Bos Mafia Playboy

Jatuh Cinta Pada Penjahat



Jatuh Cinta Pada Penjahat

1Hari itu juga, Eliza bergerak cepat untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukannya. Dia tak mau membuang terlalu banyak waktu sebelum semuanya sangat terlambat. Tak dapat diprediksi, Natasya bisa saja melakukan perbuatan yang sangat membahayakan ketiga keluarga itu.      0

Eliza turun dari taksi lalu berjalan masuk melewati gerbang tinggi di rumahnya. Terlihat mobil ayahnya terparkir di garasi mobil rumahnya. Dia pun mempercepat langkah kakiny memasuki rumah keluarga Hartanto.     

Kebetulan sekali, Rizal Hartanto sedang duduk sendirian di depan televisi dalam ruang tengah. Tanpa membuang waktu lagi, Eliza menghampiri ayahnya lalu duduk tepat berada di sebelahnya.     

"Ada hal penting yang ingin aku sampaikan, Pa," ucap Eliza pada seorang pria tua yang tak lain adalah ayahnya sendiri.     

"Apakah ini soal Adi Prayoga?" Rizal Hartanto bisa menebak hal itu. Bukan tanpa alasan, dia sudah jika wanita yang pernah benar-benar dicintainya itu baru saja menabrak mobil dari Adi Prayoga.     

Ada ekspresi terkejut yang ditunjukkan oleh Eliza. Ia tak menyangka jika ayahnya sudah mendengar hal itu. Bahkan belum juga dia menjelaskan, Rizal Hartanto sudah mengatakan sesuatu yang ingin dikatakannya.     

"Dari mana Papa mengetahui hal itu? Apakah jangan-jangan Papa .... " Eliza sudah menduga sejak awal tentang rencana Rizal Hartanto untuk menyelidiki Natasya.     

"Sejak malam itu, Papa sengaja membayar seseorang untuk mengikuti Natasya. Mereka baru saja melaporkan jika wanita itu telah mencoba untuk membunuh Adi Prayoga." Tak pernah disangkanya, seorang wanita yang dulu sangat dicintainya bisa melakukan banyak hal keji dan sangat mengerikan. Rizal Hartanto pun juga harus menerima sebuah kenyataan sangat pahit, saat mengetahui Natasya juga yang telah menyebabkan istrinya mengalami kecelakaan.     

Melihat kesedihan seorang pria yang selama ini telah merawat dan juga menjaganya, hati Eliza teriris perih. Rasanya begitu menyesakkan melihat ayahnya yang biasanya tampak kuat bisa sehancur saat itu.     

"Apakah Papa tak ingin memberikan hukuman pada Tante Natasya?" Eliza mencoba untuk menyakinkan hal itu pada Rizal Hartanto. Dia tak ingin melakukan sesuatu yang justru akan membuat ayahnya terluka.     

Rizal Hartanto terdiam sejenak lalu memandang Eliza yang sejak tadi terus menatapnya. Pria itu bisa melihat dan juga merasakan kegelisahan dan juga sebuah beban yang sangat berat yang harus dipikul anak perempuannya. Dia tak ingin mengorbankan banyak nyawa hanya untuk seorang wanita yang telah menipunya selama ini.     

"Apakah kamu berpikir jika Papa tak akan melakukan apapun pada Natasya? Papa memang mencintainya, bahkan dengan bodohnya Papa justru sangat mencintai seorang wanita yang telah membunuh mamamu. Namun, Papa tak akan membiarkan Natasya mengorbankan nyawa siapapun lagi," tegas Rizal Hartanto dalam wajahnya yang tampak sedih namun perkataannya sangat menyakinkan.     

Rasanya sangat lega mendengar pengakuan itu secara langsung dari ayahnya. Awalnya, Eliza cukup khawatir jika Rizal Hartanto tak mau membantunya untuk memberikan hukuman pada Natasya. Namun semuanya benar-benar tak terduga. Dia sudah sangat yakin akan memberikan sebuah bukti penting yang akan membuat Natasya tak mungkin terlepas dari jerat hukum.     

"Martin menitipkan flashdisk ini untuk Papa. Dia berkata jika Papa pasti akan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan." Akhirnya, Eliza memberikan sebuah bukti terakhir yang dimilikinya. Sebuah bukti penentu yang akan mengurung Natasya dan tak akan mungkin terlepas dengan mudah.     

