Bos Mafia Playboy

Keinginan Untuk Menghancurkan Imelda Mahendra



Keinginan Untuk Menghancurkan Imelda Mahendra

"Setelah sarapan, aku akan langsung ke kantor. Mungkin nanti sore aku akan ke rumah kalian," ucap Eliza sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya.     
1

"Untuk apa kamu ke rumah kami?" ketus Brian masih dengan wajahnya yang sangat kesal.     

Imelda hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah konyol dua orang yang bersamanya itu. Sejak semalam, mereka berdua sudah seperti kucing dan tikus yang terus saja berseteru.     

"Habiskan saja dulu makanan kalian! Setelah itu kalian bisa melanjutkan pertarungan ini." Imelda sengaja mengatakan hal itu pada mereka berdua. Ia sama sekali tak marah, hanya saja ... ia merasa jika Brian terlalu berlebihan menanggapi Eliza.     

"Terima kasih, Imelda," ucapnya tulus pada wanita hamil yang duduk di dekatnya. "Yang jelas aku tidak mencarimu, Brian." Akhirnya Eliza menjawab pertanyaan dari Brian tadi. Ia merasa tak tahan terus menjadi sasaran lirikan kekesalan dari pria itu.     

Mereka pun lalu terdiam dan fokus pada makanan masing-masing. Setelah beberapa lama, Eliza pamit untuk berangkat ke kantor. Ia menunjukkan sikap lembut dan juga penuh perhatian pada istri dari Brian Prayoga itu.     

"Imelda .... Apakah kamu menginginkan sesuatu? Aku bisa membawakannya saat nanti sore ke rumah kalian," tawar Eliza dengan tutur kata yang terdengar sangat tulus.     

"Tak usah repot-repot, Eliza. Kamu fokus dalam pekerjaanmu saja dulu. Masih banyak hal yang nanti harus kita lakukan." Imelda tentunya tak ingin menambahkan beban pekerjaan pada jaksa muda itu. Sudah banyak hal yang telah dilakukan oleh Eliza untuk keluarganya. Terkadang ia merasa tak enak karena Eliza sama sekali tak ingin menerima uang dari keluarganya.     

Sebuah penolakan itu tak berarti apapun bagi Eliza. Ia masih saja bisa memperlihatkan senyuman sebelum berpamitan lalu keluar dari kamar itu.     

Saat Eliza sudah pergi, Imelda langsung menajamkan pandangannya pada sang suami. Ia masih saja tak mengerti pada sosok pria yang sejak semalam terus saja kesal pada jaksa muda itu.     

"Mengapa kamu terlihat sangat tak senang dengan Eliza, Brian? Apa karena Eliza telah membongkar kejahatan dan juga pengkhianatan Mama Natasya pada Om Rizal?" tuduh Imelda pada suaminya. Ia tak bisa menemukan alasan lain selain hal itu.     

"Apa! Bukan karena itu, Sayang. Kamu sudah salah paham terhadap aku," sanggah Brian atas tuduhan dari Imelda. Ia sama sekali tidak berpikir tentang ibunya. Jelas-jelas wanita yang sudah melahirkannya itu harus menerima hukuman atas semua kejahatannya.     

Wanita itu mengambil sebotol air mineral di atas meja. Kemudian meneguk air itu hingga hampir habis. Mendadak Imelda merasakan dahaga di dalam dirinya. Ia masih saja kesal pada tingkah konyol suaminya itu.     

"Lalu .... Apa alasanmu yang sebenarnya hingga begitu kesal pada Eliza? Padahal jelas-jelas ia sudah banyak membantu kita." Imelda sengaja memberikan penekanan pada beberapa kata yang diucapkannya.     

"Aku tak suka dengan candaannya semalam. Bagaimana dia bisa mengajak kita untuk tidur bersamanya? Aku jadi teringat saat dia menjebakku dengan obat perangsang itu. Rasanya aku sangat kesal dengan candaannya yang sama sekali tidak lucu itu." Brian menjelaskan semua perasaan di dalam hatinya. Ia sama sekali tidak berniat buruk terhadap Eliza. Itu semua hanya emosinya sesaat karena mengingat pengalaman buruk dengan wanita itu.     

Imelda akhirnya mengerti kekhawatiran Brian yang sedikit berlebihan itu. Ia paham jika suaminya itu memiliki trauma tersendiri pada Eliza. Jelas-jelas masa lalu di antara mereka berdua tidak semulus jalanan di pusat kota.     

