Bos Mafia Playboy

Kehilangan Barang Bukti?



Kehilangan Barang Bukti?

3"Bagaimana ini, Pa?" Eliza menjadi sangat panik sekaligus takut jika hal buruk akan menimpa mereka semua.     
2

"Kurangi kecepatannya! Cari jalanan yang lebih sepi!" Baru saja Rizal Hartanto mengatakan hal itu pada supirnya, mobil itu mulai tak terkendali.     

Supir itu berusaha keras untuk tetap mempertahankan laju mobilnya agar tetap aman. Namun naas ... mobil itu menabrak pembatas jalanan dan akhirnya terperosok ke parit-parit. Untung saja tidak ada ledakan ataupun kecelakaan fatal pada mereka semua.     

"Apa Anda baik-baik saja, Tuan?" Meskipun dengan kepala yang sedikit berdarah, supir itu tetap mengkhawatirkan keadaan majikannya.     

Rizal Hartanto seakan tak mendengar hal itu, dia terlalu fokus pada keadaan Eliza yang tampak tak baik-baik saja. Anak perempuannya itu terkena benturan keras hingga dahinya mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.     

"Bantu Eliza untuk keluar dari mobil!" perintah Rizal Hartanto pada supirnya. Dia pun segera keluar dari dalam mobil itu secepatnya. Ada firasat buruk yang dirasakannya sejak ia dan juga Eliza mulai keluar dari rumah.     

Baru saja supir itu membantu Eliza yang tampak hampir kehilangan kesadarannya untuk keluar dari mobil, tiba-tiba saja ... sebuah mobil berhenti di dekat pembatas jalan yang rusak. Kemudian keluarlah beberapa orang pria tak dikenal lalu menembaki mobil itu.     

Dalam sekejap, terdengar suara ledakan yang cukup keras menghancurkan mobil dan seisinya. Untung saja, mereka berada cukup jauh dari mobilnya.     

"Apakah kamu membawa ponsel? Panggilkan ambulans secepatnya!" perintah Rizal Hartanto pada supirnya.     

"Pa!" panggil Eliza dengan suara lirih karena berada di ambang kesadarannya. "Bagaimana dengan bukti-bukti itu? Kita tak sempat menyelamatkannya ... semuanya telah terbakar di dalam mobilnya." Tak ada hal lain yang dipikirkan oleh Eliza. Dia merasa jika usaha yang dilakukannya selama ini telah sia-sia. Wanita itu juga takut untuk mengecewakan Imelda dan juga keluarganya.     

Rizal Hartanto memeluk anaknya dalam perasaan yang hancur. Dia sangat tahu siapa yang tega mencelakainya itu. Meskipun mereka semua masih selamat, perbuatan Natasya padanya benar-benar sangat keterlaluan.     

"Tenanglah, Eliza. Yang terpenting kamu selamat, hal lainnya bisa kita pikirkan nanti." Sebagai seorang ayah, hati Rizal Hartanto sangat hancur melihat Eliza terluka hingga hampir kehilangan kesadarannya. Dia merasa telah gagal melindungi anaknya sendiri.     

Tak peduli dengan keselamatan dan juga rasa sakit yang melandanya, Eliza justru mengkhawatirkan beberapa bukti yang dengan susah payah didapatkannya dan juga Martin. Wanita itu merasa gagal untuk menjalankan sebuah misi yang telah diberikan oleh kekasihnya.     

"Tak bisa seperti itu, Pa. Imelda dan juga mereka semua telah mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan bukti itu. Dan aku justru menghancurkannya." Tanpa sadar, air mata mengalir di wajah Eliza. Dia merasa sangat tak berguna untuk melakukan segalanya.     

"Semua sudah takdir, Eliza. Inilah yang harus kita jalani," sahut Rizal Hartanto untuk menghibur anak perempuannya. Namun perkataannya itu justru membuat Eliza merasa jika ayahnya sengaja menghilangkan bukti itu.     

Eliza sama sekali tak bisa menerima hal itu. Dia bisa merasakan jika ayahnya mengatakan hal itu seakan tanpa beban sedikit pun.     

"Apakah Papa merasa senang sekarang? Paling tidak, kekasih Papa akan tetap bebas berkeliaran untuk melakukan kejahatan yang lebih banyak lagi," celetuk Eliza dalam emosinya yang mulai tidak stabil. Dia masih saja berpikiran buruk tentang sosok pria yang sedang berada di sebelahnya itu.     

