Bos Mafia Playboy

Rencana Terbaik



Rencana Terbaik

0Seketika itu juga, mereka semua langsung bergegas ke rumah sakit di mana Adi Prayoga dirawat. Kevin sudah memberitahukan jika ayah dari Brian berada di rumah sakit keluarga Mahendra.     2

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan juga terjebak macet, merek semua telah sampai di depan gedung rumah sakit peninggalan Irene Mahendra. Brian dan Imelda berlari kecil menuju ke sebuah lift yang berada di dekat lobby rumah sakit.     

Sedangkan Martin tak bisa berjalan cepat mengingat kakinya baru saja masuk proses pemulihan. Untung saja, Eliza selalu setia berada di sampingnya.     

"Tunggu, Eliza?" Martin menghentikan langkahnya lalu mengambil sebuah ponsel dari saku celana. Sebelum masuk melihat keadaan Adi Prayoga, dia ingin mematikan sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi dengan bos-nya itu.     

"Ada apa, Martin?" Eliza tentunya sangat penasaran apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh kekasihnya itu. Jelas-jelas Brian dan juga Imelda sudah masuk ke dalam gedung rumah sakit.     

Tak lebih dulu menjawab pertanyaan kekasihnya, Martin justru sedang mencoba untuk menghubungi seseorang dengan ponsel di tangannya. Air mukanya tampak sangat cemas dan tak terlihat baik-baik saja.     

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan Bos Adi Prayoga?" tanya Martin pada seseorang yang berbicara dengannya di telepon.     

Ekspresi wajah Martin semakin cemas saat mendengar seseorang yang sedang menjelaskan kronologi kejadian kecelakaan itu. Wajahnya berubah sangar dalam tatapan yang sangat mengerikan.     

Eliza langsung bisa membaca perubahan ekspresi yang terjadi dengan Martin. Dia sangat yakin jika ada sesuatu yang telah membuat darahnya langsung mendidih mendengar penjelasan orang itu.     

Tak berapa lama, Martin kembali memasukkan ponsel miliknya. Wajahnya tampak sedikit pucat dari sebelumnya. Untuk sejenak, pria itu telah kehilangan kata-katanya.     

"Apa yang sebenarnya telah terjadi, Martin?" Eliza sangat penasaran dengan sesuatu yang baru saja diinformasikan oleh anak buah Adi Prayoga.     

"Natasya sengaja menabrak mobil yang membawa Bos Adi Prayoga saat akan memasuki gerbang di rumahnya. Sepertinya wanita itu tak akan berhenti sebelum melihat mantan suaminya tewas." Martin tak menyangka jika Natasya akan melakukan hal itu dengan tangannya sendiri. Seolah dia benar-benar tak takut dengan apapun.     

Mendengar penjelasan dari kekasihnya, Eliza langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia tak percaya dengan sesuatu yang baru saja didengarnya. Seorang wanita yang selama ini sangat dikenalnya, ternyata bisa melakukan sebuah kejahatan yang sangat mengerikan.     

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Martin?" Dengan suara yang terbata-bata, Eliza menanyakan hal itu pada kekasihnya. Untuk sesaat, ia merasa sangat bingung untuk memutuskan sesuatu langkah selanjutnya yang harus dilakukan.     

Dalam suasana yang terasa menegangkan bagi pasangan itu, Martin mengeluarkan sebuah benda kecil dari saku celananya. Ternyata itu adalah sebuah flashdisk yang sengaja di bawanya. Ia pun memberikannya pada Eliza yang masih memandangnya penuh tanya.     

Tanpa Eliza mengatakan apapun, Martin sudah tahu jika kekasihnya itu sangat penasaran akan isi dari flashdisk miliknya itu. Sebagai orang kepercayaan Adi Prayoga, Martin harus melakukan apapun untuk melindungi bos-nya. Entah hal itu aman atau justru akan membahayakan dirinya.     

"Di dalamnya berisi kejahatan-kejahatan dan juga beberapa bukti kejahatan dari orang-orang yang membantu Natasya selama ini. Berikan saja flashdisk itu pada papamu, aku yakin jika seorang Rizal Hartanto akan langsung mengerti," jelas Martin dalam wajahnya yang tampak sangat serius.     

