Bos Mafia Playboy

Kehebatan Imelda Mahendra



Kehebatan Imelda Mahendra

0Brian merasa sudah jatuh masih harus tertimpa tangga. Ia merasa jika masa lalunya yang begitu kelam selalu saja menghantuinya. Namun ia tak mungkin menyangkal semuanya, jelas-jelas hal itu benar-benar telah dilakukannya.     
0

"Sudahlah, Sayang. Lebih baik kita segera bertemu dengan Om Jeffrey dan juga Kak Vincent. Tak perlu membicarakan hal yang sama sekali tak penting," ajak Brian pada seorang wanita hamil yang sudah resmi menjadi istrinya.     

Setelah berpikir sejenak, Imelda berpikir jika yang dikatakan oleh Brian memang benar. Ia pun bangkit dari kursinya dan mengambil beberapa barang yang akan dibawanya.     

"Kamu tak perlu khawatir dengan Kak Vincent, Dokter Laura. Aku akan mencoba untuk mencari tahu, apa saja yang telah dilakukan oleh Mama Natasya dengan kakakku." Imelda mencoba menenangkan hati dari kekasih kakaknya itu. Ia tak ingin membuat Laura stress karena memikirkan Vincent.     

"Terima kasih, Dokter Imelda," balas Laura dalam balutan senyuman tipis yang penuh arti. Ia tak menyangka bisa memiliki hubungan yang cukup dekat dengan anak dari pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.     

Wanita itu berjalan bersama Brian menuju ke arah pintu. Namun tiba-tiba saja, Imelda menghentikan langkahnya. Ia pun berbalik badan dan memandang Laura yang masih terlihat cemas.     

"Jika kamu mau ... kamu bisa di sini dulu. Setidaknya sampai hatimu tenang, jangan mengemudi jika kamu belum bisa mengendalikan kegelisahanmu," bujuk Imelda pada seorang wanita yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah sakit yang sama dengannya.     

Laura hanya menganggukkan kepalanya tanpa memberikan jawaban apapun. Ia sangat tahu jika Imelda sangat peduli dengannya. Apalagi, perkataan istri dari Brian Prayoga itu memang ada benarnya. Akan sangat berbahaya jika ia mengemudi dalam suasana hati yang tidak tenang.     

"Tetaplah di sini hingga hatimu sedikit lebih tenang, aku akan meminta seorang pelayan menyiapkan sebuah kamar untukmu," ujar Martin pada seorang wanita yang tak lain adalah kekasih dari sahabatnya.     

Martin pun meminta pada seorang pelayan untuk menyiapkan sebuah kamar untuk Laura. Terlihat begitu jelas, jika kekasih dari Vincent itu sedikit kelelahan setelah menjadi dokter jaga di rumah sakit.     

Begitu kamar selesai dibersihkan, Martin meminta Laura untuk beristirahat di kamar. Ia pun juga ikut masuk ke dalam kamarnya sendiri. Banyak hal yang harus dilakukan oleh Martin untuk membereskan banyak kekacauan yang telah dilakukan oleh mantan istri dari bos-nya sendiri.     

Di sisi lain, Brian dan Imelda berangkat dengan dua bodyguard yang bersamanya. Walau bagaimanapun, ia tak mungkin melanggar perintah Davin Mahendra agar mereka selalu membawa bodyguard saat keluar dari rumah itu.     

"Apakah kita bisa melewati pemeriksaan di tempat latihan para agen intelijen itu, Sayang?" Brian sedikit khawatir jika sampai kedatangannya nanti mendapatkan penolakan.     

"Tenang saja, Brian. Tak ada satu pun orang yang bisa menghentikan kita untuk bertemu dengan Om Jeffrey ataupun Kak Vincent." Imelda mengatakan hal itu dengan cukup menyakinkan. Sebenarnya ia sudah beberapa kali melakukan berbagai latihan bersama beberapa agen terpilih.     

Tak berapa lama, sampailah mobil itu di sebuah pemeriksaan ketat saat memasuki lokasi pelaksanaan bagi para agen intelijen. Beberapa petugas langsung memerintahkan mobil yang membawa Brian dan Imelda. Mereka memperhatikan orang-orang dalam mobil itu satu persatu.     

"Aku sudah ada janji dengan Om Jeffrey," celetuk Imelda saat beberapa penjaga menatap mereka dengan tatapan tak bersahabat.     