Sebuah kekecewaan dan juga kecurigaan yang begitu besar mengusik hati Eliza. Dia sama sekali tak bisa memikirkan hal lainnya. Hingga ambulans datang, wanita itu terus saja meluapkan kekesalan dan juga kekecewaannya. Eliza tak tahu harus menjelaskan apa pada Imelda, Brian dan juga kekasihnya.     

"Tenanglah, Eliza! Yang paling penting kita semua selamat." Rizal Hartanto tampak sedikit tenang saat anak perempuannya sudah mendapatkan pertolongan pertama. Setidaknya tindakan itu bisa menghentikan darah yang sejak tadi mengalir dari dahinya.     

"Sepertinya Papa mengatakan hal itu tanpa beban sedikit pun. Tidakkah Papa memikirkan perasaanku?" Eliza langsung memalingkan wajahnya dan tak ingin melihat ayahnya sendiri. Rasanya dia sangat kecewa atas segala bentuk respon dan juga tanggapan dari seorang Rizal Hartanto.     

Pria itu sama sekali tak memberikan jawaban apapun pada anaknya. Rizal Hartanto tak ingin memikirkan apapun selain keselamatan anaknya. Hingga tak berapa lama, mereka sudah sampai di sebuah rumah sakit. Eliza dan juga ayahnya langsung mendapatkan penanganan medis. Begitu pula dengan seorang supir yang tadi juga bersama dengan ayah dan anak itu.     

Setelah melakukan pemeriksaan, Rizal Hartanto dinyatakan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Namun Eliza harus melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan karena benturan keras yang mengenai kepala. Pihak rumah sakit khawatir jika pasien mengalami gegar otak. Terlebih, beberapa kali Eliza mengeluhkan rasa sakit di kepalanya.     

"Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada anak saya, Dok. Jangan sampai ada luka sekecil apapun yang terlewat," ucap Rizal Hartanto pada seorang dokter yang baru saja menjelaskan kondisi Eliza. Dia bisa melihat jika anaknya itu tidak baik-baik saja.     

Beberapa kali Eliza tampak memegangi kepalanya. Hal itu membuat Rizal Hartanto sangat panik dan juga takut jika anak perempuannya kenapa-kenapa.     

"Fokuslah pada kesembuhanmu dulu. Biar Papa yang mengurus semuanya." Begitulah perkataan Rizal Hartanto pada anaknya. Dia tak ingin jika Eliza harus mengabaikan kondisinya untuk mengurus masalah itu.     

"Apa yang bisa Papa lakukan? Kita sudah tak memiliki bukti apapun!" Eliza mengatakan hal itu dalam wajahnya yang memerah karena menahan amarah yang sejak tadi ditahannya. Rasa sakit di kepalanya membuatnya langsung terdiam sembari memejamkan mata karena mencoba untuk menahan rasa sakit.     

Rizal Hartanto langsung panik dan memanggil dokter yang menangani Eliza. Dia tak tega menyaksikan Eliza yang terlihat sangat menderita.     

"Lakukan apapun untuk mengurangi rasa sakitnya, Dok!" celetuk sang hakim senior pada seorang dokter yang menangani anaknya.     

"Kami akan segera melakukan CT-scan untuk memastikan kondisinya." Dokter itu dan beberapa perawat bergegas membawa Eliza untuk melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan.     

Tak berapa lama setelah Eliza dibawa ke ruang pemeriksaan, Johnny Hartanto baru saja datang ke IGD rumah sakit itu.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?" tanya Johnny Hartanto pada ayahnya yang masih terlihat cemas dengan wajah yang sedikit terluka.     

"Sepertinya ada seseorang yang sengaja ingin mencegah aku dan Eliza untuk menyerahkan bukti ke penyidik," jawab Rizal Hartanto dalam tatapan penuh penyesalan.     

Johnny Hartanto memperlihatkan keterkejutan di wajahnya. Dia tak mengetahui apapun tentang kasus berbahaya yang sedang ditangani oleh ayah dan juga adiknya.     

"Siapa yang berani melakukan hal ini pada Papa dan juga Eliza?" Johnny Hartanto kembali menanyakan hal itu pada ayahnya. "Kita harus memberikan pelajaran pada mereka," lanjutnya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.