Bos Mafia Playboy

Kecerobohan Rizal Hartanto?



Kecerobohan Rizal Hartanto?

2Malam harinya, Brian dan Imelda sengaja bertemu dengan Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga. Lebih tepatnya mereka meminta dua pria itu untuk datang ke rumahnya. Bukan tanpa alasan, pasangan suami istri itu berpikir jika sebuah tempat yang paling aman adalah di villa yang selama ini dipakainya sebagai tempat tinggal.      0

Setelah menunggu beberapa lama akhirnya kedua pria yang sejak tadi sudah ditunggunya pun tiba. Ada tatapan penuh tanya yang tampak sangat jelas di wajah Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga. Secara kebetulan mereka berdua datang di waktu yang hampir bersamaan, hanya berselang beberapa menit saja.     

"Untuk apa kalian meminta kami datang malam-malam begini?" tanya Davin Mahendra pada anak dan juga menantunya. Dia sangat yakin jika sesuatu yang buruk sedang terjadi. Hal itu di tunjukan dalam wajah cemas yang terukir di wajah mereka berdua.     

"Ada hal buruk yang sedang menimpa Rizal Hartanto dan juga Eliza. Beberapa orang bayaran sengaja dikirimkan untuk menghancurkan semua barang bukti yang kebetulan akan dibawa oleh mereka ke penyidik. Mobil mereka habis terbakar. Untung saja Eliza dan ayahnya selamat," ungkap Brian Prayoga pada dua pria yang tampak sangat serius mendengarkan penjelasannya.     

Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga saling memandang satu sama lain. Mereka sudah menduga jika hal itu pasti akan terjadi. Dari awal mereka berdua sangat yakin jika Natasya tak mungkin membiarkan Eliza dan juga ayahnya menyerahkan semua barang bukti itu.     

"Seperti dugaan kita, Natasya benar-benar melakukan hal menjijikan ini. Rasanya aku sudah tak tahan ingin menghabisinya dengan tanganku sendiri," celetuk Adi Prayoga dalam wajah yang mulai geram mendengar insiden itu.     

"Apa yang harus kita lakukan, Pa? Kita sudah tidak memiliki bukti apapun untuk menjerat Mama." Brian menunjukkan wajah frustrasi di hadapan mereka. Dia tak habis pikir jika ibunya akan melakukan hal sekeji.     

Tak hanya Brian saja, Adi Prayoga juga sangat cemas jika nantan istrinya itu kembali berusaha untuk menyakiti menantunya. Pria itu pun memikirkan sebuah cara agar Natasya tidak bisa melukai Imelda dan juga calon cucunya.     

"Untuk sementara kalian berdua jangan meninggalkan rumah ini. Tentu saja di luar jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan berada di medan perang. Natasya pasti akan menargetkan Imelda dan berusaha untuk melukainya lagi," peringat Adi Prayoga pada anak dan juga menantu kesayangannya.     

"Tapi, Pa ... kita harus mencari bukti baru kejahatan Mama Natasya. Akan lebih buruk jika kita hanya berdiam diri dan membiarkan Mama Natasya melakukan banyak hal yang lebih berbahaya," sahut Imelda Mahendra dalam wajahnya yang begitu cemas dan juga sangat gelisah.     

Imelda tak mungkin hanya berdiam diri, membiarkan Natasya terus melakukan kejahatan dan juga bertindak semena-mena kepada semua orang. Dia tak ingin jika ibu mertuanya itu semakin menyeret orang-orang yang tidak bersalah dan juga tak tahu apa-apa. Tak perlu ada nyawa baru yang terpaksa lenyap karena keegoisan seorang Natasya.     

Davin Mahendra yang sejak tadi memilih untuk diam, akhirnya angkat bicara. Dia yakin jika keadaannya tidak seburuk itu. Terlebih ... dia sangat tahu bagaimana seorang pria seperti Rizal Hartanto.     

