Bos Mafia Playboy

Eliza Menjadi Pencuri?



Eliza Menjadi Pencuri?

0Rizal Hartanto menjadi sangat gelisah menantikan bawahannya yang sedang mencari sebuah rekaman kamera pengawas. Ia sudah sangat tidak sabar untuk memastikan jika Eliza tidak terlibat.     
0

"Ini rekaman kamera pengawasnya, Pak." Pria itu memberikan sebuah flashdisk pada Rizal Hartanto. Seperti ucapan atasannya, ia sudah melakukannya tanpa diketahui oleh siapapun.     

Begitu menerima flashdisk itu, Rizal Hartanto langsung memeriksa sebuah rekaman yang membuatnya harus menahan dirinya.     

Dalam hati yang sangat berdebar, ia pun memutar rekaman video itu. Seperti dugaannya, Eliza diam-diam mencuri berkas kecelakaan yang melibatkan Imelda.     

"Sudah kuduga jika itu adalah Eliza. Apa yang sedang dilakukan anak itu." Rizal Hartanto bergumam sendiri sembari menyaksikan anak perempuannya sengaja mengambil sebuah berkas tanpa ijin.     

"Apa tidak ada yang melihatmu kali ini?" tanya Rizal Hartanto pada bawahannya itu.     

"Semuanya aman, Pak. Tak ada yang melihat saya keluar dari ruangan itu," jawab seorang pria yang cukup dipercaya oleh Rizal Hartanto.     

Pra itu langsung keluar dari sana, ia merasa jika atasannya itu membutuhkan sedikit waktu untuk dirinya sendiri.     

Rizal Hartanto hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan berbahaya dari anak perempuannya. Tak bisa dipungkiri jika Eliza begitu sulit untuk dikendalikan. Ia pun tak bisa memaksakan     

Ia pun bangkit dari kursinya lalu keluar dari ruangannya. Ada sesuatu hal yang sangat mengganggunya. Rizal Hartanto sudah sangat tak sabar untuk menanyai anak perempuannya itu.     

Tanpa membuang waktu, ia pun segera berangkat menuju ke kantor kejaksaan. Sebagai seorang ayah, ia harus tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk anaknya.     

Dengan langkah pasti dan cukup menyakinkan, Rizal Hartanto masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia sudah tak sabar untuk segera bertemu dengan Eliza.     

Tak berapa lama tibalah Rizal Hartanto di halaman depan kantor kejaksaan. Setelah memarkirkan mobilnya, ia pun langsung masuk dan mencari keberadaan anaknya. Beberapa kali menanyakan ruangan anaknya, akhirnya ia sampai di depan sebuah ruangan dengan papan nama Eliza Hartanto.     

Ia pun mengetuk pintunya sebentar lalu masuk ke dalam ruangan itu. Terlihat Eliza sedang beberapa berkas yang berada di atas meja.     

"Papa ingin berbicara denganmu, Eliza," ucap Rizal Hartanto begitu masuk ke dalam ruangan anaknya.     

Eliza segera meletakkan berkas di tangannya lalu bangkit dari kursinya. Ia pun berjalan menghampiri seorang pria tua yang tak lain adalah ayahnya sendiri.     

"Tak biasanya Papa datang ke kantorku." Eliza tentunya sangat penasaran pada alasan seorang Rizal Hartanto mendatangi kantornya.     

Pria tua itu memperhatikan sekeliling ruangan, ia bisa melihat jika anak perempuannya itu adalah seseorang yang cukup rapi. Dan semua barang-barangnya tertata dengan sempurna.     

"Apa yang kamu lakukan di ruang arsip kantor Papa? Apa yang telah kamu ambil di sana?" tanya Rizal Hartanto.     

Seketika itu juga Eliza langsung berdiri mematung dengan wajahnya yang langsung pucat. Ia tak menyangka jika akan tertangkap basah oleh ayahnya sendiri. Rasanya ia sangat malu berada dalam situasi itu.     

"Bagaimana Papa mengetahuinya?" Eliza sangat penasaran dengan alasan dari ayahnya yang telah bisa mengetahui kecerobohannya itu.     

"Kamu pikir Papa akan diam saja saat kamu melakukan pencurian di ruang penyimpanan di kantor Papa," balas Rizal Hartanto pada anaknya itu. Ia bukan marah, hanya saja ia beranggapan jika Eliza sangat ceroboh dan membahayakan dirinya.     

