Bos Mafia Playboy

Persengkongkolan



Persengkongkolan

0"Eliza! Kamu sangat tak sopan!" bentak Rizal Hartanto pada anak perempuannya. Ia tak menyangka jika Eliza bisa begitu berani untuk mengatakan hal itu kepada Natasya.     
0

"Apa Papa memang sengaja bersengkongkol dengan kekasih Papa itu?" Eliza tersenyum kecut pada ayahnya sendiri. Seolah ia melihat jika ayahnya sengaja mendukung pembunuh berdarah dingin.     

Sedangkan Natasya masih cukup terguncang dengan tuduhan serius yang telah dilontarkan oleh Eliza. Ia tak pernah membayangkan jika anak perempuan dari kekasihnya itu bisa melemparkan sebuah tuduhan yang cukup serius pada dirinya.     

"Sepertinya tuduhanmu itu sama sekali tak beralasan dan juga tak ada bukti. Sebagai seorang jaksa, tak seharusnya kamu menuduh Tante tanpa bukti." Natasha mencoba mengingatkan jika Eliza sedikit berlebihan kepada dirinya. Meskipun dalam hatinya, Natasya merasakan ada sesuatu yang seolah diketahui oleh Eliza.     

"Sabar, Tante. Aku harus ke kantor dulu untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Tante Natasya." Seolah tanpa rasa berdosa, Eliza langsung meninggalkan ruangan itu. Meskipun terkesan tak sopan, ia tak peduli akan hal itu.     

Begitu anak perempuan dari Rizal Hartanto pergi, Natasya bergegas mendekati kekasihnya itu. Ia menatap seorang pria yang selama ini selalu mendukung dirinya dalam keadaan apapun.     

"Apa maksud tuduhan Eliza kepadaku? Kamu bisa dengar sendiri jika dia seolah ingin menghancurkan aku." Natasya semakin gelisah dengan semuanya. Ia merasa jika segalanya berbalik melawan dirinya.     

"Mengapa kamu terlihat sangat ketakutan? Bukankah tak perlu takut jika kamu memang tak salah?" Rizal Hartanto merasa jika reaksi yang ditunjukkan oleh Natasya sedikit berlebihan. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak pada seorang wanita yang dikenalnya sudah cukup lama. Meskipun mereka belum memiliki ikatan resmi, pasangan itu sudah memiliki hubungan yang cukup erat.     

Sontak saja, Natasya memilih untuk membelakangi pria itu. Ia tak ingin menambahkan kecurigaan pada Rizal Hartanto.     

"Apa kamu mulai meragukan aku?" tanya Natasya pada seorang pria yang telah cukup lama bersamanya.     

"Ini bukan soal meragukan ... tapi reaksi yang kamu tunjukkan benar-benar berlebihan. Orang akan berpikir jika tuduhan itu memang benar. Apakah kamu benar-benar tak ada hubungannya dengan insiden tewasnya Irene Mahendra?" Rizal Hartanto akhirnya menanyakan sendiri sesuatu yang belum diketahuinya.     

Pria itu masih ingat jika Natasya mendatangi dirinya di hari yang sama dengan tewasnya Irene Mahendra. Saat itu, Natasya terlihat sangat kacau dan juga frustrasi. Rizal Hartanto berpikir jika wanita itu sangat terpukul dengan kematian sahabatnya. Bahkan, Natasya membutuhkan waktu beberapa hari untuk memperbaiki perasaannya.     

"Kamu seolah juga sedang menuduh aku, Mas!" Natasya semakin kesal pada pria yang masih berdiri tak jauh darinya. Ia merasa jika Rizal Hartanto.     

Natasya benar-benar tak percaya jika Rizal Hartanto juga ikut menyudutkan dirinya. Padahal selama ini, ia sama sekali tak melihat pria itu yang seolah tak mempercayainya.     

"Aku sama sekali tak menyudutkan dirimu. Setidaknya kamu bisa mengatakan hal itu jika dirimu benar-benar terlibat dalam kematian Irene Mahendra." Jauh dari lubuk hatinya, Rizal Hartanto juga merasa jika kekasihnya itu memiliki keterlibatan dengan kematian sahabatnya. Namun hal itu langsung pupus saat mengingat kedekatan Natasya dan juga Irene di masa lalu.     

"Sudah cukup, Mas! Kedengarannya kamu juga sedang menuduhku telah membunuh sahabatku sendiri." Natasya menjadi sangat murka saat mendengar ucapan Rizal Hartanto kepadanya. Setelah bertahun-tahun mereka bersama, bisa-bisanya pria itu mengungkit tentang sesuatu yang telah lama berlalu.     

