Bos Mafia Playboy

Syarat Terakhir



Syarat Terakhir

0Tak bisa dipungkiri jika Yudha Fabian sangat terkejut menyadari seseorang yang datang bersama Martin. Dia tak percaya jika orang-orang yang memiliki pengaruh cukup besar itu bisa berada di rumahnya.     1

"Bagaimana Brian Prayoga dan Eliza Hartanto bisa bersamamu, Martin? Apa hubungan kalian yang sebenarnya?" Dalam rasa penasaran yang semakin menyesakkan hati, Yudha Fabian nekat untuk menanyakan hal itu secara langsung pada mereka.     

Sebenarnya, Yudha Fabian juga tak mengetahui hubungan antara Martin dan juga Imelda Mahendra. Namun dia sudah menduga jika kedatangan wanita itu menyangkut tentang kematian Irene Mahendra.     

Martin tersenyum tipis pada pria di hadapan itu. Dia sengaja memberikan isyarat agar mereka bertiga tak mengatakan apapun di hadapan Yudha Fabian. Hal itu dilakukan agar dirinya bisa mengendalikan sosok pria yang selama ini berbisnis dengan Natasya.     

"Brian Prayoga adalah bos-ku, sedangkan Eliza Hartanto adalah kekasihku. Bagaimana menurutmu, Yudha Fabian?" Martin kembali mengulum senyuman penuh arti pada pria itu. Dia sengaja mengatakannya sangat jelas untuk mengintimidasi sang tuan rumah.     

"Jangan-jangan .... Kamu adalah kaki tangan Adi Prayoga yang sering mereka bicarakan itu." Meskipun masih ragu, Yudha Fabian merasa jika tebakannya pasti tepat. Dia melihat sendiri seberapa hebatnya Martin saat menyelamatkannya dulu.     

Kedua pria itu saling melemparkan tatapan tajam yang sangat mengusik sanubari. Yudha Fabian masih saja belum bisa menerima jika seorang pria yang menyelamatkannya adalah anak buah Adi Prayoga. Dia merasa jika tak ada harapan lagi baginya untuk terus berkilah dan menolak permintaan mereka.     

"Apa yang kalian inginkan dariku?" Tak ingin mengambil resiko yang lebih besar, Yudha Fabian ingin segera menyelesaikan pertemuan itu secepatnya.     

"Kami hanya menginginkan seluruh bukti kejahatan Natasya selama ini," jawab Martin dalam suara tegas dan terdengar begitu dingin.     

Mencoba untuk berpikir sejenak, Yudha Fabian sedang memikirkan sebuah cara yang bisa menyelamatkan dirinya. Dia tak ingin terlibat langsung dengan tiga keluarga yang memiliki pengaruh sangat kuat.     

"Apa alasanmu memintaku untuk memberikan bukti-bukti itu?" Rasanya tak rela jika Yudha Fabian harus memberikan bukti kejahatan Natasya kepada mereka. Namun dirinya juga tak memiliki sebuah alasan kuat untuk menolak permintaan mereka.     

"Yang pertama, kamu sudah menculik Imelda Mahendra dari atap gedung rumah sakit. Yang kedua, kamu juga sudah bersekongkol dengan Natasya untuk meledakkan gudang penyimpanan keluarga Prayoga. Yang ketiga .... " Belum juga melanjutkan perkataannya, pria itu lebih dulu menyela pembicaraannya.     

Yudha Fabian langsung menyela dan membela dirinya sendiri. Dia tak ingin jika mereka semua memiliki pandangan yang buruk tentang dirinya.     

"Tunggu dulu, Martin! Aku sama sekali tak terlibat dengan peledakan di gudang Adi Prayoga. Natasya hanya menyewa orang-orangku saja tanpa memberitahukan apapun. Sebenarnya, aku adalah pelanggan tetap dari Adi Prayoga. Setelah gudang itu meledak, rasanya sangat sulit untuk mendapatkan senjata terbaik seperti yang dimiliki oleh Adi Prayoga," terang Yudha Fabian untuk meluruskan kesalahpahaman di antara mereka.     

"Aku merasa tak pernah berbisnis dengan anak buahmu," tolak Martin atas ucapan Yudha Fabian mengenai dirinya.     

Sebuah senyuman sinis terbit di bibir Yudha Fabian. Cukup mengejutkan jika Martin tak mencium gelagatnya selama ini. Padahal dia sangat tahu jika Martin adalah sosok pria cerdik dan sangat berhati-hati dalam setiap tindakannya.     