Eliza semakin merasa sangat malu akan hal itu. Ia benar-benar tak bisa berkilah atau menyanggah ucapan dari ayahnya. Dia hanya bisa pasrah jika pria di depannya itu akan marah ataupun menyalahkannya.     

"Maaf, Pa. Aku hanya ingin mengetahui sebuah kebenaran yang selama ini telah terkubur dengan dalam," ungkap Eliza dalam sebuah rasa penyesalan yang tak bisa ditutupinya.     

"Apa kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan?" tanya pria itu pada anaknya sendiri. Ia tentunya sangat penasaran dengan keinginan anaknya itu.     

Eliza mengambil sebuah berkas atas kasus kematian Irene. Ada banyak kejanggalan dalam berita acara pemeriksaannya. Anehnya lagi, kasus itu langsung ditutup tanpa dicari terlebih dahulu pelaku atau pembunuh Irene Mahendra.     

"Kenapa kasus ini bisa langsung ditutup? Bukankah Papa juga terlibat?" Dua pertanyaan sekaligus dilontarkan Eliza pada ayahnya. Ia merasa ada banyak hal yang masih menjadi misteri dalam kasus itu.     

"Apa yang kamu pikirkan, Eliza? Apa kamu menuduh Papa melakukan konspirasi?" balas Rizal Hartanto pada anak perempuannya.     

Tak langsung menjawab, Eliza justru terdiam sembari memikirkan banyak hal yang terus menggangu kepalanya. Ia merasa jika dugaannya tak mungkin salah.     

"Mengapa kasus ini ditutup begitu saja? Apakah insiden kecelakaan itu telah melibatkan seseorang yang cukup berpengaruh dalam negeri ini?" Dua pertanyaan pamungkas sengaja dilemparkan Eliza pada ayahnya. Ia masih saja belum bisa menerima semuanya.     

"Papa hanya mendapatkan perintah dari atasan waktu itu untuk menutup kasusnya. Tak ada bukti lainnya ataupun saksi mata dalam kecelakaan itu. Hingga akhirnya semua diputuskan sebagai sebuah kecelakaan tunggal." Rizal Hartanto mencoba untuk menjelaskan hal itu sesuai dengan kisah masa lalu yang masih diingatnya.     

Bukannya mengerti, Eliza justru semakin tak memahami hal itu. Ia tak percaya jika pada saat itu, hukum bisa dipermainkan dengan begitu mudahnya. Yang paling menyedihkan, ayahnya sendiri juga terlihat dalam kekacauan itu.     

"Apa Papa tak pernah merasa berdosa telah menutup kasus itu tanpa kejelasan yang pasti?" Eliza berharap jika ayahnya memiliki sebuah penyesalan yang menghantui hatinya.     

"Dulu Papa hanya patuh pada atasan saja. Tapi sekarang ... rasanya aku sangat menyesal telah melakukan kebodohan itu. Namun kejadian itu sudah sangat lama, bagaimana Papa bisa memperbaikinya?" Rizal Hartanto tentunya sangat menyesal karena membuat kasus itu ditutup tanpa kepastian apapun.     

Semakin kesal dengan jawaban itu, Eliza pun menarik rambutnya sendiri. Ia sedang memikirkan sebuah cara untuk menebus segala kesalahan yang telah dilakukan oleh ayahnya di masa lalu. Bukan tak mungkin jika mereka bisa kembali membuka kasus itu lagi dan menemukan pelaku yang sebenarnya.     

"Papa harus membantuku membuka kembali kasus ini dan menemukan pelaku yang sebenarnya," celetuk Eliza pada ayahnya.     

"Kasus ini sudah belasan tahun, sepertinya akan sangat sulit untuk membukanya kembali. Apalagi tak ada saksi mata yang melihat kejadian itu." Rizal Hartanto mencoba untuk menjelaskan hal itu pada anaknya. Bukankah tak ingin membuka kasusnya, hanya saja segalanya pasti akan sangat sulit untuk mereka.     

Eliza terlihat sangat frustrasi akan jawaban itu. Ia mencoba untuk berpikir keras agar bisa menemukan sebuah solusi untuk menemukan seseorang yang bertanggung jawab atas kematian Irene Mahendra. Tak peduli bahaya apa yang akan mengancam, Eliza akan berusaha untuk memecahkan kasus itu. Apalagi ia sudah membuat sebuah ja nji yang harus ditepati.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.