Wanita itu berangsur pergi dari ruangan itu. Natasya merasa tak tahan dengan tuduhan tanpa bukti yang telah dilontarkan kepada dirinya. Ia pun memilih untuk meninggalkan pria itu begitu saja.     

"Natasya! Tunggu." Rizal Hartanto berusaha untuk menghentikan wanita itu. Namun Natasya seolah tak peduli dengan panggilan itu.     

Pria itu mulai memikirkan perkataan Eliza atas wanita yang menjadi kekasihnya. Ia sangat penasaran atas informasi yang telah di dapatkan oleh Eliza. Rizal Hartanto akhirnya memanggil seseorang yang bisa dipercayainya untuk datang ke ruangan itu.     

Hingga tak berapa lama, datanglah seorang pria yang berpakaian cukup rapi masuk ke dalam ruangan itu.     

"Apa yang bisa saya bantu, Pak Rizal?" tanya seorang pria yang bekerja untuk Rizal Hartanto.     

"Aku ingin melihat berkas kecelakaan lalu lintas yang telah menewaskan Irene Mahendra beberapa tahun silam," perintah Rizal Hartanto pada bawahannya.     

Bawahan dari Rizal Hartanto itu sedikit tercengang dengan sebuah perintah yang diberikan oleh atasannya. Ia merasa jika atasannya itu telah melupakan sesuatu yang cukup penting.     

"Sepertinya Anda telah melupakan hal yang sangat penting. Bukankah kasus itu sengaja ditutup atas perintah atasan Anda waktu itu?" Pria itu mencoba untuk mengingatkan sesuatu yang telah terjadi beberapa tahun silam. Jelas-jelas Rizal Hartanto telah menutup kasus itu atas perintah dari atasannya.     

"Tunggu! Jadi kasus itu sengaja telah ditutup? Bagaimana aku bisa melupakan hal itu?" Rizal Hartanto merasa sangat bodoh telah melupakan hal itu. Ia pun menarik rambutnya sendiri karena terlalu kesal atas kebodohannya itu.     

"Saya akan mencarikan berkasnya untuk Anda, Pak." Pria itu langsung keluar dari ruangan itu untuk mencari sebuah berkas yang sudah tersimpan selama beberapa tahun silam.     

Dari sanalah segala kecurigaan itu mulai beralasan. Rizal Hartanto merasa gelisah dan juga sedikit takut jika kekasihnya benar-benar terlibat atas insiden kematian Irene Mahendra. Ia mencoba mengingat kejadian kejadian beberapa tahun silam.     

"Mungkinkah Natasya benar-benar terlibat dalam insiden itu?" gumam Rizal Hartanto dalam pemikirannya yang mulai tak bisa dikendalikannya. Ia takut jika selama ini dirinya telah melindungi seorang penjahat.     

Di saat Rizal Hartanto tenggelam dalam lamunannya, bawahannya yang tadi datang langsung masuk ke dalam ruangannya dengan terburu-buru.     

"Sepertinya ada seseorang yang sengaja mencuri berkas Irene Mahendra. Saya sudah berusaha untuk mencarinya, tidak ada jejaknya." Pria itu mencoba untuk menjelaskan sebuah kondisi yang benar-benar di luar bayangannya.     

Rizal Hartanto langsung tertuju pada anak perempuannya. Ia curiga jika Eliza yang telah mencuri berkas itu dalam ruangan arsip.     

"Apa yang sedang dilakukan oleh Eliza?" Rizal Hartanto merasa cemas akan hal itu. Ia merasa jika Eliza bisa saja berada dalam bahaya.     

"Haruskah saya memeriksa CCTV di dalam ruangan itu, Pak?" tanya seseorang yang bekerja di bawah perintah Rizal Hartanto.     

"Lakukan dengan hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu!" Sebuah perintah dan juga permintaan baru saja dilontarkan oleh Rizal Hartanto kepada bawahannya. Ia harus melihat sendiri seseorang yang sengaja menggali sebuah insiden berdarah dari masa lalu.     

Pria itu tadi bergerak cepat untuk memeriksa kamera pengawas dalam ruang arsip itu. Begitu menemukan sebuah rekaman tentang seseorang yang menyusup ke ruang arsip, ia langsung memberikan copy kamera pengawas itu pada Rizal Hartanto.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.