Bos Mafia Playboy

Perubahan Sikap Imelda



Perubahan Sikap Imelda

1Ingin rasanya Brian memprotes penolakan istrinya. Namun melihat wajah Imelda yang tampak sedih membuatnya harus mengurungkan niat. Sejujurnya, ia merasakan perubahan pada sikap Imelda sejak ia pamit untuk mandi.      2

Saat Brian kembali, pandangan Imelda terhadap suaminya jauh sangat berbeda ketimbang saat kedatangannya.     

'Apa yang membuat Imelda langsung berubah sikap padaku?' Brian hanya bisa bertanya di dalam hati. Ia sama sekali tak mengetahui sesuatu yang membuat istrinya bersikap dingin.     

Pria itu sengaja duduk di pinggiran ranjang untuk menunggu Imelda selesai mandi. Rasanya, Brian sudah sangat tak sabar untuk segera menanyakan hal itu pada istrinya.     

Hingga tak berapa lama, wanita hamil itu keluar dari kamar mandi. Imelda hanya melilitkan selembar handuk untuk menutupi tubuhnya. Ia pun duduk di depan meja rias untuk mengeringkan rambutnya.     

"Biar aku saja yang mengeringkan rambutmu, Sayang." Brian sengaja mengambil hairdryer dari tangan Imelda. Dengan hati-hati, ia mengeringkan rambut basah dari istrinya.     

Wanita itu hanya terdiam tanpa menyuarakan apapun. Dari depan kaca, Imelda menatap Brian yang begitu lembut memperhatikan dirinya. Hatinya bergetar hebat, ia tak pernah membayangkan jika Brian lebih memilih untuk menahan rasa sakit daripada membuatnya cemas.     

"Brian ... aku ingin berbaring di pelukanmu sebentar saja," pinta Imelda dalam nada yang memohon. Wanita itu membalikkan badannya dan menatap sang suami dengan penuh harap.     

Pasangan itu berbaring di atas ranjang besar di dalam kamarnya. Namun Brian merasa sedikit aneh saat Imelda memilih untuk berbaring di lengan kanannya.     

"Bukankah kamu lebih suka berada di lengan sebelah kiri, Sayang?" tanya Brian atas sikap Imelda yang tiba-tiba saja berubah.     

"Sesekali aku ingin merasakan tidur di lengan kananmu, Brian." Imelda langsung membenamkan wajahnya di dada sang suami. Ia memeluk erat Brian seakan tak ingin melepaskan pria itu darinya.     

Tentu saja Brian merasa jika istrinya itu semakin aneh. Apalagi semua yang dilakukannya itu bukan kebiasaan Imelda. Ia pun semakin curiga jika wanita di pelukannya itu telah mengetahui kebohongannya. Mendadak hatinya berdesir hebat, Brian sangat takut jika Imelda mengetahui kebohongannya.     

"Sayang ... aku merasa jika kamu sedikit aneh hari ini," ucap Brian pada seorang wanita yang masih saja memeluk dirinya     

"Itu hanya perasaanmu saja, Brian." Imelda hanya menjawab asal-asalan saja tanpa membuka matanya yang sengaja dipejamkan.     

Tak berapa lama, terdengar suara ketukan pintu. Diiringi sebuah seruan jika makan malam telah siap. Brian langsung bangkit dari ranjang dan mengambil sebuah dress pendek untuk Imelda.     

"Bangunlah, Sayang. Aku akan membantumu memakai baju. Mereka semua sudah menunggu kita untuk makan malam." Brian membantu Imelda yang tampak tak bersemangat. Ia memperlakukan Imelda penuh kelembutan dan juga sangat hati-hati.     

Begitu semua sudah rapi, Brian pun mengajak istrinya itu untuk keluar dan ikut bergabung di meja makan. Terlihat semua orang sudah menunggu kedatangan mereka.     

"Kenapa wajahmu sedikit pucat, Sayang?" tanya Adi Prayoga pada menantu kesayangannya. Ia khawatir jika hal buruk menimpa Imelda. Apalagi dia sedang mengandung penerus dari dua keluarga yang memiliki pengaruh cukup kuat dalam bisnis.     

"Aku hanya kelelahan saja, Pa. Setelah istirahat pasti akan jauh lebih baik. Papa tak perlu terlalu mencemaskan aku," jawab Imelda dengan senyuman tipis yang terlukis di wajahnya.     

Mereka pun lalu menikmati hidangan yang sudah tersaji di meja makan. Di sudut yang lain, Martin dan Eliza saling menatap satu sama lain. Mereka sangat yakin jika hubungan pasangan suami istri itu sedang tidak baik-baik saja.     

