Bos Mafia Playboy

Menghabisinya Seperti Dulu Menghabisi Ibunya



Menghabisinya Seperti Dulu Menghabisi Ibunya

0Pagi itu, Jeffrey baru saja berangkat ke markas. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah panggilan telepon dari Natasya. Ia cukup terkejut karena wanita itu tak biasanya menghubunginya pagi-pagi sekali.     
0

Beberapa menit mengobrol, akhirnya Natasya mengatakan ingin meminjam salah satu mobil Jeffrey. Ia beralasan jika mobilnya masuk bengkel, di saat dirinya ingin liburan bersama teman-temannya.     

Tak perlu berpikir panjang, Jeffrey pun langsung bergegas ke sebuah alamat di mana Natasya sedang menunggunya. Wanita itu terus saja menelponnya karena sudah tak sabar untuk segera pergi dari sana. Ia tak ingin jika wanita itu sampai kehilangan akal dan melakukan hal yang cukup berbahaya bagi dirinya.     

Dalam beberapa menit, Jeffrey sampai di sebuah titik lokasi yang telah dikirimkan oleh Natasya. Tempat itu ternyata adalah sebuah hotel mewah yang berada di pusat kota. Pria itu bisa melihat jika Natasya sudah menunggunya di lobby hotel itu.     

Jeffrey keluar dari mobilnya dan menghampiri seorang wanita yang sudah terlihat cantik dengan balutan gaun warna terang yang cukup mencolok.     

"Apa kamu akan berkencan dengan Rizal Hartanto?" tanya Jeffrey pada mantan istri dari Adi Prayoga itu.     

"Bukankah sudah kukatakan jika aku akan liburan bersama teman-temanku?" Natasya terlihat langsung kesal pada pertanyaan Jeffrey. Ia tak suka jika pria itu terlalu mencampuri urusannya.     

Natasya langsung menyambar kunci mobil Jeffrey dan mengulum senyuman tipis pada pria di depannya. Sejak wanita itu memergoki Jeffrey yang membayar wanita untuk menjebak Davin Mahendra, Natasya seolah telah menjadi bos atas sosok pria itu. Ia mengancam akan menyebarkan kejahatan Jeffrey jika pria itu tak mematuhinya.     

"Pergilah! Aku akan langsung berangkat sekarang." Wanita itu meninggalkan Jeffrey begitu saja. Terlihat dari langkah kakinya, Natasya sedikit terburu-buru untuk pergi ke sebuah tempat.     

Sedangkan Jeffrey hanya bisa melihat wanita itu pergi membawa mobilnya. Ingin rasanya ia mengikuti kemana perginya Natasya. Sayangnya, ia harus segera ke markas untuk membicarakan beberapa hal penting pada bawahannya.     

Hingga tak berapa lama, Jeffrey pun dijemput oleh seorang agen intelijen yang kebetulan sedang melewati apartemen itu. Ia pun berangkat ke kantor bersama seorang bawahannya itu.     

"Bagaimana Anda bisa berada di sana sendirian, Pak?" tanya seorang agen intelijen yang kebetulan berada tak jauh dari apartemen.     

"Seorang teman meminjam mobilku. Dia sengaja meninggalkan aku sendirian di sana." Hanya itu yang dikatakan oleh Jeffrey pada anak buahnya itu. Ia lalu terdiam dan memikirkan alasan Natasya meminjam mobilnya. Jeffrey merasa jika wanita itu sangat aneh dan juga mencurigakan.     

Di ramainya jalanan menuju ke sebuah bandara internasional, Natasya melajukan mobilnya dengan cukup terburu-buru. Ia takut jika dirinya akan terlambat untuk menjemput seseorang yang cukup berpengaruh dalam hidupnya.     

Sampai di bandara, seorang pria tinggi besar sudah berdiri dengan kacamata hitam menunggu dirinya. Wanita itu berlari ke arah pria itu dan menghampirinya.     

"Apakah sudah menunggu lama, Tedd?" tanya Natasya pada pria itu.     

"Baru beberapa menit saja. Lebih baik kita mencari sebuah restoran untuk sarapan. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu." Pria itu adalah Teddy Julian. Seseorang yang pernah menjadi atasan Rizal Hartanto beberapa tahun silam. Karena sebuah alasan, ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai seorang hakim senior. Kemudian ia sibuk dengan berbagai urusannya di luar negeri.     