"Aku sengaja membayar anggota geng di pinggiran kota untuk berbisnis dengan kalian," jelas seorang pria yang dulu pernah menjadi anak buah dari Davin Mahendra.     

"Rupanya kamu senang sekali mengelabui kami, jika bos mendengar ... mungkin saja kamu akan habis di tangannya." Martin mengatakan hal itu dengan wajah sangat serius dalam aura dingin yang tampak menakutkan. Bahkan seorang Yudha Fabian harus menelan salivanya sendiri karena ucapan pria itu.     

Tak ingin berurusan dengan mereka semua, Yudha Fabian bermaksud untuk meminta mereka segera meninggalkan rumahnya. Dia tak mau memperkeruh hubungan di antara mereka.     

"Aku tak ingin terlibat apapun dengan kalian, sebaiknya cepatlah pergi dari rumahku," usir Yudha Fabian pada mereka semua. Bahkan dia meminta beberapa penjaga untuk mengantarkan mereka menuju mobilnya.     

"Brengsek! Berani-beraninya kamu mengusirku Yudha Fabian! Setelah aku menyelamatkanmu melewati maut, sekarang kamu memperlakukan aku seperti ini?" Martin tampak sangat murka saat pria itu mencoba untuk mengusir mereka semua.     

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Martin, dalam gerakan sangat cepat ... dia sudah berhasil menodongkan senjata tepat di kepala Yudha Fabian. Beberapa anak buah pemilik rumah langsung panik menyaksikan hal itu. Mereka semua sudah bersiap untuk menyerang Martin dan yang lainnya.     

"Aku meminta nyawa yang sudah berhasil aku berikan padamu," tegas Martin dalam amarah yang tak ingin ditahannya. Dia merasa jika Yudha Fabian sama sekali tak tahu terima kasih.     

Tiba-tiba saja, Imelda maju beberapa langkah. Dia juga ikut mengarahkan senjata pada Yudha Fabian.     

"Biar aku yang membunuhnya, Martin. Pria ini sudah membiusku dan membuatku hampir kehilangan nyawa di tangan Mama Natasya." Imelda juga tampak geram berada dalam situasi yang sangat menegangkan bagi mereka. Dia tak peduli jika dirinya bisa mati di tangan orang-orang itu jika mengancam Yudha Fabian.     

Brian dan juga Eliza masih berdiri di tempatnya. Mereka sudah sangat memahami semua yang telah direncanakan oleh Martin. Mereka berdua tak mungkin benar-benar menghabisi Yudha Fabian sebelum mendapatkan bukti-bukti itu.     

Mendengar perkataan Imelda, pria itu menjadi sangat bersalah. Dia tak pernah berniat untuk melukai anak dari Davin Mahendra. Yudha Fabian merasa sangat bodoh karena melakukan perintah Natasya tanpa mengetahui identitas korbannya.     

"Apa-apaan kalian! Sepertinya kalian semua sengaja datang untuk mempermainkan perasaanku. Baiklah! Aku akan memberikan semua bukti-bukti kejahatan Natasya." Yudha Fabian akhirnya menyerah setelah Imelda membuatnya merasa sangat bersalah. Dia merasa sangat bodoh tak bisa mengendalikan perasaannya yang begitu lemah di hadapan mereka semua.     

"Cepatlah! Ambilkan sekarang!" perintah Martin pada seorang pria yang tak mungkin bisa menyelamatkan dirinya.     

Yudha Fabian sama-sama tak diuntungkan dengan keputusan apapun yang akan diambil. Bagai buah simalakama yang menyesakkan dadanya. Namun memusuhi ketiga keluarga itu jauh lebih mengerikan dari kematian itu sendiri. Apalagi, Jeffrey juga terlibat dengan mereka semua. Dia pun memilih untuk kehilangan kliennya dan dijadikan musuh oleh Natasya.     

Tak lama setelah masuk ke dalam rumah, Yudha Fabian membawa sebuah amplop besar berwarna coklat dan memberikan semuanya pada Martin. Dia mencoba menyakinkan dirinya untuk melepaskan rahasia terbesar Natasya yang selama ini dipakainya untuk mengendalikan wanita itu.     

"Sebelum aku melepaskan semuanya, aku mempunyai sebuah syarat terakhir yang harus kalian lakukan," ucap Yudha Fabian sedikit memohon.     

"Syarat? Syarat apa lagi yang kamu maksudkan?" Belum mendengar syarat yang diajukan oleh Yudha Fabian, Martin sudah naik darah.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.