Bos Mafia Playboy

Jangan Ikut Campur!



Jangan Ikut Campur!

1Imelda dan juga Brian sama sekali tak menyalahkan Eliza. Mereka sangat tahu jika wanita itu sudah berusaha keras untuk melakukan yang terbaik. Tak ada yang harus mereka salahkan, semuanya sudah takdir.      0

"Yang terpenting adalah keselamatanmu, Eliza. Kita bisa mencari bukti lainnya nanti," ucap Imelda dengan senyuman tipis yang terlukis di wajahnya.     

Martin juga tak bisa mengatakan apapun, dia hanya memandangi kekasihnya itu penuh kasih sayang. Hal itulah yang selama ini dikhawatirkan oleh pria itu. Dia tak ingin melibatkan Eliza dalam sebuah situasi yang akan membahayakan bagi kekasihnya.     

"Pulihkan kondisimu dulu. Jangan memikirkan apapun! Aku akan mencari cara untuk memperbaiki semuanya." Martin berusaha untuk menenangkan hati kekasihnya. Rasanya tak tega saat Eliza harus terluka berada dalam situasi seperti itu.     

"Tapi, Martin ... aku telah mengacaukan segalanya," sesal Eliza dalam suara terbata karena merasa tertekan atas kesalahannya itu. Tanpa sadar, perempuannya itu meneteskan air mata di wajahnya. Rasanya sangat berat harus menanggung semuanya.     

Seketika itu juga, Martin memeluk kekasihnya. Dia tak tega melihat Eliza yang tampak sangat menyesali semuanya. Padahal mereka semua sama sekali tak menyalakannya, semua yang terjadi berada di luar kendalinya.     

"Tenanglah, Eliza! Semua akan baik-baik saja." Kali ini giliran Brian yang ikut menghibur Eliza. Dia juga tak tega melihat kondisinya yang begitu lemah dengan kepala yang terluka.     

Brian dan juga Imelda saling memandang satu sama lain. Mereka saling melemparkan sebuah isyarat yang pastinya bisa dimengerti oleh pasangan itu.     

"Temani saja dulu Eliza di sini, Martin. Aku dan Imelda ada urusan sebentar," pamit Brian pada seorang pria yang selama ini banyak berjasa bagi Keluarga Prayoga.     

"Mau kemana kamu, Brian? Jangan pergi ke tempat yang akan membahayakan nyawa kalian!" Martin pastinya sangat khawatir jika mereka berdua akan menjemput bahaya. Apalagi, situasinya sedang tak bersahabat. Natasya bisa saja melakukan banyak hal yang lebih berbahaya daripada yang sudah dilakukannya pada Eliza dan juga Rizal Hartanto.     

Brian dan juga Imelda cukup paham dengan kekhawatiran Martin. Pria itu yang selama ini telah menjaga dan juga melindungi mereka dari berbagai bahaya. Bahkan kepedulian Martin melebihi seorang anak buah dan juga atasan. Dia menganggap Keluarga Prayoga adalah keluarganya sendiri.     

"Jangan terlalu mengkhawatirkan kami, Martin. Kami berdua akan menjaga diri. Yang terpenting, Eliza sembuh dulu. Jangan sampai dia terus merasa bersalah. Jelas-jelas, kekasihmu ini sama sekali tak melakukan kesalahan," terang Imelda Mahendra pada pasangan kekasih yang sejak tadi terus menatap ke arahnya.     

Martin tak mungkin memaksakan mereka berdua untuk tetap tinggal. Dia sendiri juga tak tega jika harus membiarkan Eliza berada di sana sendirian. Mau tak mau, ia pun harus merelakan kepergian mereka.     

"Berhati-hatilah! Jangan sampai aku melihat kalian terluka!" Walaupun terdengar seperti sebuah ancaman, kalimat itu adalah wujud kepedulian Martin atas Brian dan juga Imelda. Dia hanya tak ingin melihat mereka terluka, apalagi sampai harus kehilangan nyawanya.     

Tak ingin membuang waktu lagi, Brian dan juga Imelda bergegas keluar dari ruangan itu. Mereka harus melakukan sesuatu agar Natasya segera ditangkap. Baru juga sampai di depan lobby rumah sakit, mereka berdua berpapasan dengan Rizal Hartanto dan anak laki-lakinya. Mereka pun sama-sama menghentikan langkah dan berdiri saling berhadapan.     

