Bos Mafia Playboy

Sebuah Rencana Untuk Rizal Hartanto



Sebuah Rencana Untuk Rizal Hartanto

Begitu sampai di Queen Hotel, Brian dan Imelda sengaja memesan sebuah kamar untuk melakukan pembicaraan penting dengan Eliza. Mereka tak ingin berada di ruang terbuka yang memungkinkan orang lain akan mendengar percakapan mereka.     
0

Saat sampai di dalam sebuah kamar yang kebetulan di pesannya, Imelda langsung mengabari Eliza tentang nomor kamarnya. Rasanya sudah sangat tak sabar untuk segera bertemu dengan seorang jaksa muda yang cukup kompeten itu.     

"Istirahatlah, Sayang. Aku akan membangunkanmu begitu Eliza sudah datang," ujar Brian pada wanita hamil yang menjadi istrinya itu. Ia hanya tak ingin jika Imelda sampai kelelahan karena banyak hal yang akan dilakukannya.     

"Palingan sebentar lagi Eliza sudah datang." Imelda mulai merebahkan tubuhnya di ranjang besar di dalam kamar hotel itu     

Brian ikut duduk di sebelah istrinya. Ia pun. Memberikan belaian lembut yang penuh dengan perasaan dan juga cinta yang besar. Sebenarnya ia tak tegas saat Imelda harus pergi kesana kemari berpindah-pindah lokasi. Ia tak mau hal itu bisa berakibat buruk pada kesehatannya     

"Kalau begitu kita mengobrol saja sambil tiduran di sini." Sebuah senyuman merekah begitu indah di wajah Brian. Ia sangat mengerti dengan maksud dari jawaban istrinya itu.     

Belum juga setengah jam mengobrol, terdengar suara ketukan pintu di depan kamar itu. Brian langsung bangkit dari tidurnya dan bergegas membukakan pintu untuk seseorang yang sejak tadi sudah ditunggu-tunggu.     

"Masuklah, Eliza," sapa Brian begitu melihat jaksa muda itu sudah berdiri di depan kamar.     

"Apa yang sebenarnya ingin kalian bicarakan? Mengapa harus di kamar hotel?" Eliza merasa sangat aneh dengan pertemuan itu. Ia berpikir jika ada orang mengobrol hal penting di kamar hotel.     

Imelda yang mendengar suara keras Eliza berangsur bangkit dari ranjang. Ia pun menghampiri Eliza yang sudah duduk di sebuah kursi dalam kamar itu.     

"Ini tentang Mama Natasya." Imelda sengaja menjawab singkat pertanyaan dari Eliza. Ia sempat khawatir jika Brian akan terluka dengan semua yang akan dibicarakan oleh mereka.     

"Aku tak apa-apa sayang. Jangan mencemaskan apapun tentang aku." Brian bisa melihat keraguan Imelda karena hubungan darah yang mengikat dirinya dan juga Natasya.     

Meskipun ada sedikit kelegaan, dalam hatinya ... Imelda tak tega melihat Brian harus mendengar semua kejahatan yang telah dilakukan oleh ibunya. Namun ia tak bisa melakukan apapun lagi, semakin dibiarkan Natasya semakin berani melakukan banyak kejahatan.     

"Aku akan memainkan sebuah rekaman suara, sebaiknya kamu menyiapkan hati untuk mendengar semuanya," ujar Imelda pada Eliza yang terlihat bingung mendengar perkataannya.     

"Tenanglah, Imelda. Aku sudah terbiasa mendapatkan kejutan," sahut Eliza cukup menyakinkan. Meskipun dalam hatinya, ia sangat penasaran dengan sebuah rekaman suara itu.     

Sekuat hati dan juga dengan segala keyakinan yang tersisa di dalam hatinya. Imelda mulai menyalakan sebuah rekaman pembicaraan antara Natasya dan seorang pria yang diyakini oleh Davin Mahendra adalah Teddy Julian.     

"Tante Natasya ... siapa pria yang sedang bersamanya?" Pertanyaan itu yang pertama kalinya muncul di kepala Eliza saat mendengar kalimat awal dalam percakapan mereka.     

"Sebaiknya kamu mendengarkan semua ini hingga selesai. Setelah itu, kamu bisa menanggapi video ini." Imelda mencoba untuk membuat Eliza tetap fokus pada percakapan dalam rekaman suara itu.     

