Bos Mafia Playboy

Menghabisi Menantu Sendiri?



Menghabisi Menantu Sendiri?

0"Kamu sudah semakin gila, Nat! Meledakkan gudang penyimpanan itu tak akan membuat mantan suamimu itu jatuh miskin," ucap Teddy Julian dalam wajahnya yang sedikit tak percaya dengan kegilaan wanita di sebelahnya.     
0

Natasya tentunya sangat mengetahui hal itu. Ia berpikir untuk melemahkan sisi pertahanan seorang Adi Prayoga saja. Selama menjadi istri dari seorang Prayoga, ia bisa mengetahui seberapa kayanya mantan suaminya itu. Natasya juga tahu jika Adi Prayoga memilih perusahaan tambang di luar pulau.     

"Aku akan membuat sebuah pembalasan yang sangat menyakitkan untuk Adi Prayoga. Tak akan ada yang mengetahui jika pria itu akan menghadapi sebuah kematian yang sangat mengerikan." Wanita itu seolah baru saja dirasuki oleh setan yang membutakan hati nuraninya. Seolah Natasya tak pernah takut pada dosa atau apapun yang mampu menciutkan nyali.     

Dalam rasa penasaran, Teddy Julian menatap wanita itu penuh curiga. Ia yakin jika Natasya pasti akan merencanakan sesuatu yang cukup berbahaya bagi mereka semua.     

"Apa kamu berencana untuk menghabisi menantumu sendiri?" Teddy Julian cukup yakin jika wanita di depannya itu pasti mampu melakukannya. Terlebih, istri dari anaknya itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan Irene Mahendra.     

Seperti wanita yang tak waras, Natasya tertawa lepas. Ia tak peduli saat beberapa orang mulai memperhatikan dirinya. Ia hanya ingin mengungkapkan rasa bahagia di dalam hatinya.     

"Kamu selalu bisa membaca pikiranku, Tedd. Aku memang berencana untuk menghabisi perempuan itu. Namun Brian begitu tergila-gila pada Imelda. Aku takut jika Brian tak akan pernah bisa menerima kematian istrinya itu." Hal itulah yang selalu dikhawatirkan oleh Natasya. Sejak lama, ia sudah berencana untuk menghabisi Imelda. Namun melihat Brian terlalu mencintai Imelda, membuatnya terus mengurungkan niatnya.     

"Tidak bisakah kamu melepaskannya? Bukankah Imelda sedang mengandung cucumu?" Teddy Julian bukanlah seorang manusia tanpa perasaan. Ia tetap saja merasa kasihan pada Imelda yang tak tahu apa-apa pada dendam di antara keluarganya. Pria itu hanya gak ingin orang yang tak bersalah menjadi korban.     

Natasya tersenyum kecut pada pria yang sudah lama tidak dijumpainya itu. Ia tak menyangka jika Teddy Julian bisa mengusulkan sesuatu yang jelas-jelas tidak disukainya. Wanita itu sama sekali tak berpikir untuk melepaskan Imelda dari tangannya. Sudah terlalu jelas jika menantunya itu sengaja melawannya secara terang-terangan.     

Dari perubahan ekspresi Natasya saja, Teddy Julian sudah bisa melihat kekecewaan wanita itu atas dirinya. Meskipun hal itu tidak diucapkannya, air muka Natasya sudah memperlihatkan dengan sangat jelas.     

"Apa kamu marah dengan ucapanku, Nat?" Teddy Julian melihat Natasya hanya terdiam setelah dua pertanyaan yang diucapkannya tadi.     

"Bukan marah. Namun kamu sudah berubah, Tedd. Biasanya kamu selalu mendukung apapun yang akan aku lakukan. Tapi sekarang ... seolah kamu baru saja melarangku untuk membalas dendam itu." Natasya mencoba menceritakan tentang perasaannya. Segala kekesalan dan juga kekecewaannya pada Teddy Julian.     

Pria itu lalu terdiam tanpa kata. Tak ada niat sedikit pun untuk menyakiti wanita di sebelahnya itu. Namun, Teddy Julian berharap jika Natasya bisa berhenti melakukan banyak kejahatan yang selama ini telah dilakukannya.     