"Apakah Om Rizal Hartanto sama sekali tak ingin memberikan sebuah hukuman pada Mama Natasya? Jelas-jelas Mama Natasya sedang berusaha untuk mencelakakan Anda dan juga Eliza," ucap Brian dalam wajahnya yang begitu cemas. Dia tak ingin jika Keluarga Hartanto harus menanggung semuanya.     

"Aku tahu itu, Brian. Bahkan aku lebih lama mengenal ibumu. Meskipun aku masih belum mempercayai semuanya, aku sangat yakin jika Natasya bisa melakukan apapun yang lebih buruk dari ini." Tak bisa dipungkiri, kecelakaan yang menimpa Rizal Hartanto dan juga Eliza itu telah menjadikan tekanan bagi mereka berdua.     

Mereka semua mendengarkan ucapan Rizal Hartanto dengan sangat serius. Tak ada orang lain yang lebih mengenal Natasya di bandingkan dengan ayah dari Eliza dan juga Johnny Hartanto itu.     

"Kita harus melakukan sesuatu untuk memberikan hukuman pada Mama Natasya, Om. Jangan sampai Mama bebas berkeliaran setelah berusaha untuk mencelakakan Om dan juga Eliza." Brian tak bisa menahan diri untuk tidak mengatakan hal itu. Dipikirkan seribu kali sekali pun, dia tetap tak bisa menerima segala bentuk kejahatan yang telah dilakukan oleh ibunya.     

"Tenanglah, Brian. Tak perlu membahayakan dirimu. Biarkan Natasya melakukan apapun yang ingin dilakukannya, asalkan tak menyinggung kita," balas Rizal Hartanto dengan sebuah jawaban yang justru menimbulkan banyak tanda tanya bagi mereka.     

Brian dan juga Imelda sedang berusaha keras untuk mengartikan jawaban dari hakim senior itu. Mereka tak menyangka jika seorang Rizal Hartanto akan melakukan hal seperti itu. Seakan pria tua itu sedang melindungi kejahatan dari kekasihnya sendiri.     

"Apa maksud Om Rizal? Apakah Anda akan membiarkan Mama Natasya terus melakukan kejahatan?" tanya Imelda pada seorang pria yang berdiri di sebelah anak laki-lakinya.     

"Apakah tak cukup Papa melindungi wanita itu selama ini? Selama ini aku hanya diam saja dengan apapun yang Papa lakukan. Namun sekarang, aku tak akan diam saja kalau Papa melindungi penjahat itu," celetuk Johnny Hartanto yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka.     

Selama ini, Johnny Hartanto selalu saja menahan dirinya agar tidak terlalu ikut campur urusan ayahnya. Sebisa mungkin, ia berusaha untuk tidak terlibat langsung dengan hubungan ayahnya dan juga Natasya. Namun sekarang, pria itu sama sekali tak mampu menahan dirinya lagi. Dia akan melakukan apapun untuk melindungi orang-orang yang disayanginya.     

"Jangan ikut campur dengan urusan papa! Lebih baik kamu fokus pada pekerjaan dan juga urusanmu sendiri!" tegas Rizal Hartanto pada kakak laki-laki dari Eliza Hartanto. Yang tak lain adalah anaknya sendiri. Pria itu tak ingin melibatkan anaknya dalam rumitnya hubungan diantara mereka.     

"Apa! Apakah Papa lebih membela wanita itu? Di mana kejujuran dan juga tanggung jawab yang selama ini selalu Papa ajarkan padaku? Aku tak menyangka jika Papa akan melakukan hal sehina itu." Johnny Hartanto mencerca ayahnya dengan banyak kata-kata. Dia tak ingin melihat ayahnya menjadi sosok pria yang melindungi kejahatan.     

Rizal Hartanto menatap tajam anaknya sendiri. Sebelumnya, Johnny Hartanto tak pernah berbicara kasar kepadanya. Namun yang didengarnya sekarang ... sangat jauh berbeda dari anak laki-laki yang selama ini sangat menghormatinya.     

"Hentikan omong kosongmu, John!" bentak seorang pria yang selama ini menjadi seorang hakim yang sangat disegani oleh banyak orang.     

Rizal Hartanto tak ingin memperkeruh suasana diantara mereka. Dia hanya ingin mereka semua tenang menghadapi seorang wanita seperti Natasya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.