Bos Mafia Playboy

Kebenaran Masa Lalu



Kebenaran Masa Lalu

0"Apakah kamu sedang menahan rasa sakitmu, Sayang?" tanya Brian yang tiba-tiba sudah berada di dekat istrinya     
0

Imelda menengadahkan wajahnya dan memandang Brian. Dia bisa tahu jika suaminya itu begitu cemas akan dirinya. Wanita itu mencoba untuk menghela nafasnya, memejamkan matanya sejenak lalu kembali memandang Brian.     

"Rasa sakit di tubuhku tak ada apa-apanya dengan rasa sakit di dalam hati ini." Imelda menyentuh dadanya, seakan ia sedang menunjukkan betapa sakit hatinya.     

"Apa maksudmu, Sayang?" Brian berlutut di hadapan Imelda yang masih duduk tak jauh dari Laura. Pria itu menggenggam jemari tangan istrinya dalam kelembutan yang sarat dengan kasih sayang.     

Wanita itu merasa sangat ragu untuk mengatakan sebuah kebenaran yang sudah menyesakkan dadanya. Namun Imelda juga tak ingin membohongi seorang pria yang sangat dicintainya itu. Dia menghimpun segenap kekuatannya untuk mengatakan sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan.     

"Ternyata ... Mama Natasya yang telah membuat Mama Irene tewas dalam kecelakaan itu." Saat itu juga, Imelda menangis cukup dalam. Rasanya begitu menyakitkan saat mengetahui kebenaran tentang ibu mertuanya. Ingin rasanya dia menjerit sekeras-kerasnya. Melampiaskan segala kesedihan dan juga rasa sakit di dalam hati.     

"Apa!" Sontak saja, Brian langsung kehilangan kata-katanya. Dia pun memeluk erat Imelda dalam kepedihan yang juga dirasakannya. Pria itu juga tak bisa menerima kenyataan jika ibunya lah yang telah membuat ibu mertuanya tewas dalam sebuah insiden kecelakaan.     

Pasangan itu benar-benar menunjukkan isak tangis terdalam. Mereka tak peduli pada orang-orang yang melihatnya begitu hancur saat mengetahui sebuah kebenaran baru.     

Bahkan Laura yang mendengar pembicaraan mereka ikut meneteskan air mata. Dia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Imelda saat mengetahui semuanya. Pastinya sangat hancur dan tak tersisa.     

Dari kejauhan, Davin Mahendra sudah kembali bersama dengan Adi Prayoga. Mereka berduamelihat ada pemandangan aneh mengenai kedua anaknya.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Mahendra? Mengapa Imelda bisa menangis seperti itu?" Adi Prayoga menjadi sangat panik dan tentunya sangat kasihan melihat Imelda yang terus menangis di pelukan Brian. Dia pun mempercepat langkah kakinya ke arah sang menantu kesayangan.     

Begitu Imelda menyadari Adi Prayoga yang berjalan ke arahnya, Imelda langsung melepaskan pelukan Brian lalu bangkit dari tempat duduknya. Dia pun bergerak ke arah ayah mertuanya dan memeluk sang bos mafia.     

"Papa! Mama Natasya yang telah membuat Mama Irene tewas dalam kecelakaan itu. Mengapa takdir begitu kejam pada Mama Irene?" Imelda tak akan pernah bisa menerima kenyataan itu. Terlebih, Natasya adalah seseorang yang selalu dibanggakan oleh ibunya.     

Adi Prayoga mencoba untuk tenang, meskipun hatinya sangat hancur. Dalam hatinya, muncul sebuah penyesalan yang begitu besar dan juga mendalam. Pria itu merasa sangat bersalah atas kematian wanita yang sangat dicintainya itu.     

"Kita harus membuat Natasya menerima hukuman yang setimpal, Mahendra," ucap Adi Prayoga pada seorang pria yang memilih untuk banyak diam setelah mengetahui kebenaran itu.     

Tak ada yang menyangka jika Natasya adalah seseorang yang selama ini telah menyembunyikan insiden kecelakaan belasan tahun silam. Dengan begitu rapi, wanita itu membereskan semuanya.     

"Apa yang bisa kita tuduhkan pada Natasya? Bahkan kita sama sekali tak bisa membuktikan jika seseorang yang telah mencelakai Irene adalah mantan istrimu sendiri. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Davin Mahendra memperlihatkan wajah frustrasi di dalam dirinya. Hatinya juga sangat hancur saat mendengar Natasya memperlakukan Irene dengan begitu keji sebelum kematiannya. Pria itu mendengar semua pembicaraan antara Natasya dan juga Imelda.     