"Bagaimana jika kamu melupakan balas dendam mu itu, Nat? Aku takut jika tak bisa membantumu seperti dahulu. Sekarang aku tak memiliki otoritas apapun yang bisa menyelamatkanmu." Akhirnya, Teddy Julian mengeluarkan segala kekhawatiran dari dasar hatinya. Ia benar-benar sudah tak memiliki kekuatan apapun di negeri itu.     

"Tak perlu mengkhawatirkan apapun juga. Masih ada Rizal Hartanto yang bisa membantuku melakukan semua rencanaku," tegas Natasya pada seorang pria yang terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya.     

"Apa tujuan kepulangan mu kali ini, Tedd? Jangan bilang jika kamu merindukan aku!" Natasya cukup penasaran dengan kedatangan pria itu yang terkesan sangat mendadak. Biasanya Teddy Julian akan mengabarinya jauh-jauh hari.     

Teddy Julian terlihat menghela nafasnya cukup berat. Seolah ada sebuah beban di atas pundaknya. Kepulangannya kali ini memang sangat mendadak. Ada sesuatu yang memaksanya untuk kembali ke tanah air.     

Pria itu lalu bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia berdiri di dekat jendela kaca besar yang tak jauh dari mejanya. Ada sebuah perasaan khawatir yang begitu besar tercetak sangat jelas di wajahnya.     

"Apa yang sedang kamu risaukan?" Natasya pun ikut berdiri di sebelah pria itu.     

Teddy Julian menatap Natasya dalam perasaan cemas dan juga rasa takut yang singgah di dasar hatinya. Ia merasa tak berdaya saat tak memiliki kuasa untuk melakukan apapun.     

"Aku baru saja mendapatkan kabar ... jika ada seseorang yang sengaja mengambil arsip kasus kematian Irene Mahendra. Dan rekaman kamera pengawas tiba-tiba rusak di saat yang bersamaan. Aku takut jika seseorang sedang berusaha menggali kembali kejadian belasan tahun itu," jelas Teddy Julian dengan panjang lebar tentang kekhawatiran akan hal itu.     

Tak bisa dipungkiri jika Natasya cukup terkejut dengan penjelasan Teddy Julian. Ia pun menjadi sangat penasaran tentang seseorang yang sengaja mengambil arsip itu. Wanita itu merasa jika ada seseorang yang mulai mencurigai insiden yang telah membuat Irene Mahendra tewas dalam kecelakaan itu.     

"Kejadian itu sudah cukup lama. Tak ada bukti ataupun saksi dalam kasus itu. Lalu ... apa yang kamu takutkan?" tanya Natasya pada pria yang berdiri di sebelahnya.     

"Jika kasus ini kembali dibuka ... tentunya hal ini akan menyeretmu dan juga diriku. Meskipun Rizal Hartanto adalah hakim dalam kasus itu, ia hanya bekerja atas perintahku. Apa kamu mengerti dengan apa yang aku khawatirkan?" Teddy Julian pun menjelaskan segala kekhawatiran di dalam hatinya. Ia tak ingin terseret dalam rumitnya hubungan Natasya.     

Natasya akhirnya mengerti alasan pria itu tiba-tiba kembali ke tanah air. Terlalu banyak kejahatannya yang telah diketahui oleh Teddy Julian. Pria itu sama sekali tak pernah mengancamnya ataupun menakut-nakutinya.     

"Jika itu yang kamu takutkan ... pergilah sejauh mungkin. Menghilang lah sampai tak ada siapapun yang bisa menemukanmu," ujar Natasya pada pria itu.     

"Bagaimana denganmu? Bukankah lebih baik kita pergi bersama? Melupakan masa lalu kelam yang selama ini telah menjerat kita." Sebuah penawaran yang cukup menjanjikan bagi Natasya. Teddy Julian ingin wanita itu bisa hidup bersamanya dengan tenang.     

Mendengar permintaan itu, Natasya kembali duduk di kursinya. Ia tak mungkin melupakan segala dendam dan juga sakit hatinya pada Adi Prayoga. Natasya tak bisa hidup tenang sebelum membuat Adi Prayoga hidup menderita.     

"Pergilah! Aku bisa menangani Adi Prayoga dengan kekuatanku sendiri. Sudah cukup kamu mendukungku selama ini, Tedd," balas Natasya atas permintaan dari Teddy Julian.     

"Aku akan tinggal semalam bersamamu, anggap saja itu adalah salam perpisahan untuk kita. Andai saja kamu mau ikut bersamaku, Nat," ucap Teddy Julian penuh harap.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.