Bos Mafia Playboy

Kepanikan Imelda



Kepanikan Imelda

0Seketika itu juga, Brian seolah langsung mematung. Ia tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Namun ia sangat tahu jika Imelda sama sekali tak pernah bercanda dalam setiap ucapannya.     
0

"Aku akan menemanimu tidur di sini." Brian pun mendekati istrinya lalu duduk di bawah Imelda. Ia membelai kepala Imelda yang sudah dibaringkan di kursi. Tak peduli apapun, pria itu hanya ingin membuat istrinya merasa nyaman berada di sisinya.     

"Maaf jika aku membuatmu marah, Sayang," sesal Brian pada wanita yang mulai memejamkan matanya. Ia tahu jika wanita itu sengaja menghindari bertatap muka secara langsung kepadanya. Namun Brian hanya bisa pasrah atas kondisi itu. Ia tak ingin memaksakan Imelda untuk berbicara kepadanya.     

Hingga tak berapa lama, Imelda mulai terlelap dalam belaian lembut dari suaminya. Wanita itu mulai memperlihatkan wajah tenang dengan nafas teratur. Hingga tanpa sadar, Brian tertidur tepat di sebelah istrinya. Ia tetap terduduk di lantai dengan tangan yang menggenggam jemari tangan Imelda.     

Keesokan harinya, Imelda terbangun saat mendengar seseorang yang sedang memanggilnya. Ia pun memaksakan diri untuk membuka matanya dan terlihat, Dokter Dennis sudah berdiri tak jauh darinya.     

"Dokter Imelda! Mengapa kalian berdua tidur di sini?" Dennis menjadi sangat penasaran pada alasan Brian dan Imelda yang memutuskan untuk tidur di sebuah sofa. Apalagi, suaminya itu tertidur di lantai yang berada tepat di tempat Imelda terbaring.     

"Kami mengobrol hingga sampai ketiduran," kilah Imelda pada rekan dokternya. Ia tak ingin mengatakan jika mereka berdua baru saja ribut kecil karena hal itu. Wanita itu langsung bangkit dari kursi lalu berdiri di sebelah Brian. "Dokter Dennis. Tolong bantu aku mengangkat Brian ke sofa," pinta Imelda pada sosok pria yang menjadi dokter yang selama ini menangani Martin.     

Dennis langsung membantu wanita itu untuk membaringkan suaminya di atas kursi. Begitu selesai, pria itu langsung tersenyum memandang Imelda.     

"Mandilah! Aku akan langsung melihat kondisi Martin di dalam kamarnya." Dennis langsung bergegas ke kamar Martin. Ia cukup cemas saat semalam Imelda menghubunginya. Sebagai seorang dokter, Dennis tentunya akan melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Terlebih, Martin memiliki hubungan yang cukup baik pada Imelda dan juga Brian.     

Begitu Dennis masuk ke dalam kamar di mana Martin berada, wanita itu menuju ke kamarnya sendiri. Ia pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebagai teman dan juga nyonya rumah, Imelda ingin menemani Dennis mengobrol sembari membicarakan keadaan kaki Martin.     

Tak berapa lama, Imelda sudah berpakaian rapi dengan riasan tipis di wajahnya. Ia pun langsung menyusul Dennis yang sudah sejak tadi berada di kamar Martin. Wanita itu sudah sangat tidak sabar untuk mengetahui kondisi kaki Martin yang sempat dipaksakan untuk berjalan cukup lama.     

"Bagaimana kondisi kakinya, Dokter Dennis?" tanya Imelda begitu sampai di kamar Martin. Ia melihat Dennis masih memeriksa kondisi kesehatan dari seorang pria yang bekerja untuk keluarga Prayoga itu.     

"Seharusnya, Martin memang tak boleh memaksakan kondisinya untuk berjalan. Untung saja tidak ada komplikasi pada luka bekas operasinya. Namun mulai sekarang, kamu harus memperhatikan pria ini jika tak ingin dia kehilangan kakinya." Dengan sangat tegas, Dennis mengatakan hal itu di depan Martin dan juga Imelda. Karena tindakan yang telah dilakukan oleh Martin, sama sekali tak main-main. Ia bisa saja benar-benar kehilangan kakinya.     

