Bos Mafia Playboy

Serasa Sedang Dimanfaatkan



Serasa Sedang Dimanfaatkan

0Mendengar jawaban Laura, membuat Imelda harus kembali memikirkan sebuah jawaban atas teka-teki baru di dalam keluarganya.      2

"Apa yang seharusnya dilakukan oleh Papa?" ulang Imelda atas ucapan Laura kepadanya.     

Mereka semua mulai memikirkan sebuah jawaban atas pertanyaan itu. Namun sudah berpikir cukup keras, tak ada satu pun dari mereka yang menemukan jawabannya. Ketiga orang itu hanya bisa terus mencari dan memikirkan sebuah jawaban atas apa yang akan dilakukan oleh Vincent.     

"Akan lebih baik jika kita tinggal di rumah saja, Brian. Aku tak nyaman berada di sini," keluh Imelda pada suaminya.     

"Aku akan mengurus administrasinya dulu sebentar. Biar Laura yang menemanimu di sini." Brian lalu keluar dari ruangan itu untuk mengurus administrasi kepulangan Imelda dari rumah sakit.     

Begitu Brian keluar, Imelda langsung bangkit dari ranjang di kamar itu lalu menghampiri Laura. Dia menatap seorang wanita yang sejak tadi terus mengkhawatirkan kekasihnya.     

"Apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Kak Vincent? Apakah Dokter Laura mengetahui rencana dari kakakku itu?" Imelda hanya bisa mengharapkan sebuah jawaban dari Laura. Dia tak bisa mengharapkan apapun dari orang lain lagi.     

"Panggil aku Laura saja, aku juga akan memanggil namamu saja," pinta Laura pada calon adik iparnya. "Aku sendiri juga tak mengerti dengan perkataan Vincent. Namun kupikir, dia ingin melakukan sesuatu pada Bos Adi Prayoga," ucap Laura dalam keraguan yang masih tertanam di hatinya.     

Mendadak jantung Imelda berhenti untuk beberapa detik. Entah mengapa, perkataan Laura itu seakan menjadi sebuah peringatan untuknya. Dia merasa jika Vincent akan melakukan sesuatu yang sangat berbahaya bagi mereka semua.     

"Laura! Bisakah aku meminta tolong padamu?" tanya Imelda penuh harap.     

"Tentu saja, Imelda. Apapun yang bisa aku lakukan, pasti akan kulakukan untukmu." Begitulah jawaban Laura pada calon adik iparnya. Walau bagaimanapun, Imelda juga seseorang yang sudah cukup lama dikenalnya. Hal itu membuat dia tak enak jika akan menolak permintaannya.     

Imelda tampak begitu gelisah sebelum mengungkapkan keinginannya atas Laura. Dia sedikit ragu karena takut jika permintaannya akan membebani kekasih dari kakaknya itu.     

"Aku ingin meminta tolong agar kamu bisa mengawasi Kak Vincent. Rasanya aku sudah tak tahu lagi harus memohon pertolongan pada siapa. Soal urusan pekerjaanmu di rumah sakit, aku akan mengurusnya." Imelda mengatakan segala keinginannya atas seorang wanita yang memiliki hubungan spesial dengan Vincent.     

"Aku pasti akan membantumu, Imelda. Sebenarnya, aku baru saja mengajukan cuti untuk beberapa hari ke depan. Jujur saja, aku sangat khawatir jika Vincent akan melakukan perbuatan yang di luar dugaan. Rasanya hatiku sangat tidak tenang berada dalam posisi seperti ini." Laura pun memiliki perasaan dan juga pemikiran yang sama seperti Imelda. Dia juga sangat mengkhawatirkan keadaan Vincent.     

Imelda akhirnya berterima kasih dengan begitu tulus pada Laura. Dia tak tahu harus membalas kebaikannya dengan apa lagi.     

Di saat pembicaraan mereka baru saja selesai, Brian sudah kembali ke ruangan itu. Dia membawa sebuah map besar hasil pemeriksaan dari Imelda. Pria itu merasa ada sesuatu yang baru saja dilakukan oleh dua wanita yang sedang duduk di sofa.     

"Apa yang sedang kalian bicarakan di belakangku?" tanya Brian.     

Sontak saja, pertanyaan Brian membuat dua wanita itu sangat terkejut. Mereka berpikir jika Brian telah mendengarkan semua. Sekuat hati dan juga dirinya, Imelda bersikap setenang mungkin. Dia tak ingin menambahkan kecurigaan pada suaminya.     