"Kupikir Rizal Hartanto tak mungkin melakukan hal sebodoh itu. Dia pasti bisa memprediksi, apa yang akan terjadi. Apalagi sampai melakukan kecerobohan yang sangat fatal ... itu bukanlah seorang hakim sekelas Rizal Hartanto," terang seorang pria yang sejak tadi hanya menjadi pendengar yang baik atas perbincangan mereka     

Davin Mahendra memiliki pemikirannya sendiri. Walaupun selama ini, dia tak cukup dekat dengan ayah jadi Eliza itu ... namun Davin Mahendra cukup mengetahui rekam jejak seorang Rizal Hartanto sebagai seorang hakim yang cukup dielu-elukan dan terkenal tak pandang bulu.     

"Apa maksud, Papa?" Imelda sangat penasaran dengan ucapan dari ayahnya. Dia mencoba untuk memahami setiap kata yang keluar dari mulut Davin Mahendra.     

"Kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya. Papa yakin jika Rizal Hartanto pasti akan melakukan sesuatu pada kekasihnya itu. Terlebih ... Natasya yang telah membuat istrinya tewas dalam sebuah kecemasan." Entah sebuah keyakinan dari mana, Davin Mahendra sangat yakin jika segalanya tak seburuk yang kelihatan. Dia justru sangat mengkhawatirkan keselamatan Imelda dan juga anaknya.     

Malam itu ... setelah meninggalkan sebuah tanda tanya besar, Davin Mahendra pamit untuk pergi dari sana. Dia beralasan akan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda selama masa cutinya.     

Tinggallah Adi Prayoga yang masih duduk dengan anak dan juga menantunya. Mereka masih saja terdiam dan juga tenggelam dalam pemikirannya masing-masing. Masih meraba-raba setiap kalimat yang diucapkan oleh Davin Mahendra sebelum meninggalkan rumah itu.     

"Apa Papa mengetahui arah pembicaraan dari Papa Davin?" tanya Brian Prayoga pada ayahnya. Dia berharap jika Adi Prayoga bisa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai perkataan ayah mertuanya.     

"Aku tidak yakin dengan hal itu. Lebih baik kita menunggu dua hari ke depan, semoga saja apa yang kita khawatirkan tidak benar-benar terjadi." Adi Prayoga hanya bisa mengharapkan sesuatu yang baik untuk mereka semua. Dia juga tak rela jika ada yang harus kembali terluka karena Natasya.     

Brian dan Imelda saling memandang satu sama lain, mereka juga tak terlalu yakin dengan sesuatu yang sedang dipikirkannya.     

"Lebih baik kalian beristirahat, ini sudah sangat malam. Papa juga akan beristirahat di kamar." Adi Prayoga bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju ke sebuah kamar dipakainya jika menginap di rumah itu.     

Pasangan itu lalu beranjak masuk ke kamarnya. Imelda tak langsung beristirahat, ia justru duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari jendela kaca di kamarnya.     

"Brian .... Tidakkah kamu merasa jika Papa seolah mengetahui sesuatu? Apakah kamu juga melihat saat Papa Davin masih bisa bersikap cukup tenang saat mendengar kabar itu?" tanya Imelda pada suaminya yang sudah akan berbaring di sebuah ranjang besar dalam kamar itu.     

"Aku juga melihatnya, Sayang. Semoga saja semuanya bisa segera diatasi. Jangan sampai Mama melakukan lebih banyak kejahatan lagi," sahut Brian dalam segala pertanyaan yang sejak tadi sangat mengganggunya.     

Brian lalu bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati istrinya. Dia pun duduk tepat di sebelah wanita yang sedang mengandung anaknya. Dengan sangat lembut dan penuh perasaan, pria itu menyentuh jemari Imelda lalu mengecup pelan punggung tangan wanita itu. Rasanya Brian tak tega melihat istrinya terlalu cemas dengan insiden kecelakaan Eliza.     

"Ayo kita beristirahat, Sayang. Akan banyak pekerjaan yang harus kita lakukan besok pagi," bujuk Brian pada sosok wanita yang sejak tadi terus memandangi keadaan di sekitar rumah itu.     

Hingga tak berapa lama, terdengar deru mesin mobil melewati gerbang rumah itu.     

"Bukankah itu Papa? Kemana Papa akan pergi?" Imelda berpikir jika Adi Prayoga sedang merencanakan sesuatu sendirian.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.