anakku yang telah hilang .... seharusnya dia memiliki sebuah tanda lahir di punggung sebelah kanan," terang Verlita di hadapan semua orang. Wanita itu masih sangat ingat jika anak laki-lakinya yang telah hilang memiliki tanda lahir di punggung belakang.     

"Lepaskan pakaianmu, Kevin!" perintah Adi Prayoga pada seorang pria yang selama ini sudah dirawatnya hingga menjadi seorang dokter yang hebat.     

Tanpa memberikan jawaban apapun, Kevin langsung menanggalkan pakaiannya di hadapan mereka semua. Dia sendiri tak yakin memiliki tanda lahir di punggung sebelah kanannya.     

Begitu Kevin telah membuka pakaiannya, Brian langsung bergerak ke arah belakang tubuh sahabatnya itu. Dan ternyata ....     

"Benar, Pa! Ada tanda lahir di punggung belakang Kevin," terang Brian atas sesuatu yang telah dilihatnya.     

"Jadi ... Laura adalah adikku?" Kevin masih sulit mempercayai hal itu. Selama ini, hubungan mereka memang sangat dekat. Bahkan Kevin memperlakukan Laura seperti adiknya sendiri. Tak disangka dan tak diduga jika mereka berdua benar-benar saudara kandung.     

Sebuah kejutan yang tak terduga, Laura dan Kevin saling memandang dengan perasaan yang tak lagi sama. Tak ada lagi perasaan seorang sahabat, hanya tatapan penuh kasih sayang antara kakak dan juga seorang adik.     

"Aku tak pernah membayangkan jika kamu adalah kakakku. Kupikir segala kebaikanmu tercipta karena persahabatan kita, ternyata kasih persaudaraan yang mendekatkan kita berdua." Laura memeluk erat seorang saudara yang selama ini dipikirkannya hanya seorang sahabat saja.     

Semua orang memandang mereka dalam wajah penuh haru. Rasanya kebahagiaan mereka semakin lengkap dan juga sangat luar biasa.     

"Untuk menyakinkan kita semua, lebih baik lakukan tes DNA," usul Adi Prayoga pada keluarga Kevin.     

"Baik, Om." Kevin memberikan sebuah jawaban yang cukup menyakinkan pada sosok pria yang selama ini telah begitu baik padanya.     

Setelah terungkapnya kebenaran baru atas Kevin dan juga Laura, mereka lebih menghabiskan waktu bersama seperti sebuah keluarga yang utuh. Terlihat rona kebahagiaan di wajah Verlita dan juga Dirga. Sebuah doa yang telah dipanjatkan selama bertahun-tahun, akhirnya terjawab juga. Wanita itu berhasil menemukan anaknya yang hilang di sebuah tempat yang tak terduga.     

Brian dan juga Imelda juga merasa bahagia melihat kebersamaan Kevin dan juga keluarganya. Mungkin bagi Kevin, segalanya seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.     

"Aku pernah berpikir jika Dokter Kevin dan juga Dokter Laura memiliki hubungan yang tak biasa. Tak disangka, mereka berdua ternyata bersaudara," ucap Imelda yang duduk di sebelah pria tampan yang menjadi suaminya itu.     

"Padahal mereka sudah sangat dekat sejak Laura masuk ke universitas. Dulu ... kupikir Kevin jatuh cinta pada Laura. Ternyata mereka hanya menjalin persahabatan yang terlalu dekat. Dan sekarang ... yang terjadi justru di luar dugaan." Brian tersenyum tipis mengingat bagaimana dulu dia sering meledek Kevin dan Laura.     

Pasangan itu akhirnya membiarkan seluruh keluarga yang telah lama berpisah agar bisa kembali merasakan kehangatan satu sama lain. Setidaknya ... dia juga sangat senang, melihat Kevin bisa menemukan keluarganya.     

Di sisi lain, Adi Prayoga dan Martin melanjutkan pembicaraan serius yang sempat terganggu karena pertemuan Kevin dan juga ibu kandungnya. Mereka duduk saling berhadapan dengan banyak berkas yang berserakan di atas meja.     

