Bos Mafia Playboy

Aku Bisa Mandi Lagi, Sayang



Aku Bisa Mandi Lagi, Sayang

0"Aku hanya bercanda saja, Brian. Mengapa kamu bisa semarah itu?" ledek Eliza diiringi suara tawa penuh kemenangan karena telah berhasil mengerjai Brian Prayoga.     
0

"Dasar wanita tidak waras!" Brian pun mengajak Imelda untuk keluar dari kamar hotel itu. Ia tak tahan melihat ekspresi menyebalkan yang diperlihatkan Eliza terhadapnya.     

Mendengar dan juga melihat interaksi antara Eliza dan suaminya, membuat Imelda harus menahan tawa. Ia tak menyangka jika suaminya itu akan terpancing dengan candaan Eliza. Sejak awal, Imelda sangat tahu jika wanita itu sengaja menggoda suaminya. Namun respon yang ditunjukkan oleh Brian justru di luar dugaan.     

"Bagaimana kamu bisa setenang itu, Sayang?" Brian merasa jika Imelda terlalu santai menanggapi perkataan Eliza yang membuatnya sangat kesal.     

"Rasanya sangat menggemaskan saat kamu terlihat sangat murka hingga memarahi Eliza. Jelas-jelas ia sedang bercanda untuk menggoda kita," jawab Imelda atas pertanyaan dari suaminya.     

Mendadak Brian terlihat sangat malu atas kekonyolannya sendiri. Tak seharusnya ia menanggapi ucapan Eliza terlalu serius. Lagipula ia juga melihat sendiri jika Eliza sudah sangat tergila-gila dengan Martin. Bahkan sikap Eliza lebih posesif terhadap orang kepercayaan dari keluarganya itu daripada saat ia mengejarnya.     

Tak berapa lama berjalan menyusuri sebuah lorong panjang, mereka sudah berada di sebuah kamar hotel yang tadi siang sudah dipesannya. Imelda terlihat langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang besar di dalam kamar itu.     

Brian pun mencoba untuk mendekati istrinya dan ikut berbaring di sebelah Imelda. Ia memeluk wanita itu dengan sentuhan yang lembut dan penuh dengan cinta.     

"Apakah kamu sangat lelah, Sayang?" tanya Brian dalam balutan senyuman yang penuh arti.     

"Ada apa Brian? Jangan bilang kamu ingin mengajakku untuk .... " Imelda sengaja tak melanjutkan ucapannya. Ia yakin suaminya itu bisa mengerti apa yang seharusnya diucapkannya.     

Pria yang awalnya merasakan sebuah gairah yang mengusik dirinya, tiba-tiba nyalinya menciut. Brian tak berani mengungkapkan keinginannya untuk melewati malam panjang yang penuh cinta dan tentunya gairah bersama Imelda.     

"Tidak, Sayang. Jika kamu lelah, aku akan memijat tubuhmu," kilah Brian atas pertanyaan sang istri. Ia merasa sangat bodoh terhadap dirinya sendiri. Sebagai seorang suami, seharusnya Brian bisa lebih tegas dan juga terbuka pada istrinya sendiri.     

Tak seharusnya Brian menahan dirinya dan tak mengungkapkan keinginannya atas Imelda. Ingin rasanya lelaki itu menenggelamkan dirinya dalam guyuran air dingin. Ia merasa terlalu lemah karena tak mampu mengungkapkan keinginannya.     

"Aku memang lelah, Brian. Tapi aku ingin langsung tidur saja. Bisakah kamu memeluk aku, Brian. Rasanya sangat nyaman berada dalam pelukanmu." Imelda mulai mendekatkan tubuhnya ke arah Brian. Ia pun menjatuhkan dirinya dalam pelukan sang suami. Secara perlahan, Imelda mulai memejamkan matanya hingga akhirnya terlelap di pelukan suami yang sangat dicintainya itu.     

Rasanya ucapan Imelda yang baru saja itu telah berhasil melambungkan dirinya. Ia merasa sangat bahagia saat wanita di pelukannya itu berkata, jika dirinya begitu nyaman saat berada dalam dekapan. Seluruh kebahagiaan seolah sedang menyambutnya, Brian terlalu bahagia hingga ia menciumi Imelda berulang kali. Pria itu akhirnya terlelap bersama seorang wanita yang sangat dicintainya. Bahkan ia telah melupakan keinginannya untuk memuaskan hasrat di dalam dirinya.     

