Bos Mafia Playboy

Berita Menggemparkan



Berita Menggemparkan

0"Apa maksudmu, Sayang?" Brian tampak sangat cemas dan ikut berdiri tak jauh dari jendela di kamarnya. Sayangnya, ia tak sempat melihat mobil ayahnya yang meninggalkan halaman depan rumah itu.     
0

"Sepertinya Papa sengaja diam-diam pergi meninggalkan rumah malam ini." Imelda masih saja tak mengalihkan pandangan dari gerbang keluar dan masuk rumah itu. Ada rasa penasaran yang terlalu mengusik hatinya dan memaksanya untuk mengetahui alasan dibalik perginya seorang Adi Prayoga.     

Tak terlalu mendengarkan ucapan dari suaminya, Imelda justru langsung bergegas keluar dari kamar. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu, dia langsung menuju ke tempat dimana para bodyguard dan juga penjaga rumah itu berada.     

"Apa kalian tahu ... kemana Papa akan pergi?" tanya Imelda dalam wajah yang tidak sabar, untuk menunggu jawaban dari pria-pria yang berada di ruangan itu.     

Tampak ekspresi terkejut yang ditunjukkan oleh beberapa pria itu melihat Imelda yang tiba-tiba berada di sana. Tak biasanya wanita itu datang sendirian untuk menemui mereka.     

"Bos mengatakan jika ingin menemui Rizal Hartanto. Namun kami semua tidak ada yang tahu alasan apa yang membuat Bos Prayoga ingin menemui hakim itu," jelas salah satu pria yang berada diantara beberapa yang lain. Mereka semua sama sekali tidak mengetahui sebuah alasan yang membuat Adi Prayoga ingin menemui pria itu. Jelas-jelas hubungan mereka sama sekali tidak terlalu dekat.     

Tanpa mengatakan apapun lagi, Imelda kembali masuk kedalam rumah. Di saat yang bersamaan, Brian baru saja berjalan cepat untuk menyusul istrinya. Mereka berdua saling melemparkan pandangan satu sama lain.     

"Ada apa, Sayang? Kamu tampak sangat panik ... Apakah hal buruk sedang terjadi?" tanya Brian pada seorang wanita yang sedang mengandung anaknya. Dia ikut mencemaskan keadaan dari Imelda. Apalagi wanita itu nampak kelelahan sekali setelah melakukan banyak kesibukan bersamanya.     

"Mereka mengatakan jika Papa pergi untuk menemui Rizal Hartanto. Apa yang sebenarnya Papa rencanakan? Apakah hal itu akan membahayakan dirinya? Aku khawatir ... bahkan aku sangat mengkhawatirkan Papa. Aku sangat takut jika Mama Natasya kembali berusaha untuk mencelakai papa." Imelda tak bisa berpikir tenang. Terlalu banyak hal yang menjadikan kekawatiran dan juga kecemasannya. Bukan tanpa alasan, sudah beberapa kali Adi Prayoga harus menghadapi maut. Untung saja takdir selalu saja menyelamatkannya dari bahaya apapun.     

Brian tentu saja sangat mengerti dengan perasaan istrinya. Dia sangat tahu jika Imelda begitu menyayangi ayahnya. Bahkan wanita itu sudah menganggap ayahnya seperti ayah kandungnya sendiri. Terlepas dari segala kesalahan yang telah dilakukan oleh kedua keluarga itu.     

"Tenanglah, Sayang. Aku akan menghubungi Papa sekarang juga dan menanyakan alasan Papa menemui Rizal Hartanto di tengah malam seperti ini." Brian mencoba untuk menenangkan istrinya. Dia tak mau Imelda panik dan justru akan mempengaruhi kesehatannya dan juga anak di dalam perutnya.     

Saat itu juga Brian langsung menghubungi ayahnya. Sudah beberapa kali melakukan panggilan, Adi Prayoga tak kunjung menerimanya. Hal itu membuat Brian menjadi semakin mengkhawatirkan keselamatan ayahnya.     

Walaupun keadaannya cukup mengkhawatirkan Brian tak ingin memperlihatkan hal itu kepada Imelda. Dia tak mau jika istrinya itu terlalu tertekan karena memikirkan banyak hal yang tentu saja akan menguras hati dan juga pikirannya.     