"Bagaimana menurutmu, Martin? Apakah hal itu bisa terjadi?" Beberapa pertanyaan baru saja dilontarkan oleh Adi Prayoga pada calon menantu di Keluarga Hartanto itu. Setidaknya sampai saat itu, Martin masih belum melepaskan pekerjaan di Keluarga Prayoga.     

"Sebaiknya Bos membicarakan hal ini pada Davin Mahendra. Sahabat Anda itu pasti lebih memahami tentang strategi seperti ini." Martin terlihat sedikit ragu atas pendapatnya sendiri. Dia takut jika penilaiannya sampai salah, segalanya akan berakibat fatal.     

Adi Prayoga hanya tersenyum simpul mendengar jawaban itu. Dia sangat mengerti jika Martin mungkin saja terlalu banyak tekanan menjelang pernikahannya. Sebuah pernikahan tentunya bukan sesuatu yang mudah, akan banyak persiapan yang akan menyita waktu dan juga pikiran.     

"Apakah persiapan pernikahanmu berjalan lancar? Untuk urusan hotel dan pengamanan, aku dan Mahendra yang akan mengurus semuanya. Aku hanya ingin meminta pendapatmu saja," ujar Adi Prayoga karena tak ingin membebani sosok pria yang sudah cukup lama bekerja untuk keluarganya.     

"Sebenarnya, Bos .... Ada perasaan takut yang sangat membebaniku. Pernikahan ini telah menjadi sebuah pernikahan paling berpengaruh sepanjang sejarah. Anda, Davin Mahendra dan juga Rizal Hartanto bukanlah seorang biasa. Tentu saja hal ini akan sangat menarik perhatian khalayak ramai." Martin mengungkapkan segala kecemasan yang terus saja mengusik hatinya. Bukan dia tak mempercayai sebuah pengamanan yang akan disiapkan oleh mereka semua ... namun tetap saja ada beban tersendiri menjadi bagian dari orang-orang yang memiliki pengaruh kuat itu.     

Selama Martin bekerja untuk dirinya dan juga keluarganya, Adi Prayoga tak pernah melihatnya begitu cemas dan juga khawatir tentang apapun. Namun sosok pria yang dilihatnya saat itu, benar-benar sangat berbeda. Martin seakan telah berubah menjadi orang lain.     

"Apa yang sebenarnya telah membebani dirimu, Martin?" tanya Adi Prayoga pada seorang pria yang selama ini sangat dipercayainya.     

"Aku berpikir jika mantan istri Anda bisa saja melakukan sesuatu yang sangat berbahaya. Bagaimana jika terjadi hal buruk di pernikahan itu?" Martin tak mungkin bisa menyembunyikan hal itu di hadapan Adi Prayoga. Toh ... selama ini hanya pria itu yang selalu mendukung dan juga menghargai dirinya.     

Adi Prayoga menghela nafasnya panjang mendengar pertanyaan itu. Bukan hanya Martin saja, dia sendiri juga memiliki kekhawatiran yang sama. Namun pria tua itu sedang berusaha keras untuk tak menunjukkan hal itu pada calon pengantin di hadapannya.     

"Sebaiknya kamu fokus pada persiapan pernikahan ini saja. Biarkan aku, Mahendra dan juga Rizal Hartanto yang mengurus hal lainnya. Jangan membebani pikiranmu dengan sesuatu yang tak ada hubungannya dengan persiapan pernikahanmu dan Eliza Hartanto," bujuk Adi Prayoga pada Martin. Dia hanya ingin membuatnya lebih tenang menjelang hari pernikahan.     

"Terima kasih, Bos." Sebuah ungkapan yang sangat tulus terucap dari dasar hati Martin untuk Adi Prayoga. Dia merasa beruntung bisa mengenal sosok pria yang begitu hebat dan juga sangat baik seperti dirinya.     

Adi Prayoga hanya tersenyum tipis sembari menahan kecemasan di dalam hatinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.