Pria dan wanita itu lalu masuk ke dalam mobil. Kemudian mereka berdua menuju ke sebuah restoran yang tak jauh dari bandara itu.     

Begitu menemukan sebuah tempat duduk yang nyaman, Natasya dan Teddy duduk bersebelahan. Pria itu terus saja memandangi seorang wanita yang sudah cukup lama tidak dijumpainya.     

"Apa kamu sudah menikahi Rizal Hartanto?" tanya Teddy Julian pada wanita yang duduk di sebelahnya.     

"Aku belum menikahi siapapun. Rasanya tanpa menikah pun aku bisa melakukan banyak hal dengan pria bodoh itu." Natasha tersenyum penuh seringai membayangkan betapa menyedihkannya seorang Rizal Hartanto.     

Ada raut wajah tak suka yang diperlihatkan oleh Teddy Julian pada Natasya. Dia sangat tak menyukai wanita yang mempermainkan seorang pria.     

"Kenapa kamu tak memutuskan untuk hidup bersamanya? Bukankah sebelum menikah dengan Adi Prayoga dia adalah kekasihmu?" Lagi-lagi Teddy Julian menanyakan tentang hubungan Natasya dan juga pria itu. Ia sangat tahu, seberapa lamanya Natasya menjalin hubungan dengan Rizal Hartanto.     

"Jangan membahas pria itu lagi! Aku sedang kesal pada anak perempuannya, Eliza Hartanto. Perempuan itu terus saja mengusikku, aku merasa sangat tak nyaman atas perbuatannya itu," keluh Natasya pada seorang pria yang baru saja datang dari luar negeri.     

Teddy Julian bisa melihat kekesalan Natasya atas Eliza Hartanto. Wanita itu terlihat sedikit takut pada jaksa muda yang cukup diperhitungkan dan sedang menjadi pusat perhatian.     

"Haruskah aku menghabisinya seperti saat kamu memintaku untuk menghabisi ibunya?" Sebuah pertanyaan yang tentunya membuka pintu baru yang memperlihatkan kejahatan Natasya selama ini.     

Tak pernah disangka, jika Natasya lah yang telah membunuh istri dari Rizal Hartanto dan juga ibu dari Johnny serta Eliza Hartanto. Hal itu hanya diketahui oleh Teddy Julian saja.     

"Tutup mulutmu, Tedd! Jangan sampai ada orang lain yang mendengar pembicaraan kita!" protes Natasya pada seorang pria yang selama ini banyak membantunya untuk mempermulus jalan hidupnya.     

Pria itu justru terkekeh mendengar nada protes dari Natasya. Wanita di sebelahnya itu, biasanya tak pernah takut dengan apapun juga. Namun yang diperlihatkannya kali ini sangat jauh berbeda dari seorang Natasya yang dulu pernah dikenalnya.     

"Apakah berkurangnya usiamu juga telah berhasil mengurangi segala keberanian di dalam dirimu, Nat?" Panggilan itulah yang diberikan oleh Teddy pada seorang wanita yang dulu pernah menggoda membuatnya tergila-gila.     

Sebuah pukulan lembut dilemparkan Natasya di bahu Teddy Julian. Ia sangat tahu ke mana arah pembicaraan dari pria itu. Wanita itu tak ingin jika Teddy membahas beberapa kejahatan yang sudah dilakukannya di masa lalu.     

"Tutup mulutmu, Tedd! Atau aku akan membunuhmu sekarang juga." Sebuah ancaman yang dilontarkan Natasya justru membuat Teddy Julian terkekeh mendengar perkataan itu.     

Pria itu terpaksa menghentikan tawanya, ia tak ingin membuat Natasya murka dan mengamuk di restoran itu. Meskipun dalam hati, Teddy Julian masih ingin menertawakan wanita di sebelahnya itu.     

"Apa kamu masih berbisnis dengan Yudha Fabian? Bukankah penjahat itu terlalu banyak ulah akhir-akhir ini?" tanya pria itu cukup penasaran.     

"Aku masih berbisnis dengannya. Baru-baru ini, aku sengaja meledakkan gudang penyimpanan Adi Prayoga dengan sedikit bantuannya," cerita Natasya tanpa ada yang ditutupinya.     

Teddy Julian hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar Natasya mengatakan hal itu. Wanita itu semakin kejam setelah sekian lama tak bertemu. Ia tak menyangka jika Natasya akan melakukan sebuah tindakan yang bisa membahayakan dirinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.