Bos Mafia Playboy

Bersama Jauh Lebih Baik



Bersama Jauh Lebih Baik

0"Apa maksud dari ucapanmu, Martin? Apa sebenarnya hubungan Imelda dan juga Yudha Fabian?" Kali ini Brian bertanya dengan penuh kecurigaan dan juga tanda tanya yang cukup besar. Rasanya dadanya begitu sesak saat harus menahan rasa penasaran yang semakin mengusiknya.     
0

Martin melemparkan pandangan pada seorang pria yang berdiri di sebelah Imelda, dia bisa melihat jika Brian sudah tak tahan untuk mengetahui alasan itu. Walaupun tak terlalu yakin, Yudha Fabian tak pernah dengan sengaja menyinggung keluarga Prayoga, kecuali saat Natasya tak menjelaskan perbuatannya.     

"Sebenarnya aku juga tak begitu yakin dengan ini. Namun selama aku mengenal Yudha Fabian, dia sama sekali tak pernah menyinggung keluarga Mahendra. Seakan dia masih sangat menghormati Davin Mahendra seperti saat menjadi atasannya." Martin mencoba menjelaskan sesuatu yang tidak terlalu menyakinkan baginya.     

"Sepertinya kamu salah menafsirkan, Martin. Jelas-jelas, anak buah Yudha Fabian pernah dengan sengaja ingin mencelakakan istriku," sanggah Brian atas penjelasan Martin sebelumnya. Sudah berkali-kali, anak buah Yudha Fabian menjadikan Imelda sebagai korbannya.     

Tak sedikit pun Brian akan melupakan hal itu. Apalagi jika itu menyangkut dengan seorang wanita yang sangat dicintainya, Imelda Mahendra. Dia berusaha untuk tak melakukan kecerobohan apapun yang mungkin saja bisa melukai calon ibu dari anak-anaknya.     

Mendengar perkataan Brian yang cukup menyakinkan, Martin tak bisa mengabaikan itu. Meskipun ia memiliki pendapat sendiri tentang seorang pria yang pernah menjadi anak buah dari Davin Mahendra dan juga Jeffrey itu.     

"Untuk beberapa anak buah Yudha Fabian yang berusaha mencelakakan Imelda .... Kupikir mereka bekerja di bawah tekanan Natasya. Sepertinya Yudha Fabian hanya menyewakan orang-orangnya saja," jelas Martin dengan cara pandangnya sendiri. Dia masih saja tak percaya jika Yudha Fabian telah terlibat langsung dengan kejahatan yang berhubungan dengan keluarga Mahendra.     

Mereka terdiam saling memandang satu sama lain. Ada beberapa hal yang masih harus dipikirkan oleh mereka semua. Membiarkan Martin pergi seorang diri juga bukan solusi yang baik. Tidak ada yang tahu bagaimana Yudha Fabian akan memperlakukan Martin. Jelas-jelas mereka berdua jarang sekali bertatap muka secara langsung.     

"Daripada hanya kamu dan Imelda saja yang kesana, lebih baik kita berempat berangkat bersama." Akhirnya Eliza membuka suara mendengar perdebatan di antara dua pria yang memiliki hubungan spesial dengannya.     

"Aku setuju!" sahut Imelda. Dia pikir ide dari Eliza adalah yang paling tepat. Lebih baik jika mereka berangkat bersama-sama. Toh ... mereka semua memiliki perannya masing-masing.     

Setelah memikirkan sejenak, Brian dan juga Martin akhirnya menyetujui rencana itu. Mereka pun menyiapkan sebuah mobil yang akan di bawanya untuk menemui Yudha Fabian. Segala perlengkapan medis dan juga senjata sudah disiapkan di dalam mobil itu.     

Tak pernah ada yang tahu, apa saja yang akan terjadi di sana. Yang terpenting, mereka sudah mengantisipasi jika sesuatu yang buruk terjadi.     

"Ayo kita berangkat sekarang!" ajak Martin setelah menyiapkan beberapa perlengkapan dan juga peralatan yang mungkin akan dibutuhkan selama mendatangi Yudha Fabian.     

Imelda dan Brian langsung masuk ke dalam mobil, sedangkan Eliza masih tampak ragu. Padahal jelas-jelas dia sendiri yang mengusulkan hal itu kepada mereka. Namun hati kecilnya tak bisa berbohong, ada perasaan takut dan juga cemas di dalam dirinya.     