Seorang petugas pemeriksaan langsung menghubungi seseorang dengan telepon. Wajah mereka yang tadinya tak ramah, berubah total setelah berbicara dengan seseorang via telepon.     

"Kami akan mengawal mobil Anda menuju tempat latihan," ucap seseorang dari mereka dalam tutur kata yang begitu sopan dan juga sangat ramah.     

Sebuah mobil langsung mengawal mobil mereka menuju ke tempat latihan. Setelah melaju beberapa menit, mereka pun berhenti di depan bangunan yang sangat mirip dengan stadion yang berdiri kokoh di tengah-tengah lokasi itu.     

"Silahkan langsung masuk saja ke dalam. Pak Jeffrey sudah menunggu Anda di dalam," ucap seorang pria dengan seragam dinas lengkap dengan persenjataannya.     

Imelda tentunya sangat tahu jalan masuk ke dalam tempat latihan itu. Ia melangkahkan kakinya dengan cukup menyakinkan disusul oleh Brian di belakangnya.     

Begitu masuk ke dalam, terlihat beberapa agen sedang latihan menembak target. Sedangkan Jeffrey duduk bersama dengan beberapa orang untuk melihat latihan mereka semua.     

"Selamat pagi, Om Jeffrey," sapa Imelda pada sosok pria yang memiliki hubungan yang cukup dekat dengan ayahnya. Ia sengaja mengulum sebuah senyuman hangat pada atasan dari Davin Mahendra itu.     

Jeffrey langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan untuk menyambut kedatangan seorang Imelda Mahendra dan juga suaminya.     

"Selamat datang, Imelda. Brian. Silahkan duduk dulu, sebentar lagi Vincent juga akan datang ke sini," sapa Jeffrey dengan senyuman ramah dan juga sambutan hangat yang penuh arti.     

"Terima kasih, Om. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu pada Kak Vincent saja. Rasanya aku sudah tak bisa menunggu sampai besok." Imelda mencoba untuk menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat latihan itu.     

Jeffrey bisa melihat jika Imelda memiliki sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan dengan kakaknya. Ia pun meminta beberapa orang yang tadinya menemaninya untuk meninggalkan mereka. Jeffrey ingin membuat Imelda merasa nyaman berada di sana.     

"Duduklah, Brian. Apa kamu ingin melihat kehebatan Imelda dalam menembak?" Sebuah penawaran dari Jeffrey yang cukup menggiurkan bagi Brian. Namun ia tak yakin jika Imelda akan memperlihatkan penampilan terbaik yang dimilikinya.     

"Apakah Imelda sehebat itu, Om?" Tiba-tiba Brian merasa sangat penasaran pada kehebatan dari istrinya itu. Ia hanya beberapa kali melihat Imelda memegang senjata miliknya di saat-saat genting saat mereka bersama.     

Jeffrey tersenyum kecil pada pasangan itu. Terlihat sangat jelas jika Brian tidak begitu mengetahui kehebatan seorang Imelda Mahendra. Ia ingin melihat Imelda menunjukan kehebatan pada beberapa agen yang sedang berlatih di sana, termasuk Vincent yang terlihat sangat fokus untuk menembak.     

"Bolehkah aku sedikit merepotkan kamu, Imelda? Aku ingin menunjukkan kehebatanmu pada beberapa agen yang masih belajar untuk menembakkan peluru dengan tepat sasaran," pinta Jeffrey dalam sebuah perkataan yang terdengar memohon pada wanita yang duduk di sebelahnya.     

"Tapi aku tak sehebat itu, Om." Imelda merasa tak percaya diri untuk menunjukkan kemampuan pada beberapa agen dan juga kakaknya sendiri.     

"Cobalah, Sayang. Aku juga ingin melihat kehebatanmu dalam menembak," bujuk Brian pada istrinya. Ia juga sudah tak sabar untuk melihat Imelda yang begitu hebat dalam bertarung ataupun menggunakan senjatanya.     

Dengan sedikit ragu, Imelda mengambil sebuah senjata yang sudah disiapkan oleh Jeffrey di atas meja. Mereka pun bergabung dengan beberapa orang yang sudah sangat penasaran dengan sosok wanita yang terlihat begitu lihai memegang senjatanya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.