"Maaf, Brian. Aku sempat berpikir yang tidak-tidak padamu," sesal Imelda karena telah menuduh suaminya tanpa mengerti kekhawatiran terlebih dahulu.     

"Tak masalah, Sayang. Habiskan dulu makananmu sebelum kita pulang," bujuk pria itu dalam suaranya yang lembut dan penuh kasih sayang. Brian sangat mencintai wanita yang sudah beberapa bulan dinikahinya itu.     

Mereka pun kembali melanjutkan sarapannya, hingga tak berapa lama ... suara ketukan pintu kembali terdengar. Brian langsung bangkit dan membuka pintunya. Ternyata orang dari rumahnya datang membawa pakaian bersih untuk mereka.     

"Ini, Bos. Semua pakaian disiapkan oleh seorang pelayan yang berada di rumah," jelas pria itu sebelum pergi meninggalkan depan pintu kamar hotel itu.     

Brian kembali masuk dan meletakkan sebuah paper bag yang berisi pakaian bersih miliknya dan juga sang istri. Ia pun kembali duduk di sebelah Imelda.     

"Sebaiknya kita berganti pakaian dan segera pulang, Sayang. Bukankah kamu juga harus memeriksa keadaan Martin?" Brian mencoba mengingatkan hal itu kepada istrinya.     

"Astaga! Bagaimana aku bisa melupakan hal itu?" Imelda langsung bangkit dari kursinya dan segera melepaskan bathroom yang dipakainya dan segera memakai pakaian bersih yang baru saja diantarkan oleh seorang pelayan dari rumah mereka.     

Begitu juga dengan Brian, pria itu bergegas memakai pakaiannya. Memang tak seharusnya mereka meninggalkan Martin terlalu lama. Tak hanya Imelda, pria itu juga ikut cemas jika sampai terjadi apa-apa dengan kekasih Eliza itu.     

Pasangan itu langsung membereskan barang-barangnya lalu segera keluar dari kamar hotel itu. Imelda sudah tak sabar ingin melihat keadaan Martin yang sudah ditinggal hampir semalaman.     

Brian langsung mengurus pembayaran dan lainnya sebelum mereka meninggalkan hotel. Sedangkan Imelda memilih untuk menunggu di sebuah kursi yang berada di lobby hotel itu.     

"Sudah beres, Sayang. Ayo kita pulang sekarang," ajak Brian sembari merangkulkan tangannya di pundak sang istri. Mereka pun berjalan keluar dari lobby lalu berdiri di depan pintu utama untuk menunggu seorang sopir yang membawa mobil mereka.     

Di saat Brian dan juga Imelda menunggu mobilnya datang, tanpa sengaja Natasya melihat mereka berdua berdiri di depan lobby. Ia pun menyembunyikan dirinya di balik pilar besar agar anak dan menantunya tak menyadari keberadaannya.     

"Mungkinkah mereka berdua terlibat dengan Eliza dan juga Rizal Hartanto?" gumam Natasya dengan wajahnya yang terlihat kelelahan karena semalaman tak bisa memejamkan mata.     

Natasya hampir saja tak tidur. Sejak dirinya tertangkap basah oleh Rizal Hartanto, wanita itu harus memutar otak untuk menyusun rencana baru untuk membalaskan segala dendam di dalam hatinya. Ia tak ingin orang lain berbahagia di atas penderitaannya.     

"Brengsek! Aku yakin jika mereka berdua juga terlibat dengan penjebakan itu. Bagaimana anak bodoh itu bisa menjebak ibu kandungnya sendiri?" gerutu Natasya dalam suara pelan dan penuh amarah. Dia sangat yakin jika Brian dan Imelda juga terlibat.     

Begitu Imelda dan juga Brian pergi, wanita itu barulah berjalan ke depan pintu utama. Ia pun menunggu seorang petugas valet parking untuk mengambilkan mobilnya dari area parkir.     

'Aku akan menghancurkanmu Imelda Mahendra. Tak peduli jika kamu adalah istri dari anakku sendiri. Sejak Brian bersamamu, dia semakin menentang aku sebagai ibunya.' Natasya mengatakan hal itu kepada dirinya sendiri. Ia benar-benar semakin membenci Imelda.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.