Bos Mafia Playboy

Takdir Dan Keberuntungan



Takdir Dan Keberuntungan

0Menjelang acara pernikahan dia antara kedua pasangan, semua orang menjadi sangat sibuk. Ketiga keluarga tampak mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik.     
0

Bahkan Imelda juga berpartisipasi dalam segala persiapan untuk pelaksanaan pesta pernikahan kakak kesayangannya dan juga Martin. Mereka berdua sama-sama berasal dari keluarga Prayoga.     

"Tunggu, Dokter Imelda!" seru Kevin saat melihat wanita hamil itu ingin mengangkat sebuah box berwarna kuning keemasan.     

Imelda tampak terkejut dengan suara nyaring Kevin. Dia melihat Kevin sedang berlari ke arahnya.     

"Ada apa, Dokter Kevin?" tanya seorang wanita hamil dengan perut yang sudah membesar dan sangat membatasi gerakannya.     

"Sebaiknya jangan mengangkat beban yang terlalu berat," peringat Kevin pada istri dari Brian Prayoga itu.     

Imelda hanya tersenyum geli melihat dokter kepercayaan keluarga Prayoga itu sangat mencemaskan kehamilannya. Seakan Kevin telah melupakannya jika Imelda juga seorang dokter.     

Dari kejauhan, Brian melihat dan mendengar samar-samar pembicaraan mereka. Dia pun juga sangat mengkhawatirkan kehamilan istrinya. Namun tetap saja, pria itu harus menjaga perkataannya agar tak membuat istrinya kesal.     

"Sayang ... aku mau menjemput Laura dan mamanya dulu, mereka sudah tiba di bandara." Selama persiapan pernikahan, Laura dan juga ibunya akan tinggal di Kediaman Prayoga. Mereka tak mungkin tinggal di apartemen Laura yang tidak terlalu besar itu.     

"Bolehkah aku ikut, Brian?" tanya Imelda penuh harap.     

Brian langsung melirik ke arah Kevin dalam balutan senyuman tipis penuh arti. Dalam hati, ia tak ingin membawa Imelda ikut bersamanya. Namun jika wanita itu memaksa, Brian tak akan mampu melakukan apapun lagi.     

"Tanyakan saja pada dokter di sebelah kamu itu. Papa sudah mempercayakan Kevin untuk memastikan keadaanmu menjelang persalinan." Begitulah jawaban Brian terhadap istrinya. Sebuah jawaban yang dirasanya sangat amat dan tentunya tak akan membuat Imelda kesal terhadapnya.     

"Lebih baik Dokter Imelda tetap tinggal di rumah saja," tegas Kevin dengan sangat jelas. Dia tak ingin wanita itu membahayakan penerus dari dua keluarga paling berpengaruh.     

Adi Prayoga yang kebetulan baru saja kembali untuk mengurus banyak hal dengan Martin, mendengar ucapan Kevin yang terdengar begitu tegas. Dia pun berjalan ke arah menantu kesayangannya itu untuk memastikan keadaannya.     

"Ada apa, Sayang? Mengapa kamu terlihat sangat kesal?" tanya Adi Prayoga pada seorang wanita hamil yang langsung bangkit dari tempat duduknya begitu melihat kedatangan ayah mertuanya.     

"Brian mau ke bandara menjemput Laura dan keluarganya, Dokter Kevin melarang aku ikut, Pa," kesal Imelda sembari merajuk manja pada ayah mertuanya. Dia berusaha untuk meluluhkan hati Adi Prayoga agar mengijinkannya ikut ke bandara.     

Pria tua itu akhirnya mengerti apa yang menjadi ketegangan di antara mereka. Hal itu tentunya sangat menjadi perhatian bagi seorang Adi Prayoga. Terlebih, kehamilan Imelda memasuki trimester ketiga.     

"Lebih baik temani Papa di rumah saja, Sayang. Sepertinya Martin juga membutuhkan sedikit bantuannya," ucap Adi Prayoga sembari melirik Martin penuh isyarat. Seakan pria tua itu sedang melemparkan sebuah pesan khusus yang tak terucapkan.     

Awalnya Martin sedikit bingung dan juga terkejut saat namanya disebut oleh Adi Prayoga. Namun akhirnya dia langsung paham dengan sebuah isyarat yang baru saja dilemparkan oleh ayah dari Brian Prayoga itu.     

