Bos Mafia Playboy

Bukti Terakhir Dan Terpenting



Bukti Terakhir Dan Terpenting

1Rizal Hartanto menajamkan tatapannya kepada Eliza. Dia cukup terkejut saat mendapatkan pertanyaan itu dari anak perempuan yang cukup dibanggakannya.     1

"Apa kamu pikir Brian Prayoga bukan penjahat? Jelas-jelas keluarganya memiliki bisnis ilegal dan kamu sangat tahu hal itu. Apakah Papa pernah melarangmu mencintai seorang bos mafia itu?" Rizal Hartanto sengaja mengungkit hal itu. Selama ini, dia memang tak setuju saat Eliza mengejar seorang pria yang jelas-jelas telah menolaknya. Walaupun demikian, tak pernah sekalipun dia melarang anak perempuannya itu untuk berjuang mendapatkan cinta.     

Sebuah senyuman tulus terukir begitu jelas di wajah seorang wanita yang menjalin hubungan dengan Martin itu. Eliza tentunya sangat ingat, jika ayahnya tak pernah memaksakan apapun padanya.     

"Terima kasih, Pa. Aku bahagia bisa memiliki Papa yang selalu mendukung semua yang kulakukan." Dalam gerakan yang cukup pelan, Eliza memeluk seorang pria yang selama ini telah merawat dan juga menjaganya.     

"Papa sangat yakin jika kamu kamu bisa membedakan mana yang baik dan mana yang terbaik. Selama itu tidak membahayakan dirimu, papa akan selalu mendukungmu," ujar Rizal Hartanto bersamaan dengan belaian lembut yang mendarat di kepala anak perempuannya.     

Sebagai seorang ayah, Rizal Hartanto sangat mengenal anaknya. Dia sangat tahu jika Eliza bukanlah sosok perempuan yang bisa dipaksa. Oleh karena itu, pria itu lebih memilih untuk memberikannya kebebasan pada anaknya. Namun tetap terus menjaganya dan juga melindunginya dengan tersembunyi.     

Setelah itu, Eliza mengeluarkan sebuah bukti penting yang mereka dapatkan dari Yudha Fabian. Dia sangat yakin jika dengan campur tangan ayahnya, urusan menyangkut Natasya akan lebih cepat untuk di tangani.     

"Ini bukti terakhir dan paling penting yang sudah kita dapatkan untuk menjerat Tante Natasya. Semoga Papa bisa segera memberikan hukuman pada wanita yang begitu jahat dan tega kepada kita semua." Eliza menyerahkan semua bukti-bukti yang telah diberikan oleh Yudha Fabian saat mereka mendatangi rumahnya.     

Meskipun memberikan hukuman pada Natasya adalah hal yang sangat berat baginya, Rizal Hartanto sudah mantapkan diri untuk melupakan perasaannya pada wanita itu. Dia tak ingin rasa cintanya membutakan hati dan juga akal sehatnya. Pria itu tak peduli lagi, meskipun Natasya adalah cinta pertamanya. Segala kejahatan yang telah dilakukan oleh wanita itu, benar-benar tak bisa ditolerir lagi.     

"Papa akan membantumu untuk memberikan semua bukti pada tim penyidik. Semoga kali ini, Natasya tidak bisa lolos dari jerat hukum yang seharusnya telah diterimanya sejak dulu," ucap Rizal Hartanto penuh harap. Dia harus melakukan sesuatu agar Natasya benar-benar mendapatkan hukuman setimpal atas kesalahannya.     

Tak berapa lama, Eliza bangkit dari tempat duduknya. Kemudian memandang ayahnya yang juga sedang menatap dirinya.     

"Aku harus pergi sebentar untuk menemui seseorang untuk mendiskusikan kasus Tante Natasya. Mungkin aku juga harus mencari bantuan seorang Jaksa senior yang memiliki lebih banyak pengalaman dariku," pamit Eliza pada ayahnya.     

"Sebenarnya tanpa bantuan dari jaksa senior sekalipun, Papa sangat yakin jika kamu pasti bisa menangani kasus ini. Namun tak masalah jika hal itu bisa membuatmu merasa lebih baik setidaknya hal itu bisa meyakinkan dan membangun kepercayaan dirimu." Rizal Hartanto tak pernah meremehkan anaknya. Meskipun usia Eliza masih sangat muda, dia yakin anak perempuannya itu bisa melakukan segalanya dengan sangat baik.     