"Jika kamu ragu ... tunggu saja di sini. Jangan memaksakan dirimu, Eliza," ujar Martin pada kekasihnya. Dia pun menggenggam jemari tangan Eliza dan menatapnya penuh perasaan. "Tetaplah di sini, jangan membebani dirimu," tambahnya lagi.     

"Aku akan tetap ikut pergi bersama kalian semua. Rasanya akan sangat berdosa jika sampai terjadi hal buruk dengan kalian," tegas Eliza dengan segenap keberanian yang dengan susah payah dihimpunnya. Apapun resikonya, dia tak peduli lagi. Meskipun nyawa akan menjadi taruhannya.     

Pasangan kekasih itu akhirnya masuk ke dalam sebuah mobil di mana Brian dan Imelda sudah menunggu. Setelah semua siap, mobil pun berangkat menuju ke kediaman Yudha Fabian.     

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, mobil berhenti di sebuah gerbang tinggi dengan beberapa penjaga di sana.     

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang pria dengan suara keras dan perkataan yang cukup tegas.     

"Bilang pada bos kalian jika Martin ingin bertemu," jawab seorang pria yang duduk di sebelah kekasihnya.     

Pria itu lalu masuk ke dalam gerbang untuk memberitahukan kedatangan Martin pada pemilik rumah itu. Tak berapa lama, dia pun kembali dan menyuruh mereka semua untuk masuk.     

"Silahkan bawa mobilnya masuk, akan ada seseorang yang akan mengantarkan kalian menemui bos besar." Begitulah kata-kata pria itu saat mempersilahkan Matin dan yang lainnya untuk masuk ke dalam.     

Dan benar saja, begitu mobil berhenti ada dua orang pria yang datang menghampiri mereka semua.     

"Silahkan ikuti kami. Bos sudah menunggu di belakang," ucap seorang pria yang baru saja datang untuk mengantarkan mereka menemui Yudha Fabian.     

Mereka semua saling memandang satu sama lain. Rasanya ada keanehan saat pria tadi mengatakan akan mengantarnya ke belakang. Namun mereka tak mau membuang waktu dengan berpikiran yang tidak-tidak tentang pemilik rumah itu.     

Tak berapa lama mereka berjalan, sampailah di sebuah gazebo besar yang berada di luar rumah. Suasana tampak cukup nyaman dan juga menenangkan.     

"Apa kabar, Martin? Rasanya sudah sangat lama aku tak berjumpa denganmu." Tiba-tiba saja Yudha Fabian datang dengan sebuah senyuman hangat kepada mereka semua. Pria itu tampak terkejut saat melihat seorang perempuan yang baru beberapa hari lalu dia culik.     

"Ada apa dengan wajahmu, Yudha Fabian? Kamu tampak sangat terkejut melihat anak perempuan dari Davin Mahendra." Martin sengaja mengatakan hal itu pada Yudha Fabian. Dia sangat tahu jika pria itu pasti sangat menyesal telah menculik Imelda.     

Dengan susah payah, Yudha Fabian mencoba untuk tetap tenang di hadapan mereka semua. Dia sengaja mengumbar sebuah senyuman kecut untuk menutupi keterkejutan di dalam dirinya.     

"Apa kamu sedang membaca pikiranku, Martin? Untuk apa tiba-tiba kamu mau bertemu denganku? Jelas-jelas selama ini kamu telah menolak banyak hal yang telah aku tawarkan.     

Martin tak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia harus menyusun kata-kata untuk mengatakan maksud dan juga tujuan mereka datang ke rumah itu.     

"Lalu .... Siapa saja yang datang bersamamu, Martin?" Yudha Fabian masih belum menyadari jika pria di sebelah Imelda adalah Brian Prayoga. Padahal mereka pernah bertemu beberapa kali.     

Pria itu menatap mereka satu persatu. Yudha Fabian merasa perlu untuk mengetahui identitas dari ketiga orang yang datang bersama dengan Martin. Dia harus memastikan jika mereka sama sekali tak akan membahayakan dirinya.     

Belum juga Martin menjawab pertanyaan itu, Yudha Fabian seolah telah menyadari sesuatu.     

"Bukankah dia adalah .... "Yudha Fabian tampak sangat terkejut dengan keberadaan mereka.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.