Imelda cukup terkejut mendengar penjelasan dari Dennis. Ia tak menyangka jika kondisinya sangat memburuk. Ada perasaan cemas yang tiba-tiba bersarang di dalam hatinya. Wanita itu takut jika Martin sampai tak bisa kembali berjalan.     

"Apakah seburuk itu, Dokter Dennis?" tanya Imelda untuk menyakinkan dirinya sendiri. Tentunya ia masih saja tak yakin dengan jawaban dari rekan dokternya itu.     

"Jika dia memaksakan dirinya sekali lagi, Martin benar-benar akan kehilangan kakinya. Aku akan meminta seseorang untuk membelikan obat-obatan yang dibutuhkannya." Dennis langsung keluar dari kamar itu. Ia pun meminta seorang bodyguard untuk membeli beberapa obat yang tidak dibawanya.     

Di dalam kamar, Martin terlihat sangat cemas dengan keadaan kakinya. Ia tak menyangka jika kondisi kakinya bisa separah itu. Ada sedikit perasaan takut di dalam dasar hatinya. Martin takut jika dirinya akan menjadi seorang pria yang lumpuh.     

"Apa aku benar-benar akan lumpuh, Imelda?" Martin memberanikan diri untuk menanyakan hal itu kepada menantu dari keluarga Prayoga itu. Ia juga ingin memastikan keadaannya yang terasa tidak baik-baik saja.     

"Jangan berpikir macam-macam! Aku akan melakukan apapun agar kakimu bisa benar-benar sembuh." Imelda bergegas keluar dari kamar itu. Ia sengaja keluar untuk mencari teman dokternya itu. Hanya Dennis yang bisa membantunya untuk menjelaskan semuanya.     

Terlihat, Dennis baru saja kembali dari luar rumah. Imelda langsung menghampiri pria itu dengan wajah yang sangat tidak sabar.     

"Aku ingin berbicara serius denganmu, Dokter Dennis." Imelda menarik tangan pria yang selama ini bekerja dengannya di rumah sakit peninggalan ibunya. Ia pun membawa pria itu untuk duduk di sebuah bangku di teras sampai rumah itu.     

Dennis menatap Imelda tanpa langsung menanyakan apapun pada wanita yang masih berdiri dengan tatapan yang begitu tajam dan menakutkan. Ia sengaja membuat Imelda untuk berbicara lebih dulu.     

"Apa Martin benar-benar akan kehilangan kakinya?" Tanpa basa-basi, Imelda langsung menanyakan hal itu kepada Dennis. Ia sudah sangat tak sabar untuk mendengar penjelasan langsung dari pria itu.     

"Tak perlu panik! Aku sengaja menakut-nakuti Martin saja. Kondisinya tak separah itu. Hanya saja, jika tak ditakut-takuti seperti itu ... Martin bisa melakukan sesuatu yang bisa membahayakan kondisi kakinya." Dennis menjelaskan kondisi yang sebenarnya dari Martin. Ia sama sekali tak bermaksud untuk menakuti mereka semua.     

Seketika itu juga, Imelda memberikan sebuah pukulan penuh kekesalan pada teman dokternya itu. Ia merasa jika Dennis baru saja mempermainkan dirinya.     

"Kamu sengaja mengerjai aku, Dokter Dennis," kesal Imelda pada sosok pria yang terlihat tersenyum geli pada dirinya.     

Seolah tanpa dosa dan juga perasaan bersalah, Dennis masih saja terkekeh melihat wajah panik dari Imelda. Ia tak pernah melihat sosok dokter bedah seperti Imelda Mahendra bisa sepanik itu. Entah mengapa, gara-gara melihat kondisi Martin saja ... Imelda begitu panik dan sedikit takut.     

"Aku tak pernah melihatmu sepanik itu, Dokter Imelda," sindir Dennis pada wanita yang terlihat sangat malu setelah mendengar kondisi yang sebenarnya dari Martin. Ia sudah cukup lama mengenal Imelda. Bahkan jauh sebelum wanita itu menjadi seorang dokter hebat dan cukup terkenal di kalangan orang banyak.     

Dennis pernah melihat wanita itu saat baru masuk ke rumah sakit. Wanita itu terlihat sangat pendiam dan tak banyak bicara.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.