"Panggilannya tidak dijawab. Apakah yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Papa?" tanya Brian dalam segala kegelisahan di dalam hatinya.     

Sempat terdiam sebentar saat mendengar pertanyaan dari suaminya, Imelda pun lalu merebut ponsel dari tangan Brian lalu menghubungi ayahnya. Dia berharap jika Davin Mahendra bisa memberikan sebuah jawaban atas kepergian ayah mertuanya.     

"Aku akan menghubungi Papa Davin." Imelda bergumam lirih sembari mencari nomor telepon ayahnya di ponsel Brian. Saking cemasnya, tangan wanita itu sampai bergetar dengan hati yang sangat berdebar-debar tak karuan.     

Setelah menunggu beberapa saat, Imelda sama sekali tak mendapatkan jawaban atas panggilan itu. Dia semakin takut jika terjadi apa-apa dengan kedua ayahnya.     

"Papa Davin juga tak menjawab panggilannya, Brian," ucap Imelda dalam ucapan yang terdengar terbata-bata. Dadanya seakan ingin meledak berada di situasi yang sangat mencekam baginya.     

Menangkap kegelisahan yang dirasakan oleh istrinya, Brian langsung memeluk hangat wanita cantik yang berdiri dengan wajah panik. Rasanya tak rela membiarkan Imelda berada dalam situasi itu.     

"Ini sudah lewat tengah malam, Sayang. Lebih baik kita beristirahat lalu esok hari kita bisa langsung mencari Papa. Aku sangat yakin jika mereka akan baik-baik saja." Brian mencoba untuk membujuk istrinya agar mau beristirahat. Tak baik jika seorang wanita hamil kurang beristirahat, hal itu tentunya akan berbahaya bagi ibu dan juga bayinya.     

"Tapi, Brian .... " Imelda ingin sekali menolak permintaan dari suaminya. Namun tatapan tajam yang dilemparkan Brian kepadanya, cukup untuk mengintimidasi dirinya. Wanita itu tak berani menyanggah ataupun menolak ucapan dari suaminya.     

Dengan sangat terpaksa, akhirnya Imelda menuruti keinginan suaminya. Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar. Kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar yang ada di kamar itu. Sekuat hati, Imelda mencoba untuk memejamkan matanya. Berusaha untuk beristirahat meskipun terlalu sulit untuk dilakukannya.     

Satu detik ... dua detik .... Dengan perlahan namun pasti, Imelda mulai memejamkan mata hingga akhirnya terlelap dalam dekapan Brian. Pria itu bisa tersenyum lega saat mendengar suara nafas Imelda yang mulai teratur. Brian sangat yakin jika Imelda mulai terbuai dengan mimpinya. Setidaknya segala kekhawatirannya sedikit berkurang.     

"Istirahatlah, Sayang. Semoga esok hari kita bisa mendapatkan kabar baik," ucap Brian lirih lalu mengecup kening wanita yang dicintainya.     

Pria itu akhirnya ikut memejamkan matanya di sebelah istrinya. Brian juga merasa sedikit lelah setelah seharian sibuk dengan beberapa hal yang cukup untuk menguras pikirannya. Dia berharap saat esok tiba, begitu membuka matanya ... mereka akan mendapatkan sebuah kabar bahagia yang selama ini telah dinantikannya.     

Esok harinya, Imelda lebih dulu membuka matanya. Dia melihat Brian masih terlelap di sampingnya. Pagi itu, wanita itu tampak tak bersemangat untuk turun dari ranjangnya.     

Imelda lalu menyalakan layar televisi yang berada di dalam kamarnya. Bukan acara gosip atau sinetron, ia justru memilih untuk melihat berita terbaru di tanah air.     

Ketika sedang sibuk memilih beberapa channel, Imelda merasa baru saja melihat sosok yang sangat dikenalnya masuk ke dalam berita. Dia pun memperhatikan dengan seksama, seseorang yang terlihat di layar kaca itu.     

"Brian! Bukankah itu Mama Natasya?" Antara percaya dan juga tak percaya, Imelda berusaha untuk membangunkan suaminya. Dia ingin Brian juga melihat sebuah berita terbaru tentang sosok wanita yang telah melahirkannya itu. Rasanya terlalu sulit untuk dipercaya jika wanita yang menjadi berita utama di layar televisi adalah ibu mertuanya sendiri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.