Baru sebentar saja mereka terlelap, ternyata matahari sudah bersinar di ufuk timur. Brian yang baru saja membuka matanya, memandang cahaya lembut yang menerobos masuk dari jendela kaca dari kamar itu. Ia pun bangkit dan berjalan ke arah jendela. Dengan gerakan pelan, ia membuka tirai dan membiarkan cahaya pagi memasuki kamar itu.     

Pria itu menghubungi room service untuk mengantarkan sarapan mereka ke kamar. Brian pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi sebelum Imelda terbangun.     

Belum juga selesai mandi, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Brian pun menyambar sebuah bathrobe dan berlari ke arah pintu. Terlihat seorang pria muda datang membawa beberapa makanan yang sudah dipesannya. Ia pun membawa masuk makanan pesanannya dan menaruhnya di sebuah meja makan yang berada di dalam kamar itu.     

"Selamat pagi, Sayang. Cepatlah bangun lalu kita sarapan bersama. Aku sudah memesankan makanan untuk kita," ucap Brian lirih di telinga sang istri. Pria itu mengecup bibir Imelda beberapa kali agar wanita itu segera membuka matanya.     

Merasa terganggu dengan sang suami, Imelda terpaksa membuka matanya. Ia pun mendapati Brian yang sedang memperlihatkan senyuman di wajahnya yang tampan.     

"Kamu sudah mandi, Brian. Kenapa tak membangunkan aku agar kita bisa mandi bersama?" protes Imelda bersamaan dengan gerakannya bangkit dari tidurnya.     

Brian masih belum yakin jika yang didengarnya itu bukanlah mimpi. Ia tak menyangka jika Imelda akan bersikap sangat menggemaskan pagi itu.     

"Jika kamu mau, aku bisa mandi lagi, Sayang," sahut Brian dalam wajah yang tampak cukup bersemangat.     

"Jangan bercanda, Brian! Aku akan mandi sendiri saja." Imelda mengabaikan suaminya yang terlihat kecewa dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Ia pun bergegas membersihkan dirinya sebelum hidangan di meja itu menjadi semakin dingin.     

Tak berapa lama, Imelda keluar dengan bathrobe yang sama dengan suaminya. Ia tersenyum saat melihat Brian memakai bathrobe yang sama persis dengannya.     

"Ayo kita sarapan, Brian. Kita harus mengirimkan pakaian ke laundry atau meminta seseorang untuk mengirimkan pakaian bersih untuk kita." Imelda duduk di sebelah suaminya dengan beberapa hidangan lengkap yang tersaji di atas meja.     

"Aku akan meminta seseorang untuk mengirimkan pakaian bersih untuk kita." Brian bangkit dari kursinya lalu mengambil ponsel miliknya. Kemudian ia meminta seseorang untuk mengirimkan pakaian untuknya.     

Saat Brian sedang melakukan panggilan telepon, seseorang datang dan mengetuk pintu kamar itu. Imelda pun bangkit dan membukakan pintu.     

"Masuklah, Eliza. Kita bisa sarapan bersama," ajak Imelda pada seorang wanita yang sudah terlihat cukup rapi dan juga cantik dengan pakaian formalnya.     

Eliza menyambut baik ajakan Imelda. Ia pun duduk di sebuah kursi kosong yang berada di samping sang empunya kamar.     

"Wow .... Banyak sekali makanannya. Apakah semalam kalian bertarung hingga kehabisan tenaga?" goda Eliza dengan senyuman meledek pasangan yang sudah duduk bersama.     

"Bertarung apanya? Imelda kelelahan dan langsung tertidur," sahut Brian sembari melirik wanita di sebelahnya.     

Jaksa muda itu justru terkekeh mendengar jawaban Brian. Ia memandang mereka berdua mengenakan bathrobe yang sama. Hal itu membuat Eliza semakin yakin jika mereka baru saja melewati malam panjang yang melelahkan.     

"Sudah-sudah! Aku tahu jika Imelda pasti sangat kelelahan setelah melayanimu semalaman, Brian," sindir Eliza sambil mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Ia berpura-pura tak melihat kekesalan Brian dan juga wajah malu Imelda atas ledekannya.     

Brian hanya bisa melemparkan tatapan tajam dan senyuman sinis pada wanita yang sejak semalam terus membuat dirinya kesal.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.