"Kita harus mencari sebuah cara agar bisa menjatuhkannya." Dengan cukup menyakinkan, Adi Prayoga mengatakan hal itu. Ia tak peduli dengan semua yang harus dilakukannya. Yang terpenting Natasya mendapatkan hukuman yang setimpal.     

Suasana masih saja tetap menegangkan. Meskipun mereka semua sudah tertangkap, namun mereka sadar jika sebuah kasus penculikan tak akan membuat Natasya mendapatkan hukuman yang setimpal.     

"Aku yakin jika Martin dan Eliza akan mendapatkan sebuah bukti yang dapat menyeret Natasya untuk mendapatkan hukuman setimpal." Adi Prayoga sangat yakin pada orang kepercayaannya dan juga jaksa muda yang selalu mendatangi rumahnya itu.     

Davin Mahendra berpikir sejenak lalu memandang mereka semua. Dia tahu jika kebenaran yang baru didengarnya itu cukup mengguncang hati mereka. Namun seburuk apapun sebuah kebenaran tetap harus diungkapkan.     

"Jeffrey juga mengatakan akan membantu kita untuk memberikan hukuman yang setimpal pada Natasya," sahut Davin Mahendra dengan wajahnya. "Apakah kamu sudah menghubungi Vincent, Laura?" tanyanya pada seorang wanita yang sejak tadi terus terdiam.     

"Sejak pagi, Vincent sama sekali tak bisa dihubungi. Dia berkata sedang menjalankan misi rahasia di pinggiran kota," jelas Laura pada ayah dari kekasihnya. Dia terlihat sangat sungkan pada Davin Mahendra. Mereka berdua jarang berbicara apalagi bertatap muka secara langsung.     

Davin Mahendra langsung mengerti dengan penjelasan calon menantunya. Dia pun mengajak mereka semua untuk segera meninggalkan tempat itu. Pria itu juga berpikir jika Imelda harus menjalankan beberapa pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaannya.     

"Kita bawa Imelda ke rumah sakit dulu, Brian," perintah Davin Mahendra pada seorang pria yang menjadi menantunya itu.     

Brian pun juga sangat setuju dengan ide dari ayah mertuanya. Dia pun membawa Imelda ke rumah sakit dengan ditemani oleh Laura. Sedangkan Adi Prayoga, pamit untuk melakukan sesuatu yang sangat penting. Namun pria itu sama sekali tak menyebutkan urusan apa yang akan diselesaikannya.     

Begitu meninggalkan rumah tua itu, mobil melaju dengan kecepatan penuh menuju ke rumah sakit. Mereka harus membawa Imelda untuk melakukan rangakaian pemeriksaan dan juga tes.     

Sampai di rumah sakit, Laura yang mengurus segala administrasinya. Setelah selesai, ia mengantarkan Imelda untuk masuk ke dalam sebuah ruangan rawat inap.     

"Aku tak mau di sini, Dokter Laura." Imelda ingin protes pada rekan dokternya.     

"Lebih baik kamu istirahat di sini untuk malam ini," bujuk Laura pada Imelda.     

Laura sangat tahu jika Imelda benar-benar membutuhkan sebuah penanganan khusus. Terlebih kondisi kehamilannya juga membutuhkan pengawasan ekstra.     

Mau tak mau, Imelda pun membaringkan tubuhnya di sebuah ranjang dalam ruang perawatan. Tak berapa lama, datanglah beberapa dokter untuk memeriksa keadaan Imelda. Tentunya dia mendapatkan pelayanan terbaik dari seluruh staf dan jajaran direksi rumah sakit.     

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Brian dalam wajah sangat cemas.     

"Ibu dan bayinya baik-baik saja. Namun, luka goresan di wajah Dokter Imelda besar kemungkinan akan meninggalkan bekas." Dokter itu menjelaskan sebuah kemungkinan terburuk yang mungkin akan dihadapi oleh pasangan itu.     

Brian tampak sangat lega saat mendengar penjelasan dari dokter itu. Namun hal itu tidak berlaku bagi Imelda. Wanita itu langsung merubah ekspresi, wajahnya begitu masam dan tanpa tawa.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.