"Papa terlalu memujiku." Eliza mengulum senyuman malu-malu karena sang ayah yang begitu terang-terangan memujinya. "Aku pergi sekarang, Pa," pamit seorang wanita yang tampak sangat bersemangat untuk menyelesaikan kasus dari kekasih ayahnya.     

Pria itu bangkit dari kursi tempatnya duduk lalu mengantarkan Eliza sampai dalam mobil. Rizal Hartanto bisa melihat jika anak perempuan itu telah berusaha sangat keras. Dia tak ingin melihat Eliza kecewa setelah melakukan begitu banyak usaha untuk menangani kasus itu.     

Begitu mobil Eliza tak terlihat lagi, Rizal Hartanto memasuki ruang kerjanya. Pria itu memeriksa beberapa bukti yang telah dikumpulkan oleh Eliza dengan susah payah. Dia akan memastikan jika jerih payah anak perempuannya tak akan sia-sia.     

Berulang kali, Rizal Hartanto memijat pelipisnya. Rasanya terlalu memusingkan mengetahui begitu banyak kejahatan yang telah dilakukan oleh kekasihnya. Dia tak sadar jika selama bertahun Natasya melakukan banyak hal menjijikkan di belakangnya.     

"Aku butuh sedikit bantuan mu," ucap Rizal Hartanto sembari memegang ponsel di dekat telinganya.     

"Lakukan secepatnya! Untuk urusan lainnya, biar aku yang mengurus," tegas Rizal Hartanto dalam wajahnya yang sangat serius. Pria itu tak ingin membuang waktu sedikit pun. Dia akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan beberapa tahun silam.     

Malam itu, Rizal Hartanto menyiapkan barang bukti yang besok paginya akan diserahkan ke pihak berwajib. Untuk memastikan segalanya, pria itu hampir saja tak tidur semalaman. Dia tak mau segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Eliza menjadi sia-sia atas kesalahannya.     

Semalaman, ayah dari Johnny dan juga Eliza Hartanto itu juga sibuk menghubungi beberapa orang. Bahkan beberapa orang juga tampak mendatangi rumahnya. Suasana menjadi sedikit menegangkan karena kondisi darurat yang serasa melanda sang hakim senior.     

Hari itu akhirnya berlalu, keesokan paginya .... Rizal Hartanto sudah berpakaian rapi dan duduk di meja makan. Dia sedang menunggu Eliza untuk keluar dari kamarnya.     

"Selamat pagi, Pa," sapa Eliza sangat bersemangat. Wanita itu tampak cantik dengan balutan busana formal yang sangat modis. Dengan setelan warna senada menambah elegan penampilan Eliza pagi itu.     

"Hari ini kamu sangat bersemangat, Eliza." Rizal Hartanto bisa melihat jika anak perempuannya itu lebih berseri dari hati biasanya.     

Eliza tersenyum hangat penuh arti. Selama hidupnya, dia tak pernah menangani sebuah kasus yang terlalu besar seperti kasus Natasya. Dia berjanji pada dirinya sendiri, sebelum wanita itu menerima hukumannya .... Eliza tak akan pernah berhenti untuk menjerat Natasya.     

Pasangan ayah dan anak itu akhirnya menikmati sarapan mereka. Begitu selesai, Rizal Hartanto lalu bangkit dari kursi dan bersiap untuk berangkat menemui tim penyidik yang sebelumnya sudah dihubungi.     

"Bolehkah aku pergi dengan Papa? Aku ingin memastikan jika Papa benar-benar membawa semua bukti itu pada orang yang tepat." Eliza tampak mencemaskan sesuatu di dalam hatinya.     

"Sepertinya kamu masih meragukan papamu sendiri," sahut Rizal Hartanto pada anak perempuan yang tampak sangat cantik pagi itu. "Jika masih tak percaya, mari kita pergi bersama." Pria itu mengambil tas kerjanya dan sebuah paper bag yang sudah disiapkan sejak semalam. Rizal Hartanto tampak membawa banyak barang di tangannya.     

Mereka berdua lalu berangkat dengan sebuah mobil dan seorang supir. Awalnya semua tampak baik-baik saja. Namun tiba-tiba saja ....     

"Sepertinya rem mobil ini blong, Tuan!" panik supir itu pada majikannya.     

Mobil yang tadinya melaju kencang, menjadi tidak stabil. Supir itu berusaha untuk mengendalikan mobil itu dengan segala kekuatan yang dimilikinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.