"Apa isi di dalamnya?" Rizal Hartanto menunjukkan rasa penasarannya. Dia tak bisa menebak apa isi di dalam flashdisk itu.     

"Papa bisa memeriksanya sendiri," jawab Eliza lalu pergi ke kamarnya untuk mengambil laptop miliknya. Dia pun langsung kembali menemui ayahnya untuk melihat sendiri apa yang sudah disiapkan Martin untuk menghentikan Natasya.     

Begitu semua file terbuka, Rizal Hartanto tampak membulatkan matanya dalam wajah yang sangat terkejut. Dia sama sekali tak menyangka jika orang-orang itu terlibat langsung dengan Natasya.     

"Jadi inilah yang membuat Natasya seolah begitu kebal hukum. Aku sendiri yang akan menyeretnya hingga ke dasar." Begitulah respon Rizal Hartanto saat melihat isi dari flashdisk yang dikirimkan oleh Martin. "Bagaimana Martin bisa mendapatkan semua bukti bahkan video-video ini?" tanyanya sembari menatap Eliza yang tampak bingung untuk menjawab pertanyaan itu.     

"Apakah Papa tak pernah mendengar kehebatan dan juga kepintaran Martin? Bahkan Om Davin Mahendra dan juga Om Adi Prayoga saja telah mengakui kehebatan Martin." Eliza sengaja memuji kekasihnya sendiri di hadapan ayahnya. Dia berharap jika suatu saat nanti, Rizal Hartanto bisa mendukung hubungannya dengan Martin.     

Mendengar perkataan anaknya, Rizal Hartanto merasa jika pujian itu terlalu berlebihan. Seakan dia menangkap sebuah isyarat khusus yang sengaja dibangun dalam setiap kalimat itu.     

"Sepertinya kamu sangat mengenal pria itu, Eliza. Apakah kamu sudah berpaling dari Brian Prayoga?" ledek Rizal Hartanto pada anaknya sendiri. Yang dia tahu, anak perempuan kesayangannya itu telah tergila-gila dengan anak dari sang bos mafia. Bahkan tekad kuat Eliza selama ini menjadi jaksa adalah untuk membantu Brian Prayoga jika terjerat hukum.     

Eliza justru terkekeh sendiri mendengar ledekan dari ayahnya. Dia tak pernah melupakan masa-masa di mana dirinya benar-benar tergila-gila pada Brian Prayoga. Bahkan dengan bodohnya, Eliza mengatakan jika dia rela menjadi istri kedua dari pria itu.     

"Apakah Papa sangat bahagia bisa meledekku?" Sebuah senyuman kecut terbit di sudut bibir Eliza. Dia tak menyangka jika ayahnya sendiri bisa mengatakan hal itu. Padahal selama ini, Rizal Hartanto seolah tak peduli dengan apapun yang akan dilakukannya.     

"Papa hanya mengingatkan kamu saja, Sayang," rayu Rizal Hartanto pada anak perempuannya yang sudah mulai kesal karena godaannya.     

Eliza mulai memikirkan sebuah cara agar ayahnya bisa menerima hubungannya dan juga Martin. Dalam hatinya masih belum terlalu yakin jika hakim senior itu akan menyetujui hubungannya dan juga Martin. Apalagi mengingat latar belakang kekasihnya itu, Eliza takut jika tidak akan mendapatkan restu dari satu-satunya orang tuanya.     

"Jika aku akan menikahi seorang pria biasa, apakah papa akan melarangku?" tanya Eliza dalam irama jantung yang mulai tidak teratur. Rasanya sangat mendebarkan menunggu jawaban itu dari seorang Rizal Hartanto.     

"Apa maksudmu pria biasa? Kamu pikir Papa dan juga Brian Prayoga pria luar biasa?" Sebagai seorang ayah, Rizal Hartanto hanya menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Seorang pasangan yang bisa membuat kedua anaknya mendapatkan kebahagiaan utuh yang tak bisa diberikannya.     

Wanita itu justru terkekeh geli mendengar pertanyaan dari ayahnya. Eliza sendiri tak mengerti alasan dirinya dulu bisa tergila-gila pada sosok Brian Prayoga. Namun perasaannya berangsur menghilang, sejak dirinya mulai terpikat dengan orang kepercayaan keluarga Prayoga itu.     

"Bagaimana jika aku jatuh cinta pada seorang penjahat, Pa? Apakah Papa juga akan menentang hubunganku?" tanya Eliza pada ayahnya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.