Tak bisa ditutupi, wajah Imelda melukiskan kekesalan dan juga kekecewaan yang cukup besar. Wanita itu tak sedikit pun melirik apalagi memandang seorang pria yang duduk di sebelahnya. Imelda hanya fokus dengan makanan yang ada di hadapannya.     

"Lebih baik besok pagi kamu ke dokter, Sayang. Wajahmu sedikit pucat dan tidak bertenaga," bujuk Adi Prayoga saat memperhatikan wajah pucat yang terlalu jelas.     

"Baik, Pa," jawab Imelda singkat. Ia tak ingin berdebat dengan ayah mertuanya. Wanita itu memilih kembali menikmati makan malamnya tanpa melakukan pembicaraan dengan mereka.     

Tak lama setelah itu, Imelda bangkit dari kursinya. Ia memandang mereka satu persatu lalu tersenyum hangat yang penuh arti.     

"Aku istirahat duluan. Selamat menikmati makan malamnya." Wanita itu pergi begitu saja tanpa mempedulikan Brian yang sejak tadi melihat ke arahnya. Imelda hanya ingin membaringkan dirinya dan melupakan kecemasannya akan Brian.     

Brian langsung berdiri menatap kepergian istrinya. Ia masih saja tak mengerti dengan sikap dingin dari Imelda. Pria itu lalu memandang ke arah Eliza dan juga Martin. Brian yakin jika pasangan itu pasti mengetahui sesuatu yang sedang disembunyikan oleh wanita yang dicintainya itu.     

"Aku yakin jika kalian berdua mengetahui alasan Imelda bersikap dingin kepadaku," tuduh Brian pada pasangan kekasih yang merasa cukup prihatin dengan hubungan dan juga Imelda.     

"Dasar, Pria bodoh! Duduk dan habiskan makananmu!" bentak Adi Prayoga pada anaknya. Lama-lama pria itu sangat kesal melihat anak laki-lakinya tak kunjung menyadari akan kesalahannya sendiri.     

Bukannya mengerti, Brian semakin bingung dengan ucapan ayahnya. Ia sama sekali tak mengerti dengan arah pembicaraan seseorang yang cukup mendukungnya selama ini.     

"Papa sedang bermain teka-teki denganku?" Sebuah pertanyaan konyol dilontarkan Brian pada Adi Prayoga. Lagi-lagi dia masih tak menyadari kesalahannya itu.     

Tak ada yang menanggapi perkataan Brian. Semua orang terlihat sibuk menikmati makan malamnya. Mereka hanya ingin membicarakannya, setelah menghabiskan makanannya.     

"Tidak bisakah kalian menjelaskannya padaku?" Nada protes kembali dikatakan oleh Brian pada ketiga orang yang masih duduk di ruang makan. Ia sudah tak sabar untuk mendengar jawaban atas pertanyaannya itu.     

"Kenapa kamu sengaja membohongi Imelda? Istri mana yang rela jika dibohongi oleh suaminya sendiri?" Martin juga menunjukkan kekesalannya pada anak dari bos-nya itu. Ia tak tahan untuk terus berpura-pura tak mengetahui kebenaran itu.     

Adi Prayoga dan juga Eliza memilih untuk diam sembari menyaksikan pertengkaran antara dua pria itu. Mereka tak mau ikut andil dan memperburuk suasana.     

"Kebohongan yang mana? Aku tak pernah membohongi Imelda!" Brian masih saja belum menyadari kesalahannya. Ia pun masih sangat bingung atas sebuah kesalahan yang sudah dilakukannya.     

"Sudahlah, Martin! Sepertinya anak bodoh ini harus ditembak kepala agar menyadari semua kesalahannya," celetuk Adi Prayoga yang semakin tak sabar mendengarkan Brian terus saja berkilah.     

Martin langsung diam tanpa menjawab pertanyaan Brian. Darahnya serasa semakin mendidih mendengar semua kebodohan yang dilakukan oleh anak dari bos-nya itu.     

Di sisi lain, Eliza merasa kasian melihat Brian yang begitu frustrasi akan dirinya sendiri. Ia pun memutuskan untuk memberitahu Brian.     

"Imelda sudah mengetahui jika kamu telah tertembak," terang Eliza.     

"Apa!" Sontak saja, Brian langsung berlari ke arah kamarnya. Ia harus menjelaskan alasan dirinya tak mengatakan semuanya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.