"Memangnya .. apa yang kami bicarakan?" Imelda kembali melemparkan pertanyaan balasan pada suaminya. Dia berharap jika Brian tak mencurigai dirinya.     

"Siapa tahu kalian berdua sedang membicarakan diriku," jawab Brian dengan sangat percaya diri.     

Pria itu lalu terkekeh geli mendengar jawabannya sendiri. Ingin rasanya, Brian mengerjai Imelda dan juga Laura. Dia sedikit bingung saat melihat ketegangan dua wanita itu saat dirinya masuk ke dalam ruang perawatan itu.     

"Aku hanya bercanda, Sayang," celetuk Brian bersamaan suara kekehan geli karena melihat ekspresi dari dua wanita itu.     

"Dasar!" kesal Imelda sembari memukul dada Brian untuk melampiaskan kekesalannya. Wanita itu pun sudah tak sabar untuk pulang ke rumahnya. Imelda ingin segera meninggalkan rumah sakit itu.     

Mereka pun keluar dari kamar perawatan menuju ke lobby depan rumah sakit. Laura hanya mengantarkan mereka di sana karena dia harus kembali menemui seseorang untuk mengurus cuti yang akan diambilnya.     

"Berhati-hatilah, Brian. Jaga Imelda baik-baik." Begitulah perkataan Laura sebelum mobil yang membawa Brian dan juga Imelda meninggalkan rumah sakit.     

Pasangan itu hanya mengulum senyuman tulus pada seorang wanita yang berstatus sebagai kekasih dari Vincent.     

"Apakah hubungan Laura dan Kak Vincent akan baik-baik saja?" Brian juga ikut mengkhawatirkan hubungan pasangan kekasih itu. Dia juga selalu mendoakan kebahagiaan mereka berdua.     

"Semoga hubungan mereka akan lebih baik ke depannya. Aku akan sangat senang jika Laura benar-benar menjadi kakak iparku," ungkap Imelda dengan wajah sangat serius. Dia memang mengharapkan Laura menjadi istri kakaknya. Wanita itu seakan sudah sangat pas dengan kepribadian dari Vincent.     

Brian menyentuh jemari tangan Imelda lalu mengecupnya beberapa kali. Dia merasa sangat bahagia bisa memiliki seorang istri seperti Imelda.     

"Apa yang akan kamu lakukan, Brian? Jangan melakukan hal aneh-aneh di dalam mobil," peringat Imelda pada suaminya. Ia tak suka jika Brian selalu mengumbar kemesraan dan juga sikap mesumnya pada semua anak buah keluarga Prayoga. Tentunya hal itu membuatnya sangat malu.     

"Jadi kalau di rumah boleh ya .... " Pria itu kembali tersenyum penuh kemenangan. Brian tak ingin melewatkan kesempatan sekecil apapun untuk lebih dekat dengan istrinya. Terlebih belakangan terakhir, Imelda     

sering menolak dirinya.     

Setelah melewati perjalanan panjang yang terasa sedikit melelahkan bagi Imelda, mereka telah sampai di depan sebuah rumah yang selama ini ditinggali oleh mereka.     

"Gendong aku, Brian! Aku sangat lelah" ucap Imelda dalam tatapan manja yang sangat memohon.     

Pria itu tentunya tak mungkin menolak keinginan istrinya. Brian pun membawa Imelda masuk lalu menuju ke kamarnya. Dia langsung membaringkan tubuh istrinya itu di sebuah ranjang besar miliknya. Entah apa yang dipikirkan oleh Brian, dia langsung mendekap erat tubuh istrinya.     

"Apa kamu sedang memanfaatkan tubuh lelahku, Brian?" tanya Imelda pada suaminya.     

"Mungkin," jawab Brian sangat pelan di dekat telinga istrinya. Pria itu lalu menciumi telinga Imelda lalu turun ke leher. Aroma khas tubuh Imelda berhasil membangkitkan gairah di dalam dirinya.     

Erangan pelan dan terdengar cukup merdu membuat Brian memejamkan matanya sambil terus menciumi sang istri. Seakan ia tak mau untuk mengendalikan gairah di dalam dirinya.     

"Aku sedang terluka, Brian!" protes Imelda saat tangan suaminya mulai memasuki pakaiannya.     

"Yang penting hatimu tidak terluka, Sayang." Brian pun meremas dua bulatan padat di dada Imelda. Membuat wanita itu kembali melenguh panjang atas sentuhan dari suaminya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.