"Maksudmu ... dengan bukti-bukti ini, kita bisa .... " tebak Eliza dalam wajahnya yang tampak sangat terkejut. Dia tak menyangka jika Martin telah merencanakan sesuatu yang telah disusun sangat rapi. Seakan pria itu tak ingin membiarkan Natasya akan kembali lolos dari hukumannya.     

Martin sudah bisa menebak jika Eliza bisa menyimpulkan sebuah rencana yang telah disusunnya selama beberapa waktu. Dia tak ingin jika Adi Prayoga dan keluarganya harus menjalani kehidupan yang penuh ancaman. Oleh karena itu, Martin benar-benar merencanakan segalanya dengan sangat sebaik mungkin.     

"Lebih baik kamu langsung temui Om Adi Prayoga dan aku langsung menemui Papa. Kupikir jika lebih cepat akan jauh lebih baik." Eliza ingin segera bergerak cepat agar bisa menghentikan kegilaan dari Natasya. Dia sendiri juga tak berharap jika akan ada korban selanjutnya dari kejahatan wanita itu.     

"Berhati-hatilah, Eliza!" peringat Martin sebelum kekasihnya itu pergi dengan sebuah taksi yang kebetulan baru saja menurunkan seorang penumpang.     

Begitu Eliza meninggalkan lobby rumah sakit, Martin bergegas menyusul Brian dan juga Imelda yang lebih dulu melihat kondisi Adi Prayoga. Dia harus memastikan jika tidak ada yang terjadi pada bos-nya. Saat keluar dari lift, Martin sudah bisa melihat jika beberapa anak buahnya sudah berjaga di sekitar lorong.     

"Bos besar ada di ruangan paling ujung, Bos," ucap seorang pria yang bekerja untuk Adi Prayoga. Semua anak buah dari Adi Prayoga juga memanggil Martin dengan sebutan 'Bos'. Hal itu karena mereka juga sangat menghormati orang kepercayaan dari bos yang sebenarnya itu.     

Baru berjalan menuju ke sebuah ruangan di mana Adi Prayoga berada, Martin sudah sangat tidak tenang dengan perasaan cemas yang tak bisa ditahannya lagi. Rasanya ia sangat tak siap jika harus menyaksikan keadaan bos-nya yang menyedihkan. Dalam keraguan dan wajahnya yang sedikit memucat, Martin mendorong pintu ruangan itu.     

"Bos!" seru Martin dalam keterkejutan, saat melihat Adi Prayoga sedang duduk bersama dengan Davin Mahendra, Brian dan juga Imelda. Dia tak percaya jika pria itu tampak baik-baik saja. Padahal jelas-jelas dia mendengar jika keadaan Adi Prayoga sangat kritis.     

Semua orang di ruangan itu langsung memandang ke arah Martin. Tak dapat disangka jika kekasih Eliza itu mencoba berjalan lebih cepat lalu memeluk Adi Prayoga. Mereka berdua memang memiliki sebuah hubungan yang sangat baik. Bahkan Adi Prayoga sudah menganggap Martin adalah anggota keluarga Prayoga.     

"Syukurlah jika Anda baik-baik saja, Bos. Mereka berkata jika keadaan Anda sempat kritis." Martin masih saja tak percaya jika Adi Prayoga benar-benar dalam keadaan sehat. Hanya beberapa luka goresan sana yang terlihat di wajahnya.     

"Mereka juga sama terkejutnya seperti kamu, Martin. Salah satu anak buah kita yang terluka parah. Aku khawatir jika kita tak bisa menyelamatkannya," jelas Adi Prayoga atas kabar mengejutkan yang sudah beredar di antara mereka.     

Davin Mahendra menatap penuh arti dua pria yang tampak sangat dekat. Dia tak menyangka jika Adi Prayoga bisa begitu dekat dengan anak buahnya sendiri.     

"Aku yang sengaja menyebarkan berita itu. Semua kulakukan untuk mengantisipasi jika Natasya akan mendatangi rumah sakit ini. Tentunya, dia tak akan berdiam diri tanpa mengetahui keadaan Adi Prayoga. Wanita itu pasti akan mendatangi rumah sakit ini untuk memastikan keadaan dari bos-mu itu." Davin Mahendra sengaja melakukan hal itu untuk melindungi sahabat dekatnya. Dia juga tak rela jika Adi Prayoga harus kehilangan nyawanya karena mantan istrinya sendiri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.