"Benar, Imelda. Aku perlu bantuanmu untuk memilih beberapa barang yang akan aku berikan untuk Eliza." Martin hanya asal mengatakan hal itu tanpa berpikir sedikitpun. Dia tak sempat memikirkan jawaban lainnya untuk Imelda.     

"Baiklah! Sepertinya aku harus tetap di rumah saja, Brian. Kamu bisa berangkat sekarang." Dengan wajah yang tampak begitu terpaksa, Imelda akhirnya setuju untuk tetap tinggal di rumah.     

Brian lalu segera berangkat bersama dengan beberapa bodyguard yang selama ini bekerja di rumahnya. Sedangkan Imelda masih duduk bersama dengan beberapa pria yang sejak tadi terus memandangi dirinya.     

"Mengapa kamu terus menatapku, Martin?" ketus Imelda ada calon pengantin pria yang tampak sangat sibuk menjelang hari pernikahannya.     

"Tidak bolehkah aku melihat wajahmu. Setidaknya aku ingin memandangmu sepuasnya sebelum menjadi suami Eliza," kilah seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi anggota keluarga Hartanto.     

"Dasar!" kesal Imelda dengan wajah masam dan juga tak suka dengan ucapan pria itu.     

Ada banyak hal yang membuat Martin mulai mencemaskan adik dari sahabatnya itu. Dia takut jika setelah menjadi suami Eliza, dia tak bisa lagi terus melindungi Brian dan juga Imelda seperti biasanya. Tentu saja, Eliza akan menjadi prioritasnya saat itu.     

"Ada apa, Martin? Mengapa kamu tampak tak senang atas pernikahanmu sendiri?" Adi Prayoga tentunya bisa melihat dan juga merasakan kegelisahan di hati sosok pria yang sudah cukup lama bekerja untuknya.     

Tak langsung memberikan jawaban, Martin justru terdiam sembari memandang Adi Prayoga dan juga Imelda yang duduk bersebelahan. Rasanya terlalu berat jika harus benar-benar melepaskan mereka begitu saja.     

"Bukan tak senang, Bos. Aku belum siap untuk melepaskan segala pekerjaan ini. Apalagi jika aku harus meninggalkan rumah ini setelah menikah, rasanya akan menjadi siksaan terberat bagiku." Martin benar-benar tampak sangat sedih dengan tatapan yang penuh harap. Dia ingin tetap menjadi bagian dari Keluarga Prayoga, meskipun statusnya telah menikah.     

"Kamu masih boleh datang ke rumah ini kapanpun, Martin. Kamu adalah bagian dari Keluarga Prayoga," balas Adi Prayoga pada sosok pria yang selama ini telah banyak membantunya melakukan banyak pekerjaan.     

Suasana berubah menjadi begitu sedih. Entah mengapa kedua pria dewasa itu seakan sedang mempersiapkan tentang perpisahan mereka.     

"Apakah kamu akan tinggal bersama Keluarga Hartanto, Martin?" tanya Imelda pada sosok pria yang kebetulan duduk di sebelah Kevin.     

"Bolehkah aku tetap tinggal di sini?" Sebuah pertanyaan bodoh baru saja dilontarkan oleh Martin pada mereka semua. Hal itu benar-benar tak masuk akal di saat Martin dan Eliza telah meresmikan hubungan mereka.     

Imelda langsung menertawakan sosok pria yang tampak sedih dan juga menahan beban di dalam dirinya. Seorang pria tangguh dan juga tak takut menantang maut bisa begitu lemah saat menghadapi sebuah perpisahan. Wanita itu berpikir jika Martin terlalu berlebihan. Namun dia tak pernah mengetahui, apa yang sebenarnya sangat membebani hati dan juga pikirannya menjelang pernikahan itu.     

"Andai aku bisa memilih .... Aku ingin tinggal di sini bersama dengan keluarga ini. Mungkin hanya Kevin yang bisa memahami pemikiranku ini." Begitulah perkataan Martin atas sikap Imelda yang seakan sedang meremehkannya.     

Kevin tentunya sangat mengerti dan juga memahami arti dari perkataan itu. Mereka berdua memiliki takdir yang hampir sama .... Diselamatkan oleh Adi Prayoga di saat berada di antara hidup dan mati. Sebuah keberuntungan yang tak mungkin lagi bisa dikembalikan pada sang penolong dan juga penyelamat.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.