Eliza langsung terdiam dan memperhatikan perbincangan antara Natasya dan seorang pria yang belum jelas kebenarannya. Terlihat beberapa kali ekspresi terkejut yang terlukis di wajahnya. Terlebih saat ia mendengar jika Natasya yang telah menyebabkan ibunya tewas dalam kecelakaan.     

Meskipun Eliza terdiam, hatinya menjerit sangat keras. Ia tak bisa menerima setiap percakapan yang dilontarkan oleh Natasya dan juga pria itu.     

Tanpa sadar, Eliza mulai meneteskan air matanya. Ia masih belum bisa menerima kenyataan jika ibunya sengaja dibunuh bukan karena kecelakaan. Dan pelakunya adalah seorang wanita yang selama ini memiliki hubungan sangat dekat dengan ayahnya sendiri.     

Dalam rasa frustrasi yang semakin menyerangnya, Eliza menarik rambutnya sendiri ia tak tahan mendengarkan semua percakapan itu.     

"Aku tak menyangka jika Tante Natasya yang sengaja membunuh mamaku," ucap Eliza dalam emosi yang mulai tidak stabil . Ia tak bisa kenyataan jika hal itu dilakukan oleh Natasya.     

Ingin rasanya Eliza menjerit sekeras-kerasnya, ia ingin meluapkan segala rasa sakit dan juga kekecewaan. Wanita itu merasa jika takdir telah mempermainkannya. Bagaimana tidak, seseorang yang sudah membunuh ibunya justru memiliki hubungan yang dekat dengan keluarganya. Benar-benar sulit di percaya.     

"Apakah pria itu adalah Teddy Julian? Seorang pria yang selama ini membantu Natasya untuk menutupi kejahatannya." Eliza sangat yakin jika prja yang bersama dengan Natasya adalah atasan dari ayahnya dulu.     

"Tadi papaku juga mengatakan jika pria itu adalah Teddy Julian," sahut Imelda pada pertanyaan dari Eliza.     

Eliza bangkit dari kursinya, ia berdiri di sebelah Brian. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba singgah di hatinya. Terlebih, wanita yang sangat dibencinya adalah ibu kandung dari Brian.     

"Maaf, Brian. Aku sama sekali tak bermaksud menghancurkan hatimu," ungkap Eliza pada suami dari Imelda Mahendra.     

"Tak masalah, Eliza. Walau bagaimanapun, Mama memanglah bersalah. Dia harus menerima hukumannya," tanggap Brian atas perkataan Eliza kepadanya.     

Eliza kembali duduk tak jauh dari Brian. Ia memikirkan langkah apa yang akan dilakukan untuk memberikan pelajaran pada wanita yang sudah cukup lama memanfaatkan keluarganya itu.     

"Apa alasan pertemuan kita di sini?" tanya Eliza lagi pada Imelda.     

"Kurasa merek berdua menginap di hotel ini. Siapa tahu kita bisa menemukan bukti lain yang bisa menyeret kejahatan Mama Natasya," jawab Imelda atas pertanyaan itu.     

Tak disangka oleh Eliza jika Imelda benar-benar telah memikirkan semuanya. Ia cukup tertantang untuk menemukan sebuah kamar di mana Natasya dan juga Teddy Julian menginap di hotel itu.     

"Apakah kita perlu menanyakan keberadaan mereka berdua pada petugas hotel?" Brian mencoba menanyakan hal itu pada dua wanita yang masih saja berbincang serius satu sama lain.     

Satu persatu semua kebenaran memulai terungkap. Meskipun sangat menyakitkan bagi Brian, ia harus menerima jika ibunya lah dalam dari beberapa kejahatan yang terjadi di antara mereka. Entah itu keluarga Prayoga, Mahendra ataupun Hartanto ... Natasya terlibat dalam rumitnya hubungan mereka.     

"Aku meyakini jika Tante Natasya juga yang telah menyebabkan Tante Irene tewas dalam kecelakaan itu. Meskipun bukti-bukti dan juga saksi begitu sulit ditemukan, kita harus melakukan banyak cara agar Tante Natasya mengakui kejahatannya sendiri." Eliza mulai mengungkapkan sesuatu yang selama ini mengganjal di dalam hatinya. Sesuatu yang sangat diyakininya jika Natasya adalah dalang dari semua kekacauan dalam tiga keluarga itu.     

"Aku punya rencana agar Papa melihat kebusukan dari wanita yang dicintainya itu," ucap Eliza lirih dengan sedikit keraguan di wajahnya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.